Mohon tunggu...
Marcko Ferdian
Marcko Ferdian Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pencinta Monokrom dan Choir

Love what you have || Kompasianer pemula

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Abrasi, Cerita Lama yang Tak Selesai

19 Juni 2022   04:05 Diperbarui: 20 Juni 2022   16:05 2078
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi abrasi di Pantai Krakal, Tanjungsari, Gunungkidul.| Dok SAR Satlinmas Wilayah II Gunungkidul via Kompas.com

Sudah banyak tulisan yang membahas petingnya mangrove di pantai. Ibarat kata mangrove adalah ikat pinggang dari pantai yang perannya sangat besar.

Bayangkan saja kalau celana yang dilengkapi ikat pinggang, namun karena tidak dipakai ikat-nya, gampang terlucuti. Seperti itu kira-kira gambaran dari fungsi mangrove di pantai.

Akar mangrove memantapkan cengkramannya terhadap kondisi pantai yang berlumpur. Sehingga jika hilang, gelombang laut dengan mudahnya mengikis lumpur dan pasir yang lemah dan terbawa ke laut atau ke tempat lain kemudian tersedimentasi di tempat lain.

Terkikisnya pasir akibat gelombang ini lama-kelamaan menyebabkan abrasi yang merusak, bisa-bisa rumah-rumah penduduk hanyut saat gelombang besar dan hujan deras.

Ilustrasi Coastal Defense/By Arthur Webb/Sumber:www.researchgate.net
Ilustrasi Coastal Defense/By Arthur Webb/Sumber:www.researchgate.net

Abrasi Seperti Cerita Lama yang Tak Selesai

Perubahan iklim memang mendatangkan dampak yang luar biasa. Banyak pola alam yang berubah, sulit diprediksi.

Perubahan tersebut menjadikan manusia harus mampu beradaptasi dan terbiasa dengan kondisi tersebut.

Dampak yang baru terasa adalah abrasi yang terjadi beberapa hari yang lalu. Menghadapi peristiwa-peristiwa serupa, banyak teknologi yang diterapkan semisal pendirian tembok laut atau seawall.

Akan tetapi pendirian tembok itu tidak menyelesaikan masalah secara menyeluruh, malah menyebabkan arus yang menarik apa saja termasuk pasir, lumpur dan tanah di sekitar wilayah yang terlindungi dan memindahkannya ke tempat lain.

Dalam tulisannya, Dr. Subandono Diposaptono menjelaskan tentang sebuah konsep yang disebut sediment cell atau sel sedimen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun