Tokoh danPenokohan:
*Narista:
 Seorang gadis yang duduk di bangku kelas 3 SMA. Perawakannya tinggi semampai dengan rambut hitam yang tidak terlalu panjang. Dia cantik, pintar, berbakat, dan sangat ramah dan periang. DIa seperti anak kecil karena masih suka dengan film anak-anak dan bahkan masih mempercayai peri-peri, kurcaci, dan keajaiban-keajaiban lainnya.
*Altara:
Sahabat Narista sejak kelas 5 SD. Perawakannya tinggi, gagah, dan mengenakan kacamata. Â Dia termasuk anak yang pendiam dan tertutup. Namun dia sangat terbuka dengan Narista.
*Mentari:
Dia adalah kekasih Altara. Dia merupakan model busana Indonesia yang menetap di Praha. Â Perawakannya yang cantik dan ramah selalu mengingatkan Altara kepada Narista.
*Rani:
Sahabat Narista. Dia tidak terlalu banyak berbicara, tapi dia selalu setia dan membantu sahabat-sahabatnya.
*Diyan:
Sahabat Narista yang suka sekali mengomentari segala hal. Dengan logat melayu yang masih terdengar jelas dari setiap ucapannya.
*Ayah Altara:
Perawakannyan tinggi gagah, sorot wajahnya sangat menenangkan, dan suara bicaranya tegas.
*Pak Tio:
Seorang pria tua yang bekereja sebagai OB di butik milik Narista. Dia dulunya adalah warga Indonesia sebelum dideportasi pada jaman Soeharto.
Sinopsis:
      Dialah amor yang hanyalah sebuah delusi bagi seseorang. Tak ada yang bisa mencapainya sebesar apapun perjuangan yang dikerahkan. Dia akan tetap menjadi delusi bersama bintang yang berkelip tiap malamnya. Bahkan ketika Eros mencobai mereka dengan memerintahkan cupid menembakkan panahnya, sang amor tetap menjadi sebuah delusi.
      Pernah sekali, semesta seolah berusaha mempertemukan sang amor dengan si pengejar. Namun, skenario Tuhan akan selalu berjalan dan diperagakan oleh pemain-pemainnya. Sang amor akan tetap berperan menjadi sebuah delusi dan si pengejar tetap mengejar sang amor. Tak ada yang akan berubah dari perannya. Hanya kejutan-kejutan dari Tuhan yang membuatnya terlihat berubah. Semua telah memiliki bagiannya masing-masing.
      Menjalankan perannya dengan pertaruhan segala nyawa. Keteguhan akan tetap berdiri tegak diantara benteng-benteng perkasa. Hati sang pengejar telah tertancap pada batu dunia bagaikan Excalibur abadi. Menunggu sang pendekar sejati untuk mencabut pedang dari nadinya.
     Â
     Â
BABAK 1:
      Tata panggung kosong dan hanya satu lampu yang menyorot ke tengah. Semua sepi dan terfokus ke panggung. Narista berjalan menuju panggung dengan anggunnya menuju ke bagian tengah dan menghadap ke penonton.
Narista       : (Memberi hormat)
Narista... nama yang tak memiliki sebuah arti
Lucu ya
Bahkan kopi pun memiliki filosofi yang begitu dalam.
Nama ini hanya merupakan implementasi dari sebuah pemikiran dan kreativitas
Yah, hanya itu saja.
Namun setidaknya nama ini telah menjadi arti bagi seseorang
Apakah aku menjadi bagian terindah dalam hidupnya?
Sehingga aku menjadi berarti
Dengarkan aku,
Tuhan terkadang jahat dengan segala skenario-Nya
Tuhan dapat merenggut semua hidup kita dalam waktu 1 detik saja
Jangankan selamanya, hanya meminta 1800 detik untuk bersamapun kadang tak bisa
Altara        : (Muncul dari belakang)
Kamu ajari aku untuk melukis senyum
Ajari aku untuk percaya
Bahkan setiap detik hidupku adalah percaya
Kamu adalah putihku
Yang berani masuk kedalam hitamku
Dan telah membuatnya menjadi abu-abu dan akan menjadikannya putih
Kau buat aku percaya akan seseorang yang akan membuat hitamku menjadi putih
Dan aku percaya itu adalah kamu
Narista       :                       Tugasku selesai
Aku buat hitammu menjadi abu-abu
Dan dia
Dia yang akan melanjutkannya menjadi putih
Altara        : (Mendekati Narista)
     Putihku tak akan seindah apa yang kau bayangkan
Putihku akan semakin pudar tanpamu
Narista       :               Kamu hidup untuk percaya
Altara        :           Aku percaya pada apa yang aku percaya
Aku percaya diri aku sendiri!
