PENGGUNAAN KURIKULUM MERDEKA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA
MARTA SUMARNI, S.Pd.
Guru SD Negeri 15 KubuÂ
Kabupaten Kubu Raya
Mahasiswa PPG Daljab Kategori 1 Angkatan 3 Universitas Tanjungpura
PENDAHULUAN
Â
Latar BelakangÂ
Hasil belajar matematika sampai saat ini masih menjadi suatu permasalahan yang sering dikumandangkan baik oleh orang tua siswa maupun oleh para ahli. Beberapa hasil Makalah pada beberapa propinsi di Indonesia juga menemukan bahwa hasil tes mata pelajaran matematika siswa sangat rendah. Hasil Makalah Suryanto dan Somerset terhadap 16 Sekolah Dasar (SD) pada beberapa propinsi di Indonesia juga menemukan bahwa hasil tes mata pelajaran matematika siswa masih rendah.
Rendahnya hasil belajar adalah suatu hal yang wajar jika dilihat dari aktivitas pembelajaran di kelas yang tidak lain merupakan penyampaian informasi yang lebih mengaktifkan guru, sementara siswa pasif mendengarkan dan menyalin, sesekali guru bertanya dan sesekali siswa menjawab, guru memberi contoh soal dilanjutkan dengan memberi soal latihan yang sifatnya rutin kurang melatih daya nalar, kemudian guru memberikan penilaian. Akibatnya siswa mengalami kendala jika diberikan permasalahan yang tidak rutin. Hal ini disebabkan siswa kurang terlibat dalam kegiatan pembelajaran dan pembelajaran bersifat monoton.
Kurikulum Merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam di mana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Guru memiliki keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik.
Merdeka Belajar! merupakan slogan pendidikan yang saat ini sedang digegerkan oleh Mendikbud. Prinsip merdeka belajar diharapkan dapat mempercepat proses reformasi pendidikan di Indonesia yang selama ini dianggap perlahan layu. Medikbud bahkan menggagas istilah deregulasi pendidikan karena regulasi pendidikan selama ini dinilai menghambat proses pencapaian reformasi pendidikan bermuara pada kualitas dan mutu pendidikan di Indonesia. Dalam situasi seperti saat ini yaitu adanya Pandemi COVID-19 yang berimbas pada kegiatan pembelajaran di sekolah menjadi pembelajaran secara mandiri oleh siswa yang dilakukan di rumah saja (Fahrina, dkk 2020). Situasi saat ini mengalami peningkatan dalam perkembangan industri karena dengan kondisi siswa belajar di rumah maka tranformasi pendidikan menjadi berkembang melalui peningkatan teknologi.
Perkembangan industri 4.0 menjadikan ilmu pengetahuan mengalami transformasi yang pesat di segala bidang termasuk bidang pendidikan. Digitalisasi pendidikan merupakan potensi pembelajaran secara optimal dapat dilakukan melalui kurikulum. Seiring berjalannya waktu pendidikan pun semakin berkembang dan beberapa kali telah mengalami perubahan kurikulum. Pada saat ini di Indonesia menggunakan kurikulum 2013, peserta didik dilatih untuk lebih aktif, kreatif dan mandiri dalam melaksanakan proses pembelajaran. Pembelajaran kurikulum 2013 pada tingkat sekolah dasar disajikan dalam bentuk pendekatan tematik. Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema dengan mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada peserta didik.
Sutirjo dan Mamik (2004:6) menyatakan bahwa pembelajaran tematik merupakan salah satu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, nilai atau sikap pembelajaran, serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema. Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran secara aktif sehingga siswa memperoleh pengalaman langsung agar dapat menemukan sendiri pengetahuan yang dipelajarinya. Selain itu, pembelajaran matematika juga menekankan pada konsep belajar dengan menggunakan bahasa yang baik.
Berdasarkan uraian masalah di atas ingin menggunakan modul pembelajaran MATEMATIKA dalam proses pembelajaran MATEMATIKA. Oleh karena itu peneliti akan merumuskan Makalah ini dengan menjadi sebuah makalah dengan judul "PENGGUNAAN KURIKULUM MERDEKA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA".
Rumusan MasalahÂ
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dirumuskan fokus Makalah sebagai berikut: "Bagaimanakah penggunaan kurikulum merdeka untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa ?".
Berdasarkan masalah yang masih bersifat umum tersebut, untuk memudahkan dan mengarahkan Makalah, maka dirinci menjadi sub-sub masalah sebagai berikut:
Apakah yang di maksud dengan kurikulum merdeka ?
Apakah yang di maksud dengan hasil belajar siswa ?
Bagaimanakah penggunaan kurikulum merdeka untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa ?
TujuanÂ
Secara umum tujuan yang akan dicapai dari Makalah ini yaitu untuk mengetahui penggunaan kurikulum merdeka untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
Adapun tujuan secara khusus dari Makalah ini adalah untuk mengetahui:
Pengertian kurikulum merdeka
Pengertian hasil belajar matematika siswa
Penggunaan kurikulum merdeka untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
ManfaatÂ
Suatu Makalah akan bermakna apabila hasil temuannya dapat bermanfaat bagi pihak lain, khususnya dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dan peningkatan mutu pendidikan. Manfaat Makalah ini terdiri dari manfaat teoritis dan manfaat praktis, yaitu:
Hasil makalah ini dapat memberi sumbangan informasi teoritis dalam mengembangkan kurikulum merdeka di sekolah dasar
Manfaat Secara praktis hasil Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
Bagi Siswa
Makalah ini dapat menjadi kesempatan belajar bagi siswa dan bisa memberikan fasilitas dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan kreativitas belajar siswa.
Bagi Guru
Makalah ini dapat memberikan pengetahuan baru dan memudahkan penyampaian materi bagi guru dalam menciptakan suasana pembelajaran yang aktif dengan cara membimbing siswa untuk dapat meningkatkan kreativitas belajar.
Bagi Kepala Sekolah
Hasil Makalah ini dapat dijadikan sebagai penunjang dalam peningkatan mutu sekolah
KAJIAN TEORI Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â
Kurikulum MerdekaÂ
Pengertian Kurikulum Merdeka Â
Kurikulum merdeka belajar diluncurkan oleh Menteri Pendidikan dan kebudayaan (Mendikbud) yaitu Nadiem Anwar Makarim pada hari Senin tanggal 01 Februari 2021. Dalam arahannya, Mendikbud mengatakan Program Sekolah Penggerak ini merupakan katalis untuk mewujudkan visi pendidikan di Indonesia dengan mewujudkan Profil Pelajar Pancasila (Kemendikbud,2021). Sekolah penggerak merupakan sekolah yang mengedepankan pengembangan hasil belajar peserta didik di mana di dalam sekolah penggerak mengaitkan salah satu tema yakni Profil Pelajar Pancasila.
Sesuai dengan namanya, maka dalam sekolah penggerak ini menggunakan kurikulum yang didalamnya mencakup salah satu aspek penting dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa maupun bernegara (Fauziyah, F. F., 2021). Program sekolah penggerak bertujuan untuk mendorong proses perubahan satuan pendidikan agar dapat meningkatkan capaian hasil belajar peserta didik secara holistic baik dari aspek kompetensi kognitif (literasi dan numerasi) maupun non-kognitif (karakter) dalam rangka mewujudkan profil pelajar pancasila. Dalam penerapan kurikulum sekolah penggerak terdiri dari 5 (lima) intervensi yang saling berkaitan satu sama lain.
Pendampingan yang bersifat konsultatif dan asimetrisÂ
Program sekolah penggerak merupakan kerja sama antara Kemendikbud dan pemerintah daerah di mana Kemendikbud memberikan dampingan implementasi sekolah penggerak. Kemendikbud melalui UPT di setiap provinsi akan memberikan pendampingan bagi pemda provinsi dan kab/kota dalam perencanaan Program Sekolah Penggerak. UPT kemendikbud di setiap provinsi akan memberikan pendampingan kepada Pemda selama program Sekolah Penggerak bergerak seperti memberikan fasilitas kepada Pemda dalam sosialisasi terhadap pihak yang dibutuhkan hingga mencarikan solusi terkait kendala di lapangan pada waktui mplementasi berlangsung.
Penguatan SDM sekolahÂ
Penguatan SDM sekolah termasuk kepada penguatan kepala sekolah, pengawas, pemilik dan guru melalui program pelatihan dan pendampingan yang intens (coaching) one to one dengan pelatih ahli yang telah disiapkan oleh Kemendikbud. Pelatihan untuk kepala sekolah, pengawas sekolah, pemilik dan guru terdiri dari; 1) Pelatihan implementasi pembelajaran dengan paradigma baru bagi kepala sekolah, pengawas, pemilik dan guru, 2) Pelatihan kepemimpinan pembelajaran bagi kepala sekolah, pengawas, pemilik. Dilakukan 1 kali/tahun selama program. Latihan nasional untuk perwakilan guru. Sementara guru lain dilatih sesuai dengan materi pelatihan, waktu dan tempat pelatihan dengan keinginan peserta (in-house training).
Pendampingan untuk kepala sekolah, pengawas sekolah, pemilik dan guru terdiri dari; 1) in-house training, 2) loka karya tingkat Kabupaten/Kota, 3) Komunitas belajar / praktisi (kelompok mata pelajaran), 4) Program Coaching. Dilakukan secara bertahap dalam kurun waktu 2-4 minggu sekali selama program. Kemudian implementasi teknologi terdiri dari; 1) Literasi Teknologi, 2) Platform Guru: Profil dan Pengembangan Kompetensi, 3) Platform Guru: Pembelajaran, 4) Platform Sumber DayaSekolah, 5) Platform Rapor Pendidikan.
Konsep pembelajaran dengan paradigma baruÂ
Konsep belajar dengan paradigma baru dibentuk berdasarkan prinsip pembelajaran yang terpisah sehingga setiap siswa belajar sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya. Beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, Berkebinekaan Global, Mandiri, Bergotong Royong, Bernalar Kritis dan Kreatif, ini merupakan profil belajar Pancasila yang dipelajari melalui program kurikuler dan program kokurikuler.
Rencana pembelajaran berbasis programÂ
Dilakukan untuk memperbaiki kinerja para guru yang dilakukan melalui program pendataan yang terencana dan terstruktur. Penerapan kurikulum sekolah penggerak dapat dijadikan sebagai motivasi bagi sekolah-sekolahlainnya agar mampu meningkatkan kualitas disatuan pendidikan tersebut.
Digitalisasi sekolahÂ
Bertujuan untuk meningkatkan efektivitas serta efisiensi penyelenggaraan kurikulum sekolah penggerak mengingat seiring perkembangan zaman hamper semua sekolah menggunakan metode pembelajaran berbasis digital. Ini juga bertujuan untuk memperkuat dan menjunjung nama baik sekolah yang bersangkutan. Penggunaan platform digital bertujuan untuk memudahkan, meningkatkan efisiensi, menambah inspirasi, dan pendekatan yang customized.
Program sekolah penggerak merupakan program yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kualitas belajar siswa yang terdiri dari 5 (lima) jenis intervensi untuk meningkatkan sekolah bergerak 1-2 tahap lebih maju dengan jangka waktu 3 tahun ajaran. Secara umum, hasil dari Program Sekolah Penggerak yaitu akan menciptakan hasil belajar dengan lingkungan belajar yang aman, nyaman, inklusif dan menyenangkan. Melalui pembelajaran yang berpusat pada murid, akan menciptakan perencanaan program dan anggaran yang berbasis pada refleksi diri, refleksi guru, sehingga terjadi perbaikan pada pembelajaran dan sekolah melakukan pengimbasan (Kemendikbud, 2021).
Hasil Belajar
Pengertian BelajarÂ
Menurut Slameto (Syaiful Bahri Djamarah, 2011: 13) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh perubahan tingkah laku dari interaksi dengan lingkungannya yang diperoleh hasil pengalaman. Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Muhibinsyah (2011: 68) bahwa belajar dapat dmatematikahami sebagai tahapan perubahan pengalaman dan interaksi yang diperoleh dari lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Perubahan tingkah laku dalam belajar diperlukan waktu dan proses yang bertahap. Selain itu interaksi lingkungan juga berpengaruh, karena dalam belajar diperoleh pengalaman melalui interaksi lingkungan.
Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah (2011: 13) belajar merupakan kegiatan untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang diperoleh dari suatu pengalaman dari interaksi lingkungan menyangkut aspek kognitif, afektif serta psikomotor. Perubahan tingkah laku tidak hanya terjadi karena memperoleh ilmu pengetahuan, melainkan juga pada saat memperoleh suatu pengalaman. Dengan melibatkan pengalaman langsung akan mempermudah terjadinya tingkah laku yang diharapkan setelah dilakukan kegiatan belajar.
Dari beberapa pendapat di atas mengenai pengertian belajar dapat didiketahui bahwa belajar merupakan kegiatan yang memiliki tujuan, menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang menghasilkan perubahan perilaku setelah mengalami pengalaman. Melalui pengalaman menjadikan kegiatan pembelajaran lebih bermakna karena Siswa terlibat langsung dalam belajar.
Menurut Sukmadinata (Suyono & Hariyanto, 2011: 128 -129) prinsip umum belajar merupakan kegiatan yang berlangsung seumur hidup dan terjadi perkembangan pada individu yang melakukan kegiatan pembelajaran. Belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja, tidak mengenal ruang dan waktu. Kegiatan pembelajaran dapat dilakukan di lingkungan keluarga, di lingkungan sekolah, di lingkungan masyarakat dan ditempat lainya.
Kegiatan pembelajaran mencangkup aspek kehidupan yakni mengembangkan kognitif, afektif, psikomotorik serta keterampilan hidup (life skill) untuk itu dibutuhkan bimbingan dan arahan dari orang lain. Arahan dan bimbingan dapat diperoleh dengan guru maupun tanpa guru misalnya teman sebaya atau orang yang berkompeten. Dengan adanya bimbingan dari orang yang berkompeten maka diharapkan akan mudah menerima transfer ilmu pengetahuan sehingga tujuan dari kegiatan pembelajaran dapat tercapai.
Motivasi juga dibutuhkan dalam kegiatan pembelajaran, jika motivasi yang dimiliki rendah maka akan terjadi hambatan dalam belajar. Untuk itu diperlukan motivasi yang tinggi agar memiliki semangat dalam kegiatan pembelajaran serta tujuan pembelajaran dapat tercapai. Hambatan lain yang dapat mengganggu kegiatan pembelajaran selain motivasi yaitu lingkungan pembelajaran yang tidak mendukung.
Lingkungan yang gaduh dan tidak kondusif menjadikan kegiatan pembelajaran tidak akan berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Saat belajar individu memerlukan situasi lingkungan yang kondusif dan nyaman. Karena saat belajar terjadi proses berfikir yang membutuhkan konsentrasi, untuk itu diperlukan lingkungan kondusif dan nyaman agar dapat konsentrasi dengan baik. Melakukan variasi juga dibutuhkan agar proses pembelajaran menarik sehingga tidak jenuh untuk mengikuti kegiatan.
Dari pengertian dan prinsip belajar yang sudah di jelaskan maka dapat dinyatakan bahwa belajar merupakan kegiatan yang berlangsung secara berkesinambungan dilakukan dimana saja dan berlangsung sampai akhir hayat. Belajar mengembangkan aspek kognitif, afektif, prikomotorik yang menghasilkan perubahan dalam tingkah laku, dan dalam kegiatan belajar membutuhkan bimbingan dari orang lain. Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi belajar baik dari dalam maupun faktor dari luar, untuk itu dapat dilakukan variasi dalam belajar agar kegiatan belajar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Ciri Karakteristik Belajar
Menurut Brown (M.Thobroni & Arik Mustofa, 2013: 18-19) karakteristik pembelajaran ialah sebagai berikut.
- Belajar adalah menguasai atau memperoleh.
- Belajar adalah mengingat-ingat informasi atau keterampilan.
- Proses mengingat-ingat melihat sistem penyimpanan, memori, dan organisasi kognitif.
- Belajar melibatkan perhatian aktif sadar dan bertindak menurut peristiwa-peristiwa di luar serta di dalam organisasi.
- Belajar bersifat permanen, tetapi tunduk pada lupa.
- Belajar melibatkan berbagai bentuk latihan, mungkin latihan yang ditopang dengan imbalan dan hukum.
- Belajar adalah suatu perubahan dalam perilaku.
Berdasarkan pendapat tersebut diketahui bahwa belajar merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menguasai atau memperoleh suatu pengetahuan. Dalam belajar dibutuhkan keterlibatan secara langsung. Keterlibatan tersebut dapat berupa mengingat-ingat suatu informasi atau dengan melakukan latihan. Dengan demikian dapat terjadi perubahan tingkah laku sesuai dengan yang diharapkan.
Sedangkan ciri-ciri belajar juga di kemukakan oleh Baharudin dan Esa Nur Wahyuni (2009: 15-16) bahwa belajar merupakan perubahan perilaku yang bersifat relative permanent dan bersifat potensial. Dikatakan relative permanent karena saat belajar terjadi perubahan perilaku dalam kurun waktu tertentu. Perubahan perilaku yang terjadi hanya bersifat sementara tidak sampai pada akhir khayat. Kemudian dikatakan perubahan perilaku potensial dikarenakan perubahan perilaku yang terjadi tidak langsung dapat dilihat saat itu juga atau tidak terlihat langsung pada proses pembelajaran. Perubahan perilaku ini dapat dilihat saat pembelajaran selesai.
Perubahan perilaku diperoleh dari kegiatan pengamatan maupun dari kegiatan yang berbentuk latihan. Dari suatu pengamatan seorang Siswa dapat meniru perbuatan yang diamatinya. Sedangkan yang diperoleh dari bentuk latihan dapat dengan pengalaman langsung yang dilakukan Siswa dalam kegiatan pembelajaran. Jika dalam pembelajaran kegiatan Siswa mengamati serta dilatih secara langsung maka mudah untuk terjadi perubahan perilaku dari pengamatan dan latihan yang dilakukan dapat menjadi penguatan dalam pembelajaran.
Dari karakteristik pembelajaran yang dikemukakan di atas dapat dinyatakan bahwa pembelajaran membutuhkan suatu proses yang menghasilkan perubahan tingkah laku. Dalam belajar membutuhkan memori dan organisasi kognitif untuk mengingat informasi yang diperoleh. Selanjutnya, diterapkan pada sebuah latihan untuk merespon keaktifan Siswa sehingga terjadi timbal balik dalam suatu pembelajaran dan terjadi perubahan tingkah laku yang dharapkan.
Pengertian Hasil BelajarÂ
Tujuan akhir dilaksanakannya kegiatan pembelajaran yaitu untuk memperoleh hasil belajar. Menurut Oemar Hamalik (2006: 30) hasil belajar diperoleh jika terjadi perubahan tingkah laku, dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan perkembangan lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan menurut Agus Suprijono (2009: 5-6) hasil belajar merupakan pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Dengan demikian hasil belajar tidak hanya berdasarkan nilai atau skor yang diperoleh dalam kegiatan pembelajaran.
Hasil belajar menurut pemikiran Gagne (M.Thobroni & Arik Mustofa, 2013: 22) berupa informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, keterampilan motorik, dan sikap. Informasi verbal merupakan kemampuan dalam mengungkapkan pengetahuan baik dam bentuk bahasa, lisan maupun tertulis. Jika dikaitkan dalam pembelajaran untuk mengetahui pemahaman materi yang dikuasai Siswa dapat dengan memberikan pertanyaan secara lisan maupun pertanyaan tertulis. Namun jika Siswa dapat menjawab secara tertulis belum tentu dapat menjawab dengan lisan begitu pula sebaliknya untuk itu perlu diperhatikan perkembangan Siswa dalam mengukur informasi verbal.
Sedangkan kemampuan intelektual merupakan kegiatan yang melibatkan aktivitas kognitif seperti menganalisis suatu permasalahan dan kemampuan mengkategorikan. Hampir sama dengan kemampuan intelektual, strategi kognitif lebih menekankan pada konsep dalam memecahkan masalah. Kemudian keterampilan motorik merupakan kemampuan melakukan gerak jasmani. Hasil belajar juga mencakup keterampilan dalam bersikap yang dapat dijadikan acuhan dalam berperilaku.
Menurut Bloom (Agus Suprijono, 2009: 6) hasil belajar mencangkup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Kemampuan kognitif meliputi; pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesa, evaluasi. Kemampuan afektif meliputi; sikap menerima, memberikan tanggapan, penilaian atau penghargaan, organisasi, karakterisasi. Sedangkan kemampuan psikomotor meliputi; meniru, menerapkan, memantapkan, merangkai dan naturalisasi.
Menurut Mayer dalam Reigeluth (1999: 146) menyampaikan bahwa ada tiga level hasil belajar berdasarkan pandangan konstruktivistik sebagaimana tertera pada tabel 2.1 berikut ini:
Tabel  2.1  Level Hasil belajar dalam Model Pembelajaran
Â
- Lerning outcomesPerformance on Retention TestPerformance on Retention TestNo LearningPoorPoorRote LearningGoodPoorConstructivist Learning
 GoodGood
Sumber : Â Mayer dalm Reigeluth (1999: 146)
Tabel mengenai Level Hasil belajar di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :
Level No Learning (tidak belajar)
Siswa aktif secara fisik tetapi secara mental tidak belajar. Siswa gagal dalam memperhatikan informasi yang disampaikan.
Level Rote Learning (belajar hafalan)
Siswa mengingat dengan baik informasi penting dari suatu materi, tetapi kinerja Siswa buruk apabila informasi tersebut diterapkan untuk memecahkan masalah baru.
Level constructivist Learning (belajar membangun)
Siswa berusaha untuk mehahami informasi yang diberikan. Pada level ini Siswa membangun mentalnya dengan aktif belajar, dimana Siswa memiliki dan menggunakan beragam proses kognitif selama proses belajar. Â Proses kognitif melipti : memperhatikan informasi yang relevan, mengorganisasi informasi sebagai pernyataan yang logis, dan mengintegrasikan pernyataan dengan pengetahuan yang ada.
Dari pengertian hasil belajar yang sudah dmatematikaparkan di atas dapat dinyatakan bahwa hasil belajar merupakan perubahan sikap dan tingkah laku manusia yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran yang melibatkan aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik. Hasil belajar di tandai dengan proses tidak tahu menjadi tahu.
Fungsi dan Tujuan Hasil BelajarÂ
Menurut Nana Sudjana (2011: 3-4) fungsi dan tujuan penilaian hasil belajar yaitu:
Fungsi penilaian hasil belajar
Penilaian hasil belajar berfungsi sebagai alat untuk mengetahui tujuan pembelajaran. Dengan melakukan penilaian maka guru dapat mengetahui sejauh mana tujuan pembelajaran tercapai. Jika terdapat tujuan yang belum tercapai maka dapat dilakukan perbaikan.
Perbaikan yang dilakukan dalam pembelajaran merupakan umpan balik dari penilaian yang dilakukan. Perbaikan dapat dilakukan dalam hal tujuan pembelajaran, kegiatan belajar Siswa, strategi atau cara mengajar guru dan lain-lain. Penilaian hasil belajar juga berfungsi sebagai dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar Siswa yang akan ditunjukan kepada wali murid. Dengan adanya laporan hasil belajar, guru dapat memberikan informasi kepada wali murid dalam kemampuan belajar Siswa pada masing-masing bidang mata pelajaran. Laporan belajar disajikan dalam bentuk nilai prestasi yang dicapai Siswa.
Tujuan penilaian hasil belajar
Sedangkan tujuan penilaian hasil belajar yaitu untuk mendeskripsikan kecakapan belajar Siswa. Dalam hal ini dapat diketahui kelebihan serta kekurangan mata pelajaran yang ditempuh dari nilai yang diperoleh Siswa. Kemudian tujuan lain dari penilaian belajar untuk mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pembelajaran disekolah. Keberhasilan dalam proses pembelajaran di sekolah juga dapat diperoleh dari hasil penilaian, jika nilai Siswa tinggi serta tujuan pembelajaran tercapai maka dapat dikatakan proses pembelajaran berhasil.
Tujuan penilaian hasil belajar dijadikan dalam menentukan tindak lanjut penilaian. Jika ditemui hasil belajar yang belum mencapai tujuan pembelajaran maka dapat dilakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam program pendidikan. Guru dapat menerapkan strategi dalam penggunaan pembelajaran. Selain itu tujuan penilaian hasil belajar dijadikan sebagai pertanggungjawaban sekolah kepada pihak yang berkepentingan seperti pemerintah, masyarakat dan wali murid.
Â
PENUTUP
Â
Kesimpulan
Kurikulum Merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam di mana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Guru memiliki keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik.
Hasil belajar adalah perubahan perilaku dan kemampuan secara keseluruhan yang dimiliki oleh siswa setelah belajar, yang wujudnya berupa kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor yang disebabkan oleh pengalaman dan bukan hanya salah satu aspek potensi saja.
Dengan penggunaan kurikulum merdeka hasil belajar menunjukkan kemampuan siswa yang sebenarnya yang telah mengalami proses pengalihan ilmu pengetahuan dari seseorang yang dapat dikatakan dewasa atau memiliki pengetahuan kurang. Jadi dengan adanya hasil belajar, orang dapat mengetahui seberapa jauh siswa dapat menangkap, memahami, memiliki materi pelajaran tertentu
Saran-saran
Bagi guru dalam menyusun perencanan pembelajaran pada MODUL untuk melengkapi komponen-komponen yang termuat dalam MODUL dan mempersiapkan media pembelajaran yang bervariasi, dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran yang variatif agar peserta didik ikut aktif berperan serta dalam pembelajaran dan untuk mengubah mindset mata pelajaran matematika yang cenderung menghafal rumus.
