Sesampainya di rumah, ia meluapkan amarahnya dengan menendang meja, membanting kursi dan berakhir dengan tamparan mendarat di wajah istri yang sangat ia sayangi.
Maya masih termenung disela isak tangisnya. Ia tak tahu lagi cara menghadapi sikap buruk suaminya yang sering melukainya tanpa ia sadari apa kesalahannya .
Maya mengenal Nazril sejak SMA. Maya mengenalnya sebagai laki-laki yang sangat baik dan santun. Mereka berteman sejak masuk sekolah menengah atas hingga kuliah, mereka mengambil jurusan yang sama.Â
Kedekatan mereka membuat Maya tak berfikir panjang untuk menerima lamaran Nazril saat laki-laki itu mengutarakan  niatnya untuk menikahinya.
Namun, penikahan indah yang ia bayangkan jauh dari kenyataan. Sikap temperamental suaminya kerap membuatnya terluka. Kadang Nazril menamparnya kadang mendorongnya hingga terjatuh.
Sebenarnya Nazril adalah pria baik. Ia sangat bertanggung jawab dan pekerja keras. Bahkan setahun pernikahan mereka Nazril telah membelikan rumah dan mobil untuk istrinya. Tak jarang Nazril membantu istrinya mengerjakan pekerjaan rumah dan memberikan kejutan-kejutan indah untuk Maya.
Kadang Maya ingin mengakhiri saja pernikahannya, namun saat mengingat kebaikan-kebaikan suaminya ia kembali ragu mengambil keputusan itu.
"Sayang, maafkan aku yah, aku ...aku tak sengaja," Ucap Nazril mengecup kening istrinya lembut.
"Tapi kenapa mas?" Â Sahut Maya dengan wajah sembab. Ia benar-benar bingung atas sikap suaminya.
"Maafkan aku May," Suara Nazri lirih, ia menundukkan wajahnya menatap kaki Maya yang terlihat pucat.
"Sakit Mas," Ucap Maya lagi sambil memegangi dadanya yang sesak karena terluka atas sikap suaminya.