Narista       : (Tersenyum) Kau harus percaya pada dirimu sendiri
Percayalah bahwa kamu akan mendapat putihmu itu tanpa aku
Altara        :                     putihku itu dia
Bintang malamku juga dia
Cahaya akupun dia
Hidupku adalah dia
             (Berlutut di tengah panggung)
Narista       :               Tuhan telah menggenggamku
Menjaganya dalam peluk hangat tubuhnya
Namun amormu ini akan menemanimu
Selalu
             (Duduk sebelah Altara sembari menyender di bahunya)
Altara        : (Mendongak ke atas lalu menghadap ke penonton)    Â
Ta... Terima kasih sudah menjadi amorku
Amor yang hanyalah sebuah delusiku
Suana hening, judul drama keluar, dan kemudian lampu sorot mati.
BABAK 2
      Panggug ditata menyerupai kelas. Keadaan belum terlalu ramai karena masih pagi namun, sudah ada beberapa anak yang datang termasuk Altara. Kemudian Narista datang dengan lesu dan langsung duduk di bangkunya.
Rani         : Pagi Narista!
Diyan        : Pagi ratu tidur yang tak balas chat awak semalam! Teganya kau tinggalkan
             awak dengan PR yang tak ada paham sedikit pun dengan otak kecil ini.
Narista       : Selamat pagi Rani ku sayang! Pagi juga Yan, maaf ya semalem aku ketiduran  Â
             dan oh ya, ini aku pinjamkan PR yang semalam.Â
Diyan        : Hahahaha... mengerti sekali lah kau kepada wanita yang sangat mendambakan
             Cinta.
Rani         : Apaan sih Yan, menyedihkan sekali kamu ini. Mengemis cinta kepada si
             pangeran berkuda merah itu.
Diyan        : Ih... kau Danny ya? Diam lah kau jangan banyak cakap macam ini.
Rani         : Hihh... awas aja di PHP-in sama Danny.
Narista       : Udah lah Ran, biarin aja si Diyan. Biarkan dia bermimpi dengan mimpi-
             mimpinya. Siapa Tau dia dan Danny bisa benar-benar dekat.
Rani         : Kamu kenapa Ra? Sakit kah? Muka kamu pucat loh.
Narista       : Ha? Enggak kok aku ba...
Altara        : Selamat pagi tuan putri! Sudah datang ternyata kamu (masuk ke dalam kelas
             sembari melompat-lompat kegirangan)
Narista       : Pagi juga raksasa kodok yang nyebelin banget.
Altara        : Yah yah, kok kamu lesu sih? Sakit kah? (memegang jidat Narista)
Narista       : Astaga... apaan sih, lebay banget deh. Aku enggak kenapa-kenapa gila. Aku itu
             sehat-sehat aja. Princesspaling kuat di dunia kan aku dan kamu adalah raksasa
 kodok yang paling jago buat jagain aku (ucap Narista dengan gaya kekanak-  Â
 kanakannya)
Altara        : (Mengacak rambut Narista) Hahahaha, Narista...Narista...pangeran kodokmu Â
             ini akan menjaga kamu dari nyamuk-nyamuk penghisap kecantikan. Aku akan
             berjuang mati-matian untuk mempertahankan harta karun dunia ini.
Narista       : (Memukul bahu Altara) Astaga...apa-apaan sih Ra. Gombal banget sih kamu,
                  geli tau enggak?
Diyan        : Iya, sok-sokan kali kau Ra. Awak saja tak pernah digituin si Danny.
Rani         : Diam kamu Ya! (menutup mulut Diyan)
Altara        : (Merintih kesakitan sembari memegangi bahu) duuuhhhhh... sakit Ta! Daripada
              kamu jijik sama aku yang alayini, lebih baik kamu buka kado yang ada di
             lacimu itu. Setelah kamu buka kado itu, kamu harus peluk aku.
Narista       : (Mukul bahu Altara) Hih, nakal kan! Suka sekali kamu menggoda aku.
      Narista membuka kado yang ada di lacinya dan betapa terkejutnya dia karena isi di dalam kado itu adalah snow globe.
Â
Diyan        : Wihhh... comel kali Ra. Awak jadi cemburu sama kau orang karena punya
             lelaki macam Altara.
Altara        : Bagaimana? Apakah kau sangat menyukai itu?
Narista       : (Masih terkejut) Astaga Ra... siapa yang tidak suka coba? Kamu tau kan kalau
             aku sangat menyukai hal-hal yang lucu seperti ini. Makasih banget ya Ra, aku
             benar-benar menyukainya. (Memainkan tangan Altara)
Altara        : Hahahaha.... dan sekarang lebih baik lihat dibagian bawah snow globeitu.
             (Tangan Altara mengarahkan kepala Narista untuk melihatnya)
Narista       : (Membaca tulisan yang ada di bawah snow globe dan latar panggung
             mengambarkan Bagian bawah snow globe)
             "Dari jatuh hingga bangkit, kamu tetaplah putri semesta -- buatan Altara"
              Snow globeini kamu yang membuatnya?
Altara        : (Menunjukan gestur tubuh tidak tahu) Entah... yang aku tau orang yang      Â
 membuat snow globeitu adalah orang yang sangat tampan dan baik hati. Dia
 sampai rela begadang dan pergi ke toko yang berisikan pernak-pernik cewek
 sendirian, bahkan asal kau tau dia sampai digodain sama penjaga tokonya yang  Â
 sangat genit. (Gestur ngambek) Untung rasa sayang aku lebih besar dari rasa Â
 malu ini.
Narista       : hahahaha.... makasih ya Ra, Si Raksasa yang sangat pandai menjaga dan
             membahagiakan putri ini memang yang terbaik. Putri ini beruntung mempunyai
kamu. Oleh karena itu kamu juga mendapatkan hadiah spesial. Kamu mendapat wish(mengeluarkan kertas origami berbentuk burung yang menjadi pertanda wish)
Altara        : huh... sama-sama (tetap menunjukan gestur ngambek) Janji sama aku, jika kau
             akan tetap tersenyum setiap harinya Ta.
Narista       : (diam dan menatap mata Altara dalam-dalam)
Altara        : Ta, aku sebagai orang yang sangat menyayangi kamu tidak ingin kamu
             bersedih. Aku tau bahwa kau akan mengabulkan setiap wish yang aku inginkan.
Narista       : Baiklah Ra, aku akan mengabulkan wish darimu itu. Aku janji (mengangkat
             tangan Dan menunjukan kelingkingnya sebagai tanda sebuah perjanjian)
Narista & Altara: (melingkarkan kelingkingnya juga di kelingkin Narista, kemudian menggabungkan
             Telunjuk dan jempol dan tangan. Tangan kirinya mengacak rambut Narista)
 Kelingking... telunjuk... jempol
Lampu latar mati dan panggung dalam kondisi gelap. Beberapa detik kemudian ada suara bel berbunyi beserta suara ramai anak-anak yang pulang sekolah. Lampu kembali hidup
Â
Altara        : Mau pulang bareng aku?
Narista       : Enggak Ra, aku dijemput kok.
Diyan        : Ta, awak nak balik dulu ya, nak jumpa dengan Danny. Dia ajak awak jalan hari
             ini.
Narista       : Ciee... ya udah, hati-hati di jalan ya Yan. Titip salam buat orang tuamu di
             rumah juga.
Diyan        : Siap Ta! Awak balik dulu ya, Ra.
Rani         : Aku juga balik dulu ya Ta, Ra. Aku mau ngerjain tugas kelompok soalnya.
      Suasana kelas sudah sepi dan hanya menyisakan Narista dan Altara.
Altara        : (Duduk di meja sembari melihat Narista yang sibuk membuat origami burung)
             Ta, nanti malam jalan yuk, mau kan? Aku baca di internet bahwa malam ini
             Akan ada bintang jatuh.
Narista       : Benarkah? Sudah lama aku tidak membaca berita.
Altara        : Astaga Ta, pantas saja kau jarang membalas chataku.
Narista       : Hehehehe... maaf Ra, aku tidak ada waktu untuk membalas chat mu. Jangan
             marah ya.
Altara        : Huh... aku tidak akan marah kepadamu. Asal ada satu syaratnya, kamu harus                mau pergi dengan aku malam ini. Aku akan menjemputmu jam 8 nanti.
Narista       : Astaga! Ini sebuah pemaksaan namanya. Jika aku tidak bisa bagaimana?
Altara        : Aku tidak mau tau, pokoknya kamu harus pergi dengan aku malam ini.
Narista       : Baiklah Ra, aku menerima permintaan kamu.
Altara        : Wah! Benar Ta? (melompat dari meja) terima kasih ya! Pokoknya nanti malam
             aku jemput kamu dan kita akan melihat bintang jatuh bersama. (Mengacak
             rambut Narista)
Narista       : Iihhh... jangan ngacakin rambut aku Ra. Ya udah, aku pulang dulu ya,
             kelihatannya aku sudah dijemput. (Mulai berdiri sembari membereskan barang-
             barangnya)
Altara        : Oh ya udah, aku juga sekalian balik. Sampai bertemu nanti malam jam 8 ya
             putri.(mulai beranjak pergi sembari melambaikan tangan ke Narista)
      Sebelum meninggalkan kelasnya, Narista menggantungkan origami burung di atas loker. Setelah itu dia menyempatkan diri melihat seluruh kelas dan dengan raut muka yang sedih pergi meninggalkan kelas.
Â
BABAK 3
      Panggung ditata seperti taman dengan bangku panjang yang berada di tengah. Latar belakang menggambarkan langit malam dengan bulan purnama dan beberapa bintang yang menghiasi langit malam. Narista dan Altara duduk di bangku sembari menatap bintang.
Â
Altara        : (Menatap Narista sembari senyum-senyum sendiri)
Narista       : Ra, bintang jatuhnya jam berapa emangnya? Ra? (Bingung melihat Altara yang
             Mentap dirinya) Ra!
Altara        : Eh iya? Kenapa Ta? Ada yang ngeliatin kamu kah? Mana orangnya? Aku tonjok
             Sini!
Narista       : Tonjok dirimu sendiri tuh, kamu yang dari tadi memperhatikan aku terus.
             Memangnya apa yang pikirkan sampai bisa seperti ini?
Altara        : Aku memikirkan bintang yang sedang aku tatap ini.
Narista       : (Menutup muka Altara) Ihh... apaan sih Ra.! enggak lucu tau.
Altara        : Tapi aku seriusan Ta.
Narista       : Hahaha... udah ah bercandanya. Aku mau menunggu bintang jatuh saja.
Altara        : (Ikut menatap ke langit) Ta, aku tidak bisa memungkiri kenyataan bahwa kamu
             memang lebih indah dari pada bintang.   Â
Narista       : (Diam saja karena merasa pusing dan memegangi kepalanya)
Altara        : Kamu kenapa Ta? Apakah kamu sakit? Kenapa kamu memegangi kepalamu
             seperti ini?
Narista       : Ha? Aku tidak kenapa-kenapa kok Ra. Aku hanya sedikit pusing saja karena
             terlalu lama mendongak ke atas. Ini adalah hal yang wajar kok.
      Tak lama setelah itu, bintang-bintang di langit mulai berjatuhan.
Narista       : Wah... indah sekali Ra. Aku sangat menyukainya.
Altara        : (Menggenggam tangan Narista) Iya Ta, semua bintang memang selalu indah ya.
             Aku senang bahwa hidupku selalu dihiasi oleh bintang-bintang.
Narista       : (Menatap Altara) Ra? kenapa kamu menggenggam tangan aku?
Altara        : Eh maafkan aku, aku tidak sadar melakukannya.
Narista       : Hahahahaha... ya sudahlah, aku hanya bertanya. Ra, lucu ya dunia jaman
             sekarang. Dalam waktu satu hari saja kita bisa berada di belahan dunia yang
             berbeda.
Altara        : Hahaha, namanya juga sudah modern. Apapun itu jauh lebih cepat, Ta. Mau
             makan? Buat mie instan aja. Mau jalan-jalan? Sudah tidak perlu lama-lama
             di jalan. Mau nembak cewek? Tinggal lewat chat atau telpon. Tapi kalau aku
             ya maunya langsung mengungkapkan kalau nembak cewek.
Narista       : Hahahahaha... beneran enggak lucu Ra, tapi aneh loh. Oh iya... bintangnya
             sudah selesai dan aku harus buru-buru pulang Ra.
Altara        : Kamu ingin pulang sekarang? Nanti dulu lah Ta. Aku masih ingin di sini
             bersamamu.
Narista       : Aku sudah lelah Ra, aku sepertinya sedang tidak enak badan dan lagipula
             udara malam ini sangat dingin. Aku tidak ingin sakit.
Altara        : Udara malam ini memang dingin sih. (Memberikan jaket kepada Narista)
bajumu juga sedikit tipis dan jaketmu kurang tebal. Baiklah, aku akan Pulang
secepatnya. Ayo Narista, aku akan mengantarmu. Aku tak ingin kau sakit.
Narista       : Terima kasih Ra dan maafkan aku jika harus memaksa kamu untuk pulang cepat.
             Aku tahu kau masih ingin menikmati malam ini, tetapi aku sungguh tidak
             sanggup berlama-lama di sini.
Altara        : Tak apa Narista, aku paham dengan keadaanmu. Sudahlah... kesehatan kamu
             lebih penting dari pada malam ini. Karena jika kamu sakit, malam-malam
             berikutnya akan terasa menyedihkan.
      Altara mengantar Narsita kembali pulang kerumahnya. Panggung mulai gelap dan penataan mulai berganti.
Â
BABAK 4
      Panggung ditata menyerupai kelas. Altara datang dan nampak menunggu Narista.
Rani         : Ra! Apakah kau melihat Narista? Kenapa sampai sekarang dia belum datang ya?
Altara        : Iya, aku belum melihat Narista datang. Tumben sekali jika dia terlambat.
             Apakah dia sakit karena hari itu ya?
Rani         : Kemarin aku mengirimkan pesan kepada dia dan sampai sekarang belum ada
             jawaban sama sekali dari dia. Bahkan sepertinya dia tidak online sama sekali.
Altara        : Huumm...mungkin dia memang sedang sakit. Kita lihat besok saja lah, biarkan
             dia beristirahat dulu.
