Sudah banyak tulisan yang membahas petingnya mangrove di pantai. Ibarat kata mangrove adalah ikat pinggang dari pantai yang perannya sangat besar.
Bayangkan saja kalau celana yang dilengkapi ikat pinggang, namun karena tidak dipakai ikat-nya, gampang terlucuti. Seperti itu kira-kira gambaran dari fungsi mangrove di pantai.
Akar mangrove memantapkan cengkramannya terhadap kondisi pantai yang berlumpur. Sehingga jika hilang, gelombang laut dengan mudahnya mengikis lumpur dan pasir yang lemah dan terbawa ke laut atau ke tempat lain kemudian tersedimentasi di tempat lain.
Terkikisnya pasir akibat gelombang ini lama-kelamaan menyebabkan abrasi yang merusak, bisa-bisa rumah-rumah penduduk hanyut saat gelombang besar dan hujan deras.
Abrasi Seperti Cerita Lama yang Tak Selesai
Perubahan iklim memang mendatangkan dampak yang luar biasa. Banyak pola alam yang berubah, sulit diprediksi.
Perubahan tersebut menjadikan manusia harus mampu beradaptasi dan terbiasa dengan kondisi tersebut.
Dampak yang baru terasa adalah abrasi yang terjadi beberapa hari yang lalu. Menghadapi peristiwa-peristiwa serupa, banyak teknologi yang diterapkan semisal pendirian tembok laut atau seawall.
Akan tetapi pendirian tembok itu tidak menyelesaikan masalah secara menyeluruh, malah menyebabkan arus yang menarik apa saja termasuk pasir, lumpur dan tanah di sekitar wilayah yang terlindungi dan memindahkannya ke tempat lain.
Dalam tulisannya, Dr. Subandono Diposaptono menjelaskan tentang sebuah konsep yang disebut sediment cell atau sel sedimen.