Hingga suatu sore, saat Melati sedang belajar di perpustakaan, ia mendengar suara yang sangat dikenalinya. Rian! Melati menoleh dan melihat Rian berdiri di ambang pintu, dengan senyum lebar di wajahnya. "Melati! Aku kembali!"
Air mata bahagia mengalir di pipi Melati. Ia berlari menghampiri Rian dan memeluknya erat. "Aku sangat merindukanmu!"
"Begitu juga aku," jawab Rian sambil tersenyum. "Aku kembali ke desa ini untuk menetap dan membantu pamanku. Dan aku datang untuk mencari kamu."
Melati tidak percaya. "Benarkah?"
Rian mengangguk. "Aku tidak bisa berhenti memikirkanmu, Melati. Aku ingin melihatmu berhasil."
Mendengar kata-kata itu, hati Melati berbunga-bunga. "Aku sudah mendaftar di perguruan tinggi, Rian. Aku ingin mengejar mimpiku."
"Bagus! Aku yakin kamu bisa melakukannya," Rian berkata, penuh semangat. "Aku akan ada di sini untuk mendukungmu."
Sejak saat itu, Melati dan Rian semakin sering menghabiskan waktu bersama. Mereka belajar bersama, berbagi cerita, dan Rian membantu Melati mempersiapkan ujian masuk. Kebersamaan mereka membuat Melati merasa bersemangat dan percaya diri.
Namun, saat Melati hampir lulus dari ujian, sesuatu terjadi. Rian mendapat tawaran untuk kuliah di luar negeri, kesempatan yang sangat sulit didapat. Ia berjuang untuk membuat keputusan yang tepat, dan Melati merasa hatinya terombang-ambing antara bahagia untuk Rian dan sedih karena harus kehilangan orang yang ia cintai.
"Melati, aku sangat ingin pergi, tetapi aku tidak ingin meninggalkanmu," ucap Rian pada suatu malam, saat mereka duduk di bawah bintang-bintang. "Apa yang harus aku lakukan?"
Melati menatap Rian, mencari kata-kata yang tepat. "Kamu harus pergi, Rian. Ini kesempatan besar untukmu. Jangan biarkan rasa takut menghentikanmu."