Diyan        : (Berlari dengan raut muka panik) Kawan-kawan! Kalian nampak Narista tak?
             Awak nak butuh contekan dari dia. Ini sangatlah penting, PR awak belum
             selesai!!
Rani         : (Menepuk jidat Diyan) Astaga Yan!! Kenapa kamu mempermasalahkan itu sih?
             Sampai sekarang aku dan Altara masih menunggu kedatangan Narista karena
             sampai sekarang dia belum datang juga.
Diyan        : Astaga! Benarkah? Matilah awak kena hukum Pak Bakti (merengek dan panik)
Rani         : Terserah kamulah Yan.
      Semua pemain berpindah tempat. Lampu sorot fokus ke titik tengah yang menuliskan hari selanjutnya (sebagai penanda sudah hari keberapa Narista tak masuk sekolah). Dan dalam proses pergantian hari, pemain tetap berada di panggung. Mereka hanya berganti posisi di setiap lampu sorot mati dan layar menunjukan waktu yang berbeda.
Â
Â
*Hari ke 4
Rani         : Ra, apakah kamu sudah mendapat kabar tentang Narista?
Altara        : (Melihat ke luar jendela dengan muka yang begitu lesu. Dia hanya
             menggelengkan kepalanya)
Rani         : Sudahkah kau ke rumah dia? Setidaknya untuk memastikan bahwa dia baik-baik
             saja.
Altara        : Astaga Ran! Kenapa tidak terpikirkan oleh aku? Aku bisa langsung pergi ke
             Narista kan. Ah...bodoh sekali aku! Kamu tenang saja ya, aku akan pergi ke
             rumah Narista setelah pulang sekolah. (Altara nampak begitu kegirangan dan
             tak sabar)
      Panggung kembali gelap dan tata panggung mulai diubah.
Â
BABAK 5
      Tata tempat menunjukan ruang tamu rumah Altara. Hanya ada satu sofa di panggung ini tanpa ada barang-barang lain. Latar akan membantu menunjukan bahwa babak ini berada di ruang tamu.
Altara        : (Terdengar suara bantingan pintu. Altara berjalan dengan emosi, lalu melempar
             tasnya, dan kemudian menjatuhkan dirinya di sofa)
Ayah Altara   : Ada apa ini Ra? Kenapa pulang ke rumah dengan keadaan seperti ini?
Altara        : Aku marah Pa! Aku sedih! Aku bingung! Aku mencari Narista! Di mana
             Narista? Kenapa Om Basko menolak untuk menjawab aku?! Aku hanya bertanya
             keadaannya saja Pa! (Ucap Altara dengan nada tinggi)
Ayah Altara   : Maafkan Papa, tapi lebih baik kamu membiarkan keluarga Om Basko mengurus
             kehidupan mereka.
Altara        : Memang kenapa Pa? Apakah Papa menyembunyikan tentang keadaan Narista
             juga dari aku? Apakah Papa tau semuanya? Apa Om Basko telah memberitahu
             Papa? Beri tau aku Pa!! (Nada Altara meninggi dan mulai menangis)
Ayah Altara   : (Mencoba menenangkan Altara) Altara tolong dengarkan penjelasan Papa.
Altara        : Penjelasan apa? Narista di mana Pa?
Ayah Altara   : Altara! (mulai ikut menaikan nada) Kamu sayang dengan Narista kan? Jika
             kamu sayang dengan dia, biarkan dia memilih hidupnya. Papa memang tau
             apa yang terjadi dengan Narista. Tapi ini merupakan keputusan Narista sendiri.
             Kamu harus bahagia jika dia bahagia Nak. Jangan pernah kau egois kepada
             orang yang kau cintai.
Altara        : (Kembali duduk di sofa dengan lesu dan menundukan kepalanya)
Ayah Altara   : Papa pernah mengalami hal seperti ini. Merelakan adalah jalan terbaik, Nak.
Altara        : Merelakan? Narista masih hidup Pa!! Aku percaya Narista masih hidup!
             (Melempar bantal sofa dan mulai memukul-mukul sofa)
Ayah Altara   : Altara dengarkan Papa!! Narista masih hidup!! Apapun yang dia rencanakan
             biarlah terjadi. Ini permintaannya dan dia hanya ingin kau bahagia.
Altara        : Bagimana aku bisa bahagia jika kebahagiaan aku itu dia Pa?!
Ayah Altara   : Itu karena kamu belum menemukan kebahagiaanmu yang lain Nak. Kamu
             pernah berkata ke Papa bahwa kamu diajari untuk percaya oleh Narista.
             Bahkan hal yang membuat Papa dapat mengerti kamu sebagai pemimpi.
             Kamu harus terus percaya dan bermimpi. Narista percaya bahwa kamu akan
             selalu menjadi pemimpi yang hebat.