 DAFTAR PUSTAKA
Abad, Keterampilan, Cut Erra Rismorlita, Frida Philiyanti, Viana Meilani Prasetio, and Lintang Purnama. 2021. "Relevansi Kebutuhan Stakeholder Terhadap Pengembangan Kurikulum Berbasis" 12, no. 2: 12--20.
Acep Yoni dkk. 2010. Menyusun Makalah Tindakan Kelas. Yogyakarta: Familia Pustaka Keluarga.
Angga, Angga, Yunus Abidin, and Sofyan Iskandar. 2022. "Penerapan Pendidikan Karakter Dengan Model Pembelajaran Berbasis Keterampilan Abad 21." Jurnal Basicedu 6, no. 1 :1046--54. https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i1.2084.
Assembly, Georgia. "Pembelajaran Untuk Meningkatkan Kompetensi 4c (Communication, Collaboration, Critical Thinking Dancreative Thinking) Untukmenyongsong Era Abad 21.", no. 3 (1900): 37--39.
Barus, Diana Rosa. 2019. "Model--Model Pembelajaran Yang Disarankan Untuk Tingkat Smk Dalam Menghadapi Abad 21." Universitas Negeri Medan, , 1--13. http://digilib.unimed.ac.id/id/eprint/38932.
Deni Darmawan. 2012, Pendidikan Teknologi Informasi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Gava Media.
Djam'an Satori,dkk. 2011. Metode Makalah Kualitatif. Bandung : Alfabeta
Effendi, Darwin, and Achmad Wahidy.2019. "Pemanfaatan Teknologi Dalam Proses Pembelajaran Menuju Pembelajaran Abad 21." Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Program Pascasarjana Universitas PGRI Palembang, , 12529.https://jurnal.univpgrmatematikalembang.ac.id/index.php/Prosidingpps/article/view/2977/ 2799.
Era, and Nanda Alfan Kurniawan. 2020. "Paradigma Pendidikan Inklusi Era Society 5.0,".Â
Hamzah B Uno. 2008. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara
Indarta, Yose, Nizwardi Jalinus, Agariadne Dwinggo Samala, Afif Rahman Riyanda, and Novi Hendri Adi. 2022. "Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan Relevansi Kurikulum Merdeka Belajar Dengan Model Pembelajaran Abad 21 Dalam Perkembangan Era Society 5 . 0" 4, no. 2: 3011--24.
Iwan Falahudin. 2014. Pemanfaatan Media Pembelajaran. Jurnal Lingkar Widyaiswara.
Izza, Aini Zulfa, Mufti Falah, and Siska Susilawati. 2020 "Studi 88 Literatur: Problematika Evaluasi Pembelajaran Dalam Mencapai Tujuan Pendidikan Di Era Merdeka Belajar." Konferensi Ilmiah Pendidikan Universitas Pekalongan, 2020, 10--15. https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/kip. Kamus besar bahasa Indonesia,https://kbbi.kemendikbud.go.id.
Juharita. 2016, Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Arab Berbasis CD Interaktif Untuk Perolehan Belajar At-Ta'aruf Siswa Kelas X MAS Al-Qomar Mempawah. Jurusan Tekonolgi Pembalajaran. Fakultas Ilmu Keguruan dan Pendidikan. Universitas Tanjungpura.
Kamus Besar Indonesia, 2013. Kamus Besar Indonesia dan Pusat Bahasa. Jakarta: PT Gramedia.
Khanifatul. 2017. Pembelajaran Inovatif. Jogjakarta: AR-Ruzz Media.
Maghfiroh, Nailyl, and Muhamad Sholeh. 2022. "Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka Dalam Menghadapi Era Disrupsi Dan Era Society 5.0." Jurnal Inspirasi Manajemen Pendidikan 09, no. 05: 1185-- 96.
Manalu, Juliati Boang, Pernando Sitohang, Netty Heriwati, and Henrika Turnip. 2022. "Pengembangan Perangkat Pembelajaran Kurikulum Merdeka Belajar." Jurnal Mahesa Research Center 1, no. 1: 80--86. https://doi.org/10.34007/ppd.v1i1.174.
