Nyatanya ....
Nggak heran, seperti yang sudah saya tulis di paragraf awal, terjadi perdebatan apakah sebaiknya disebut Pulau Maju atau Pantai Maju. Sebuah plang besar bertuliskan "Anda Ada di Pantai Maju" seolah menjadi hakim yang melegalkan bahwa sebutan resminya adalah Pantai Maju.
Gubernur DKI Â Jakarta, Anies Baswedan memang menyatakan penggunaan pantai dan bukan pulau. Penyebabnya kawasan reklamasi ini masih masuk dalam kawasan Pulau Jawa.
Anies juga merencanakan akan membangun rumah susun tematik untuk masyarakat berpenghasilan rendah, pasar tematik ikan, tempat ibadah, kantor pemerintah dan dermaga.
Mumpung materi ekonomi masih hangat, kamipun berbincang dengan Pak Isson tentang rencana Gubernur DKI Jakarta tersebut. Hasil akhirnya kami sepakat bahwa tidak bijak menyandingkan perumahan untuk masyarakat berpenghasilan rendah dengan kaum borjuis. Masing-masing pihak akan merasa tidak nyaman.
Mereka yang berpenghasilan rendah pastinya akan membutuhkan banyak fasilitas baru, seperti sekolah, agar penghasilan mereka tidak habis untuk transportasi. Sedangkan golongan elit akan jengah berdampingan dengan pemukiman kumuh. Jemuran memenuhi jendela dan anak-anak cemong berlari kesana-kesini.
Mengikat Silaturahmi
Ah sudahlah, kita tinggalkan Bapak Anies yang berjanji akan membatalkan proyek reklamasi, namun berujung meresmikan Jalasena jogging, bicycle track, serta merencanakan ini itu. Nggak mudah emang jadi gubernur. Sering dilematis membuat keputusan.
Lebih asyik jadi Kompasianer, bisa menilai sambil selfie-selfie. Bisa tertawa tertiwi tanpa beban, sambil menikmati proyek ambisius segelintir orang.
Karena kedatangan kami ke Jakarta, selain untuk berburu ilmu berbonus anjangsana ke Pantai Maju, adalah untuk silaturahim. Sebelumnya hanya say hello, saling adu pendapat di media sosial dan di laman tulisan.