Tiap dentingnya adalah luka yang bernyanyi,
menghujam relung hati hingga tak terperi.
Di relung kabut, bayangmu menari,
melarung janji pada pusara mimpi.
Aku mengejarmu di samudra hampa,
namun langkahku tenggelam dalam gelora.
Adakah kau dengar jerit awan yang merintih?
Ia menyalami duka dengan irama lirih.
Tapi kau tetap menjelma keheningan,
membiarkan aku bersetia pada kehampaan.
Setiap tetes hujan adalah kisah yang gugur,
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!