Marisa, Mira. "Curriculum Innovation Independent Learning In The Era Of Society 5 . 0 Email: Miramarisa97@gmail.Com" 5, no. 1 (2021): 66--78. https://doi.org/10.36526/js.v3i2.e-ISSN.
Miles Matthew, B. Dan A. Michael Hubberman. 1992. Â Analisis Data Kualitatif. Terjemahan Tjetjep Roheadi Rohidi. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Munir. 2015, CD Interaktif Konsep dan Aplikasi Dalam Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Nasution, Suri Wahyuni. 2022 "Assesment Kurikulum Merdeka Belajar Di Sekolah Dasar." Prosiding Pendidikan Dasar 1: 135--42. https://doi.org/10.34007/ppd.v1i1.181. Pendidikan, Paradigma, Inklusi
Nurul Audie. 2019. Peran Media Pembelajaran Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP. Halaman 586-595 Vol. 2 No. 1.
Oemar Hamalik. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.
Pujihartini. 2013. Makalah Tindakan Kelas dalam Pembelajaran Tematik Integratif SMP. Bandung: Wahana Iptek.
Puspitarini, Dyah. 2022 "Blended Learning Sebagai Model Pembelajaran Abad 21." Ideguru: Jurnal Karya Ilmiah Guru 7, no. 1: 1--6. https://doi.org/10.51169/ideguru.v7i1.307. 89
Putri, Resa Julianti, Taopik Rahman, and Qonita Qonita. 2021 "Penerapan Model Pembelajaran Multiple Intelligences Untuk Menyiapkan Siswa Di Era Super Smart Society 5.0." Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan 3, no. 3: 871--79. https://edukatif.org/index.php/edukatif/article/view/415.
Putriani, Jesika Dwi, and Hudaidah Hudaidah. 2021. "Penerapan Pendidikan Indonesia Di Era Revolusi Industri 4.0." Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan 3, no. 3: 830--38. https://edukatif.org/index.php/edukatif/article/view/407.
Rahayu, R, S Iskandar, and Y Abidin. 2022 "Inovasi Pembelajaran Abad 21 Dan Penerapannya Di Indonesia." Jurnal Basicedu 6, no. 2: 2099--2104. https://jbasic.org/index.php/basicedu/article/view/2082/pdf.
Rayandra Asyhar, 2011. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada.
Richard E Mayer, 2009. CD Interaktif Learning, Prinsip-prinsip dan aplikasi. Yogyakarta: Â Pustaka Pelajar.
Samala, Agariadne Dwinggo, Muhammad Giatman, Wakhinuddin Simatupang, and Fadhli Ranuharja. 2021 "EJobsheet Based on Mobile Pocket Book as Digital Learning Resources (DLRs)." Jurnal Teknologi Informasi Dan Pendidikan 14, no. 2: 117--23. https://doi.org/10.24036/tip.v14i2.488.
Sardiman A.M, dkk. 2014. Media Pendidikan. Depok: Rajagrafindo Persada.
Smaldino, Sharon E., Lowther, Deborah L, Russell, James D, 2012. Instructional Technology and Media for learning. Edisi Kesembilan. Jakarta: Kencana
Sudarisman, Suciati, Program Studi, and Pendidikan Biologi. 2015. "Memahami Hakikat Dan Karakteristik Pembelajaran Biologi Dalam Upaya Menjawab Tantangan Abad 21 Serta Optimalisasi Implementasi Kurikulum 2013" 2, no. 1: 29--35.
Sugiyono. 2010. Metode Makalah Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Suharsimi Arikunto. 2009. Prosedur Makalah Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Suryaman, Maman. 2020 "Orientasi Pengembangan Kurikulum Merdeka Belajar." Seminar Nasional Pendidikan Bahasa Dan Sastra 1, no. 1: 13--28. https://ejournal.unib.ac.id/index.php/semiba/article/view/13 357.
Sutrisno, Nurul Mahruza. 2022 "Guru Melaksanakan Evaluasi Pembelajaran Di Era" 3, no. 1: 52--60. Vol, Jurnal Al-makrifat. "Tantangan Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Menghadapi Era Society 5.0" 5 (2020): 79-- 90 95.
Syaiful Bahri Djamarah. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Windra. 2021 "Pembelajaran Menyambut Era Society 5.0." Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dasar, no. November: 360--66.
Yusuf Hadi Miarso, 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenamedia Group.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H