      Lampu sorot padam dan tata panggung mulai diganti
Â
BABAK 6
      Tata panggung di bagi menjadi dua bagian. Bagian pertama ditata seolah taman bunga dan bagian sebelahnya menyerupai butik. Untuk penampilan pertama, latar berada di taman dan di situ Mentari sudah siap di bagian taman namun lampu masih mati semua. Sebelum di mulai, latar di belakang akan memberikan tulisan "6 tahun kemudian" karena babak ini adalah 6 tahun setelah kepergian Narista secara misterius. Setelah tulisan "6 tahun kemudian" ditayangkan, latar memutar video tentang keadaan di Praha sebagai penjelas bahwa tempat mereka sudah berganti ke Praha. Dan beberapa detik setelah itu latar mati kemudian hidup di panggung bagian taman.
Mentari       : (Nampak melihat jam beberapa kali)
Altara        : (Datang dengan santainya)
Mentari       : Hai sayang (merangkul tangan Altara dengan mesra) Aku kangen tau sama
              muka sok dinginmu ini (memainkan pipi Altara)
Altara         : (Melepaskan tangan Mentari dari pipinya) Sudahlah sayang, aku tidak suka kau
              memainkan pipi aku. Sudah cukup kau merangkul tangan aku seperti ini. Kita
              tidak perlu menunjukan bahwa kita adalah pasangan kekasih.
Mentari       : Ahahaha...iya-iya Ra, aku tau kamu tidak suka aku gituin. Tapi aku tidak
              peduli dengan sikap dinginmu ini. Aku menyukainya, karena aku tau bahwa
              cowok dingin itu setia dan tidak mudah melirik wanita lain.
Altara         : (Mengacak rambut mentari) Sekarang bercandanya sembari jalan ke kantormu.
              Kasihan kamu nanti, udaranya lumayan dingin hari ini.
Mentari       : Ah iya, aku tidak ingin terlambat untuk pemotretan hari ini. Terlebih    Â
 hari ini aku ditemani kesayanganku untuk pertama kalinya. Ayo, aku
 akan menunjukan kemampuan aku di depan kamera.
Altara        : Dasar bocah manja (mengacak rambut Mentari)
Mentari       : Aku memang manja. Toh aku manjanya kan ke kamu, hehehehe.
Altara        : Jangan terlalu manja, kamu tau kan aku akan bersikap biasa saja.
Mentari       : Tidak peduli (menarik lengan Altara mendekat dan segera pergi)
      Mereka berjalan ke sisi lain panggung yang menunjukan latar bagian dalam sebuah butik. Ada satu meja yang berisikan beberapa alat dan di dindingnya terlihat beberapa desain baju yang telah dirancang. Di sana sudah ada Pak Tioyang masih membersihkan beberapa keperluan untuk persiapan pemotretan.
Mentari       : Selamat siang Bapak.
Pak Tio       : Selamat siang juga Nona Mentari. Apakah anda siap dengan pemotretan nanti?
Mentari       : Siap! Sudah komandan! Hehehehe.
Pak Tio       : Itu siapa Non? (menunjuk ke arah Altara yang sibuk melihat-lihat gambar)
Mentari       : (Menarik lengan Altara untuk mendekati Pak Tio) Namanya Altara dan
             dia adalah kekasih saya yang sangat menyebalkan di dunia. Namun dia juga
             paling peduli dengan saya walau kelihatannya dia sangat dingin. Dan Altara,
             beliau adalah Pak Tio. Beliau yang membantu pemilik butik ini dalam
             mengurusi beberapa kepentingan kami para model.
Pak Tio       : Tak usah dipersulit bahasanya Non. (mengulurkan tangan ke Altara) Saya
             OB di sini.
Altara        : (mengulurkan tangan untuk mengajak berkenalan dengan Pak Tio)
             Anda orang Indonesia?
Pak Tio       : Ahahahaha, saya dulu orang Indonesia. Namun sekarang saya hanyalah orang
             tua yang tinggal di negara bernama Praha.
      Kemudian Narista masuk dengan tergesa-gesa
Narista       : (Masuk ke butik namun belum sadar dengan keberadaan Altara dan masih sibuk
             dengan barang-barangnya karena dia terlambat)
 Hai! Selamat Siang, maafkan keterlambatan aku. Mentari, apakah kau sudah
             bersiap-siap untuk pemotretan hari ini? Aku sudah siapkan desain musim gugur
             yang sangat cocok untukmu. Ayo Ri, aku yang akan mengurusmu kali ini.
             (Mata Narista bertemu dengan mata Altara. Mata yang selama ini dia coba
             Hindari sekaligus sangat dia rindu)
Altara        : (Menatap mata Narista dan merasa tidak percaya. Narista dan Altara membeku
             Dalam lamunan. Semua kenangan seakan menghujam diri)
Narista       : Hai Ra, apa kabar?
