Mohon tunggu...
Mang Pram
Mang Pram Mohon Tunggu... Freelancer - Rahmatullah Safrai

Penikmat kopi di ruang sepi penuh buku || Humas || Penulis Skenario Film || Badan Otonom Media Center DPD KNPI Kota Cilegon

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dari Kaki Gunung Karang, Talas Beneng Pandeglang Siap Gempur Pasar Internasional

10 Oktober 2023   20:28 Diperbarui: 11 Oktober 2023   20:15 800
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Idi Yadi, Dirut Bumdes Sumur Tujuh Saninten menunjukan hasli panen daun Talas Beneng (Foto Mang Pram) 

Proses panen daun Talas Beneng (Foto Mang Pram) 
Proses panen daun Talas Beneng (Foto Mang Pram) 

Setelah para petani melakukan panen daun di lahan perkebunan masing-masing, kemudian disetorkan ke Bumdes Sumur Tujuh Saninten untuk proses pengolahan lanjutan. Daun-daun yang masih berwarna hijau, kemudian dilakuan penyortiran untuk masuk tahap pemeraman agar daun berubah menjadi warna kuning keemasan.

"Setelah daun menguning, selanjutnya pemisahan tulang daun dilakuan dengan telaten. Prosesnya masih dilakukan secara manual dengan pisau, karena belum memiliki mesin khusus. Sementara untuk daun yang sudah disortir, kemudian dilakukan pencacahan dengan mesin," kata Kang Yadi.

Tahapan selanjutnya adalah daun cacahan dilakukan pengeringan. Di Bumdes masih dilakukan pengeringan secara manual dengan dijemur langsung di bawah cahaya matahari. Kondisi cuaca panasnya matahari menjadi penentu kulitas pengeringan daun cacahan.

Proses pengeringan daun Talas Beneng yang sudah dicacah (foto Mang Pram)
Proses pengeringan daun Talas Beneng yang sudah dicacah (foto Mang Pram)

Sebagai tanaman tumpang sari, daun Talas Beneng bisa dijadikan tambahan penghasilan bulanan petani. Di Bumdes Sumur Tujuh Saninten, 1 kg daun basah dari petani dihargai Rp1.000. Sedikitnya, tiap petani bisa membawa 1 ton daun tiap kali pengiriman. Akumulasi pendapatan petani dari menjual daun basah saja bisa mencapai Rp1,5 juta hingga Rp 3 Juta.

"Patani harus pintar mengatur jadual panen agar selalu ada pendapatan. Ini cukup menguntungkan sebagai tanaman tumpang sari, karena pohon-pohon yang ditanam petani di kebun kebanyakan panen tahunan. Penghasilan dari talas secara rutin bisa membantu kebutuhan sehari-hari keluarga petani," kata Yadi.

Si Daun Emas

Keberadaan Bumdes Sumur Tujuh Saninten sangat membantu para petani dalam penjualan hasil tanam Talas Beneng. Begitu juga dengan Bumdes yang menjadi binaan Desa Sejahtera Astra ini, dapat mengolah daun lebar berwarna hijau itu menjadi daun emas yang jadi rebutan pasar internasional.

Kang Yadi menyebut, permintaan daun kering Talas Beneng cukup besar di negara Australia, Selandia Baru dan Belanda. Daun talas bisa dijadikan pengganti tembakau yang lebih sehat untuk produk rokok herbal.

"Kalau ekspor sendiri kami belum siap menyediakan kuota permintaan yang sangat besar dalam satu kirim. Namun kami optimis, suatu saat bisa meningkatkan produksi dengan didukung mesin dan teknologi, serta menambah kemitraan dengan petani di luar Kecamatan Kaduhejo. Saat ini untuk pemenuhan ekspor, kita gabung saja dengan usaha ekspor daun Talas Beneng di Kota Serang," kata Kang Yadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun