O, hujan, biarkan aku menulis takdirku,
di atas permukaanmu yang fana dan pilu.
Agar namanya tak lagi merajai nadiku,
dan rindu ini sirna bersama deras arusmu.
Namun, meski kau larutkan segalanya,
kenangan tetap bersarang di ruang tak bernama.
Ia, abadi seperti rintik yang jatuh ke bumi,
mendendangkan nyanyi sunyi, untuk hati yang mati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!