Mohon tunggu...
Siti Mariyam
Siti Mariyam Mohon Tunggu... Lainnya - (Pe)nulis

Siti Mariyam adalah gadis yang lahir di planet bumi pada tahun 1999 silam. Gadis yang lahir dan tinggal di Tangerang Selatan ini mulai tertarik dunia kepenulisan sejak akhir masa SMP. Dari mulai hobi menulis diary hingga membaca cerpen-cerpen di internet juga novel. Ia selalu mencatat setiap kata baru yang ditemuinya saat menonton film dan membaca untuk menambah kosa kata dalam menulis ceritanya nanti. Dari semua itu, telah lahir beberapa cerita yang bisa kamu nikmati di halaman Kompasiana pribadinya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kata Sayang di Dinding

12 Agustus 2021   00:58 Diperbarui: 16 Maret 2024   13:46 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku mendatangi kamar Bia ketika merindukannya, sama seperti yang dilakukan oleh ibu untuk mengobati rasa itu. Kuedarkan pandangan ke seluruh kamarnya, terlihat banyak fotonya terpajang di dinding. Ada sebuah coretan di dinding bercat putih tersebut yang kala itu ia tulis.

"Aku sayang Kak Oza

Aku belajar dan sekolah bareng Kak Oza."

 Aku terenyuh setelah membacanya yang membuat diri ini merasa bersalah atas apa yang sudah kuperbuat padanya. Perbuatan tidak menyenangkan yang menjadikannya seperti itu, yang membencinya karena telah merebut ibu dariku. Padahal, ia tidak merebut ibu. Ibu lebih menyayanginya karena ia anak baik, tidak sepertiku yang jauh dari kata itu.

"Maafkan aku, Bia." Aku berkata dengan penuh penyesalan. Kemudian, melangkahkan kaki secepat mungkin menuju kamar ibu yang tengah menangisi dirinya terus menerus untuk mengajaknya mengunjungi Bia. Aku ingin meminta maaf pada gadis itu atas apa yang sudah kuperbuat. Ia begitu karena aku terlalu menekan hidupnya.

Aku langsung berlari menuju sebuah ruangan di mana ia tempati ketika sampai di rumah sakit untuk orang-orang yang kejiwaannya terganggu sepertinya. Aku kembali terenyuh. Tanpa sadar kali ini sampai meneteskan air mata melihat Bia mengamuk dan meronta-ronta sambil terus berteriak saat ditangani oleh para petugas rumah sakit ini.

"Bia tenang, Bi, tenang!" Aku memegang kedua tangannya, namun tetap saja. Ia malah berteriak semakin kencang.

"Aaaaaaaaaa..."

"Bia dengarkan aku!" Aku memegang wajahnya dengan kedua tanganku. Ia terdiam menatapku. Tak lama kemudian ia menangis dan berkata...

"Kak Oza jahat! Kak Oza jahat! Kak Oza jahat!"

"Iya Bia, maafkan aku. Maafkan aku sudah jahat denganmu." Aku berkata sambil memeluknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun