Kang Yadi menyadari jika Bumdes yang dikelolanya saat ini masih ada keterbatasan mesin produksi umbi menjadi tepung susuai permintaan pasar ekspor. Namun umbi talas segar masih bisa memenuhi sebagian kebutuhan pasar lokal seperti Bogor, Bandung, dan Sukabumi.
"Produksi olahan umbi sekala kecil-kecilan dari Bumdes sudah dilakukan, salah satunya produk rokok daun talas. Adapun olahan makanan kita kerjasama dengan pelaku UMKM dengan memproduksi tepung untuk pembuatan aneka kue dan bolu, serta makaroni kering," kata Kang Yadi.
Bumdes yang digawangi Kang Yadi tidak hanya membawa manfaat bagi para petani Talas Beneng untuk meningkatkan hasil panen, namun juga berkolaborasi secara luas dengan pelaku UMKM produksi olahan makanan di Pandeglang
Petani Milenial Go International
Meski anak desa yang hidup di kaki Gunung Karang, Kang Yadi beserta para petani optimis dapat menerobos pasar international. Saat ini proses utama adalah perluasan kemitraan dengan para petani dan meningkatkan kualitas panen Talas Beneng. Kang Yadi yakin, Talas Beneng yang tumbuh di kaki Gunung Karang memiliki kualitas yang sangat bagus karena termasuk tanaman organik.
"Petani harus berdaya, makanya kita punya cita-cita besar ke depannya. Kita masih berjung untuk mewujudkan adanya bangunan industri pengolahan semua bagian dari Talas Beneng lebih modern, memiliki alat potong dan oven pengeringan daun, serta mesin pengolahan umbi  menjadi tepung. Pelepah batangnya bisa diproduksi menjadi pakan ikan dan serat benang. Semua bagian tanaman bisa dimanfaatkan tanpa sisa," harapan Kang Yadi.
Berdasarkan data dari Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten, lahan tanaman Talas Beneng sudah mencapai 263 hektar. Permintaan ekspor daun Talas Beneng kering sangat tinggi, seperti di Australi mencapai 200 ton, New Zealand 100 ton per bulan, dan Malaysia 40 ton per bulan.
Permintaan ekspor umbi Talas Beneng juga tidak main- maian besarannya, dimana permintaan Belanda membutuhkan 70 ton per bulan dan Korsel lebih besar 100 ton per bulan. Untuk permintaan gaplek atau umbi kering dari India dan Turkiye masing-masing sebanyak 50 ton per bulan.
Tingginya permintaan ekspor, rupanya baru dapat menghasilkan daun kering 18 ton per bulan dari peluang pasar 322 ton per bulan. Lalu kebutuhan umbi basah 200-500 ton per bulan, serta umbi kering 5 ton per bulan dari kebutuhan 25 ton (dikutip dari https://penghubung.bantenprov.go.id/)