Ibunda Saver merenungi perkataan putri bungsunya itu. Ya, perlu waktu lama, bahkan sangat lama untuk memaafkan orangtuanya untuk mematahkan hatinya. Butuh waktu lebih lama lagi untuk dapat mencintai suaminya, ayah Saver. Bahkan sampai Kornelis, anak keduanya lahir, ia belum dapat mencintai suaminya.
Sebetulnya suaminya adalah orang yang baik. Ia jujur dan pekerja keras. Karena penghasilannya sebagai guru tidak terlalu memadai, Robert, itu nama ayah Saver, bekerja keras di kebun mereka. Tanaman unggulan mereka bukan kopi, namun kacang mete. Ketika tiba musim panen, Robert tidak menjual kacangnya dalam bentuk mentah namun diolah terlebih dahulu.Â
Itulah sebabnya mereka dapat menghasilkan lebih banyak lagi. Robert orang baik. Buktinya ia membebaskan para ata ndai (3) yang diperolehnya dari orangtuanya. Dulu ia menyangka suaminya melakukan itu karena tidak mampu membiayai kehidupan para ata ndai itu, karena golongan ata (4) memang bergantung penuh pada tuannya, namun jika dipikir lebih lanjut, tugas pengolahan kebun dan pemeliharaan hewan akan lebih mudah jika mereka tetap dibantu para ata.
Hanya ada satu ata yang tetap tinggal bersama mereka setelah Robert membebaskan para ata. Itu adalah Ra Mete, ata ngandi (5) miliknya. Ra Mete menolak untuk 'Ikut dibebaskan' karena merasa tidak punya keluarga dan tidak menikah. Ia ingin menemani tuannya sampai meninggal. Ra Mete meninggal lima tahun lalu.
Sebabnya hati ibunda Saver terbagi, antara tidak ingin mengecewakan suaminya, orang yang dicintai dan dihormatinya, dan tidak ingin membuat anak gadisnya mengalami patah hati yang sama dengan yang pernah dirasakannya.
"Lukas itu orang yang baik." ibunda Saver menyebutkan nama pemuda yang sekiranya akan dijodohkan dengan Saver. Pemuda yang lima belas tahun lebih tua dari Saver, namun berasal dari kaum maramba bokulu (6), bukan dari maramba kudu (7) seperti mereka. Itu pulalah yang menyebabkan Robert suaminya, sangat bersemangat menjodohkan Saver dengan pemuda itu.
"Ya, dan Lukas kaum maramba bokulu. Aku akan mendapatkan banyak ata jika menikah dengannya, sama seperti nenek dulu."
Yang dikatakan Saver benar adanya. Ketika dulu nenek Saver dari garis ibu menikah dengan kakek Saver, ia mendapatkan hadiah berupa 15 orang ata dari suaminya. Suatu kebanggaan tersendiri di masa itu namun sekarang mungkin akan membuat pusing, ada 15 mulut tambahan yang harus diberi makan.
"Dan nenek tidak mencintai kakek bahkan sampai ajal menjemputnya." Mata Saver berkaca-kaca, mengingat kisah cinta neneknya yang tragis. Meski bagaimanapun, jika neneknya tidak menikah dengan Umbu Nai Keba, kakeknya Saver, maka ibunda Saver tidak akan lahir ke dunia ini, demikian pula dengan Saver. Kisah cinta yang tragis namun jika tidak ada maka tidak ada cerita hari ini.
"Rambu(8), jangan berkata demikian." Ibunda Saver berusaha menenangkan putrinya. Sungguh salah rasanya dulu ia menceritakan perihal pernikahan orangtuanya pada anaknya.
***