Mohon tunggu...
Mariyah Rana Zharifah
Mariyah Rana Zharifah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Komputer Indonesia

Saya mahasiswa ilmu komunikasi yang memiliki ketertarikan pada bidang komunikasi baik lisan maupun tulisan

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Kisah Inspiratif sang Apoteker Muda

7 Desember 2024   12:02 Diperbarui: 7 Desember 2024   12:32 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Apt. Anita Dewi Permatasari Komarudin, S.Farm (Sumber: Instagram @anitadewi9) 

Anita pernah mengalami masa-masa sulit dalam hidupnya, salah satunya saat berusaha mati-matian untuk menjadi Duta Kampus. Waktu itu, ia mengejar title "Putri Berbakat" dengan mempersiapkan koreografi dan musik sendiri, termasuk meremix lagu-lagu. Semuanya dilakukan saat ia sedang sibuk dengan persiapan skripsi dan banyak tugas. Meskipun ia tidak merasa jago dalam menari, ia berusaha keras dan meluangkan waktu untuk berlatih, bahkan sampai kakinya terluka. Ia merasa sudah memberikan usaha maksimal, namun hasilnya tidak sesuai dengan harapan.

Saat mengikuti rangkaian Duta Kampus, ia harus menghadapi wawancara di pagi hari dan langsung lanjut dengan bimbingan skripsi di malam harinya. Meski sudah berusaha sekuat tenaga, ia merasa sangat kecewa dengan hasilnya. Rasa kecewa itu begitu dalam, hingga ia menangis selama lima hari berturut-turut. 

Pada hari keenam, setelah ia menangis selama lima hari berturut-turut, Anita harus melanjutkan pekerjaan skripsinya di laboratorium. Pada pagi harinya, album K-pop pertama dari ENHYPEN yang ia pesan tiba. Ia memesan album itu melalui grup order, dan album tersebut datang langsung dari Korea. 

Ketika ia membuka paketnya, ia menemukan photocard yang berisi gambar biasnya. Momen itu datang tepat pada waktunya dan memberikan semangat baru dalam hidupnya. Tanpa disangka, hal sederhana seperti mendapatkan photocard dari idolanya bisa mengembalikan semangatnya untuk terus maju.

Selain itu, tahun 2024 juga menjadi waktu yang penuh duka bagi Anita, terutama setelah kepergian papanya. Ia sangat dekat dengan papanya, jadi ketika papanya meninggal, ia merasa sangat sedih. Namun, meskipun perasaan itu sangat berat, ia tahu bahwa ia masih memiliki tanggung jawab besar, yaitu untuk menjadi apoteker dan meraih gelar apoteker. 

Menurutnya, tidak mudah untuk meraih gelar apoteker karena banyak rangkaian ujian dan materi yang harus dipelajari. Meskipun demikian, ia tetap tahu bahwa hidup harus terus berjalan, dan ia harus tetap melanjutkan perjuangannya.

Anita merasa bahwa pengalaman-pengalaman seperti usaha yang tidak sesuai dengan hasil, jatuh bangun, dan tantangan lainnya telah membentuk resiliensi. Resiliensi adalah kemampuan untuk bangkit kembali setelah mengalami kesulitan. Ia merasa bangga bisa terus mempertahankan segalanya, meskipun saat itu ia sedang berduka.

 Kadang, hal-hal kecil bisa memicu perasaan sedihnya, seperti ketika ia melihat ada mahasiswi farmasi yang sedang salaman dengan papanya. 

Itu membuatnya teringat pada papanya yang baru saja meninggal pada bulan Maret. Meskipun perasaannya sedih, ia mencoba untuk mengalihkan pikirannya dengan belajar di perpustakaan UNPAD, yang bernama KANDAGA. Ia merasa lebih nyaman di perpustakaan itu karena tidak mengenal siapa-siapa, sehingga ia bisa fokus tanpa gangguan. 

Selain itu, ia merasa bangga dengan nilai UKAI (Ujian Kompetensi Apoteker Indonesia) yang ia peroleh, yaitu mendapatkan nilai lebih dari 80, karena ujian tersebut sangat sulit. Walaupun ada temannya yang mendapatkan nilai 95, ia tidak membandingkan dirinya dengan orang lain, karena menurutnya setiap orang memiliki cobaan yang berbeda, dan ia merasa cobaan yang dihadapi sangat berat.

Anita sebenarnya sudah lama memiliki impian untuk menjadi dosen, yang terinspirasi dari papanya. Namun, setelah papanya meninggal, ia sadar bahwa meskipun ada uang warisan dan mamanya memiliki kost-kostan, uang itu akan habis seiring berjalan waktu. Ia juga berpikir bahwa jika ia melanjutkan S2, meskipun bisa mendapatkan beasiswa, tetap ada biaya hidup dan pengeluaran lainnya yang harus dipikirkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun