Selain itu, segala kelemahan yang terukir pada diri bawahan janganlah dicibir kan. Ingatkah, bahwa mereka juga adalah makhluk baharu yang memiliki kelebihan serta kekurangannya. Jika kekurangan itu terjadi pada salah satu karyawan, pembinaan sebaiknya dirawat secara person juga, jangan secara kolektif. Kiatnya pasti ada pada diri direktur atau pimpinannya. Namun, apabila kesalahan atau kelemahan terjadi secara betjamaah, maka pembinaannya dapat digelar secara umum, misalnya dalam rapat rutin.
Kembali lagi pada kelemahan pribadi sebagaimana dinyatakan bagian sebelumnya. Mengapa binaannya harus tersendiri? Ketahuilah bahwa cara pandang kita sungguh berbeda dalam menyikapi permasalahan.Â
Walaupun bawahan dimaksud nyata-nyata salah, tidaklah dikuliti di depan rekan-rekannya karena dengannya akan menambah beban mental dan malu dengan rekan-rekannya itu. Camkanlah..., bagaimanapun lemahnya seseorang pasti ada powernya. Begitu juga dengan bawahan atau karyawan, lemah di satu sisi hebat di sisi lain.Â
Contoh dekat yang dapat kita amati bersama misalnya masalah kedisiplinan. Memang  masalah disiplin ini cukup rentan. Anehnya, seakan-akan yang namanya "disiplin" adalah barang baru dan langka dalam kehidupan. Dengannya, sebagian sosok menganggap remeh terhadap disiplin. Ini adalah suatu kefatalan disebabkan disiplin itu salah satu faktor penting yang dapat membawa seseorang atau kelompok ke jalur keberuntungan. Jika kepongahan ini tejadi, pimpinan tidak boleh diam, revisi harus segera diundangkan.Â
Ketiga, dapat menambah daya atau energi. Dengan berhasilnya pelaksanaan evaluasi kinerja, maka penambahan daya atau energi dapat dilakukan secara terarah. Kelemahan atau kekurangan secara pribadi akan dapat melakukan kolaborasi jejaringan ilmu. Kita dapat belajar pada siapa saja yang memiliki ilmu lebih daripada kita sendiri. Yang penting ilmu tersebut relevan dengan bidang kita.
 Dalam hal ini, kita tidak mesti menaruh malu untuk belajar sama orang lain. Sekalipun usia kita mungkin lebih tua, jika yang kita dekati mempunyai ilmu yang melejit, apa salahnya jika pencerahannya kita manfaatkan. Apalagi dalam hal belajar tak mengenal gengsi.Â
Untuk tenaga kerja atau tim, ini sebaiknya dibekali energinya itu dengan berbagai pelatihan atau penataran. Hal ini tidak boleh pilih kasih atau pandang bulu. Siapa pun dia harus diberi kesempatan. Â Dengannya pula akan mengubah sikapnya untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang berguna bagi dirinya dan organisasinya.Â
Keempat, refreshing bersama. Kejenuhan merupakan gejala jiwa yang tidak bisa kita elak. Dengan adanya evaluasi, kita akan menemukan jiwa-jiwa yang jenuh terhadap pekerjaannya itu. Terlebih, dewasa ini karyawan dibebani dengan segudang administrasi yang mesti dituntaskan siang dan malam bagaikan bukan zaman komputerisasi.Â
Guna dapat menghalau kejenuhan itu salah satu solusinya adalah refreshing. Hal tersebut tidak mesti mewah tetapi refreshing singkat di tempat terdekat dan menyenangkan pun dapat digelar secara bersama-sama. Terlebih dalam mengisi masa liburan.Â
Memang, hal ini telah ada yang melakukan tetapi juga masih ada yang tidak menaruh perhatian sedikitpun dengan dalih ekonomi.Â
Kelima, menemukan jati diri. Pepatah jadul tentu masih terngiang pada diri kita, yaitu : Semut di seberang lautan kelihatan, gajah di pelupuk mata tiada kelihatan.Â