"Aku mau cerai mas, aku tak sanggup terus menerus disakiti olehmu!"
 Ucap Maya menatap laki-laki yang masih memegang tangannya berharap Maya tidak bersunguh-sungguh dengan ucapannya.
"Mas, untuk apa?! tidak ada gunanya mempertahankan pernikahan yang tidak didasari kepercayaan!" teriak Maya .
"Aku percaya padamu May,"Â
Ucap Arya mengusap air bening yang membasahi pipinya.
"Tidak mas, kamu tak percaya," ucap Maya melangkah keluar meninggalkan suaminya.
Nazril hanya bisa tertegun menyaksikan Maya penuh emosi meninggalkannya sendiri di kamar itu. Ia sadar, perlakuannya memang sulit untuk di maafkan. Bahkan ia sendiri tak mampu menghitung sudah berapa kali ia memukul dan membentak istri yang sangat ia cintai itu. Alasannya hanya karena cemburu.
Padahal kecemburuannya sama sekali tak beralasan. Emosinya akan memuncak saat melihat istrinya itu di tatap oleh laki-laki lain, walaupun Maya sendiri tak pernah berbuat di luar batas kewajaran. Dirinyalah yang bermasalah. Benar kata Maya, Ia sakit jiwa.
Tapi sungguh ia tak bisa hidup tanpa Maya. Justeru karena rasa cinta yang berlebihan itu kadang membuatnya cemburu buta. Semua kekesalannya akhirnya ia limpahkan pada Maya.Â
Sering kali ia berjanji untuk tidak mengulangi lagi perbuatannya itu, tapi kenyataannya ia terus mengulanginya tanpa sadar.
"May, tunggu!" teriakannya sontak menghentikan langkah Maya yang hampir mencapai pintu keluar rumah.