Altara        : (Diam membisu)
Narista       : (Raut muka gugup) Kamu sekolah di sini? Kamu dengan siapa ke sini?
Mentari       : Kalian sudah saling kenal sebelumnya? Dia ke sini bersama aku, Ta. Dia ingin
             menemani aku untuk pemotretan karena malam ini kami ingin jalan. Tak apa
             kan aku membawa dia kemari?
Narista       : Ahahaha tak apa kok Ri, aku harus berterima kasih kepadamu karena telah
             mempertemukan aku dengan Altara.
Altara        : Kamu masih bisa tersenyum di saat seperti ini?
Narista       : Sebuah janji telah terucap 6 tahun yang lalu. (Mengambil snow globe yang ada
             di meja kerjanya dan menunjukannya kepada Altara) bertukar dengan snow
             globe ini. Itulah alasan aku masih tersenyum di saat seperti ini Ra.
Altara        : (Menatap snow globe itu dan sempat ingin meraihnya namun tak jadi.
             Altara menyentuhkan ujung telunjuknya di kening Narista)
             Tetaplah tersenyum Ta.
Narista       : Ra?
Altara        : (Menutup mulut Narista dengan telunjuk) Lain waktu Ta.
             (Pergi meninggalkan Narista dan yang lainnya)
Mentari       : Apakah kamu memiliki sebuah kenangan dengan Altara, Ta?
Narista       : Iya Ri. Kenangan yang akan tetap menjadi kenangan dan tak akan berlanjut
             di masa depan.
Mentari       : Apakah kamu kepercayaan dan mimpinya selama ini Ta?
 Narista       : Inginkah kamu mengetahui kisah ini? Aku pikir kamu harus tau karena kamu
             yang akan menjadi lanjutan kisah Altara dan mimpinya yang sekarang.
Mentari       : Seyakin apa kamu sampai bisa berpikir bahwa aku akan melanjutkan kisah
             kalian?
Narista       : (Memegang bahu Mentari)Karena aku percaya.
BABAK 7
      Tata panggung masih di butik namun meja dan beberapa kursi sedikit lebih menepi. Latar menunjukan sebuah chat antara Altara dan Narista.
Narista       : Dapatkah aku bertemu denganmu?
Altara        : Dapat nomorku dari Mentari?
Narista       : Dapatkah aku bertemu denganmu?
Altara        : Untuk apa?
Narista       : Aku merindukan kamu. Bolehkah aku bertemu denganmu?
Altara        : Oh
Narista       : Wish
Altara        : Apa wishmu?
Narista       : Bertemu denganmu.
Altara        : Aku sudah tak percaya wish lagi.
Narista       : Permintaan terakhir aku.
Altara        : Maksudnya?
Narista       : Anggap ini adalah permintaan terakhir aku. Jika kau tak datang, mungkin
             kau akan lebih menyesal dan menyalahkan segala egomu.
Altara        : Di mana dan jam berapa?
Narista       : Di butik, jam 8 p.m.
Altara        : Baiklah. Udah dulu.
Narista       : Terima kasih.
      Chat mereka berhenti dan lampu sorot mati. Kemudian Lampu hidup dan Pak Tio sudah ada di situ. Pak Tio sedang membersihkan meja kerja Narista. Altara masuk sembari melepaskan jaketnya.
Altara        : Selamat pagi Pak.
Pak Tio       : Selamat pagi Nak, kamu mencari Narista ya?
Altara        : Iya Pak, apakah Narista sudah tiba?
Pak Tio       : Belum, Nona belum datang kemari.
      Altara duduk di salah satu kursi dekat jendela dan dan melihat-lihat pemandangan di luar. Pak Tio masih sibuk membersihkan barang-barang di sekitarnya.
Altara        : Pak Tio?
Pak Tio       : Iya, Ada apa ya?
Altara        : Saya teringat ingin menanyakan tentang Bapak. Kenapa Bapak bisa berada
             di Praha dan bapak mengatakan bahwa Bapak bukan lagi orang Indonesia?
Pak Tio       : Ahahaha...menjadi seorang eksil adalah takdir saya, Nak.
Altara        : Eksil? Bapak kenapa bisa menjadi seorang eksil?
Pak Tio       : (Duduk di kursi sebelah Altara)Di zamanmu, untuk mengungkapkan pemikiran
             bukanlah sebuah hal yang akan membuatmu diasingkan.
Altara        : Apa yang Bapak lakukan sampai harus diasingkan?
Pak Tio       : Kamu seharusnya tau apa saja yang dilakukan banyak orang pada masa
             pemerintahan Soeharto. Namun saya tidak memukul, saya tidak membunuh,
             saya tidak melempar batu tajam, dan saya tidak membakar. Saya hanya berteriak
             meminta keadilan. Meminta reformasi bagi rakyat dan menginginkan kekejaman
             Soeharto berhenti.
Altara        : Dan sekarang kenapa Anda tidak ingin kembali?
Pak Tio       : Tidak ingin? Saya Kehilangan rumah, bertahun-tahun bertahan hidup di negeri
             orang, Bekerja di janitor, hidup membujang sendirian, dan saya ingin sekali
             kembali ke Indonesia! (Nadanya meninggi)
Altara        : Tapi kenapa Anda tidak kembali?
Pak Tio       : Berkali-kali saya mencoba untuk kembali dengan satu tujuan. Saya tidak pernah
             membawa hati saya ke Praha dan saya hanya ingin memiliki hati saya kembali.
             Hati yang saya tinggalkan di Indonesia.
Altara        : Pernahkah Anda berusaha menghubungi cinta Anda?
Pak Tio       : (Diam sesaat sembari menatap langit)Tuhan lebih membutuhkan dia di surga
             sana, aku hanya bisa merelakan Kepergian dia (mulai menahan tangis) Saya
 hanya ingin meminta 1.800 detik di nafas terakhirnya. Menatap matanya yang
 mulai meredup. Mengusap rambutnya yang begitu lembut. Membiarkan dia
 berbaring di pelukanku sembari mencium lembut keningnya. Dan menjadi
 manusia terakhir yang dia tatap (menangis).
Altara        : (Memegang bahu Pak Tio) Anda begitu mencintai dia.
Pak Tio       : Yah, seperti itulah. Di saat semua berubah, hanya cinta yang tak berubah.
Altara        : (Diam sejenak karena meragu) Semuanya memang akan berubah, termasuk
             cinta. Cinta masih bisa berubah dan pasti.
Pak Tio       : Jika cinta, tak akan pernah berubah, Nak. Jika perasaan itu berubah, maka itu
             bukan cinta.
Altara        : Bagaimana bisa dibilang cinta jika pergi meninggalkan?
Pak Tio       : Saya cinta dengan Indonesia. Bahkan cinta saya sampai saat ini masih sama.
             Cinta kepada wanita yang selama ini menggenggam hati saya. Namun saya harus
             Menjauh dari semua ini. Karena saya sadar saya tidak bisa bersama dan kembali.
Altara        : Sadar tidak bisa bersama karena Anda telah diasingkan?
Pak Tio       : Apapun alasannya biarkan saya yang tau. Memangnya kau ingin mengerti saya?
Altara        : Saya akan mendengarkan apapun alasannya.
Narista       : (Muncul tiba-tiba dari arah belakang sembari mendekati Altara)
             Karena hidup saya sebenarnya tak dapat bertahan lagi dan saya ingin kamu
             melihat mimpimu yang lain. Mimpi yang jauh lebih besar. Hidupmu...
             duniamu... cintamu... (mengatakannya sambil tersenyum namun raut mukanya
 pucat sekali)
Altara        : (Berdiri dari duduknya dan mendekati Narista) Kamu kenapa? Kenapa dengan
             hidupmu?
Narista       : Kanker hati stadium 4.
Altara        : Tapi rambutmu?
Narista       : Aku berhenti kemo. Aku menggunakan metode pengobatan lain. Namun karena
             aku lelah, aku memilih sibuk untuk mengejar mimpi aku dan terus berusaha
             bahagia. Dan ternyata hal itu yang terus membuat aku hidup dan bertahan.
             (Beberapa kali mempertahankan suaranya yang sedikit tertahan)
Altara        : Apakah semua ini adalah rencanamu? Termasuk kisah yang Pak Tio ceritakan?
Narista       : Kisah Pak Tio adalah kebenaran. Termasuk apa yang aku katakan.
Altara        :  Itu alasanmu tiba-tiba menghilang dari hidupku?
Narista       : Mengejar mimpi masing-masing. Aku bahagia setiap mendengar cerita Mentari
             tentang dirimu yang ingin membuat Mentari menemukan mimpi kecilnya.
             jadilah pangeran berkuda putihnya.
Altara        : Ini semua hanya delusi.
Narista       : Kamulah amor bagi setiap delusinya.
Altara        : Tapi kamu amorku, kamu juga delusiku. Aku tidak bisa membuat orang lain
             menjadi apa yang aku pikirkan tentang kamu Ta.
Narista       : (Menggenggam tangan Altara) Itu alasannya mengapa aku harus pergi sejak
             awal. Aku berhenti sampai di sini, Ra. Cerita selanjutmu bersama Mentari.
             Altara yang berarti bintang dan Mentari yang berarti matahari. Kalian adalah
             terang bagi dunia dan aku akan menjadi senja yang akan menyatukan kalian.
             (Terjatuh pingsan)
      Lampu langsung mati dan drama selesai.
           Â
     Â
 Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI