Mohon tunggu...
Mamat AS
Mamat AS Mohon Tunggu... Guru - Suka bertani

biar ganting asal kada pagat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dangdut

23 Juni 2024   20:29 Diperbarui: 23 Juni 2024   21:00 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

          "Tidak!" Dengan tegas, tapi anemia.

          "Lalu, apa yang kau mau tuntut pada ibu" kalimat Cibuk menantang tetapi juga menjebak, pikir Dangdut. Otaknya memutar strategi. Ia khawatir akan terperangkap dalam matrik dimensi pikiran Cibuk yang melumpuhkan. Jawaban yang pas agak sulit dijangkau oleh pikiran Dangdut. Agak lama Dangdut terdiam. Akhirnya.

          "Dangdut hanya ingin Cibuk jelasin maksud dan makna nama saya. Dangdut!" perlawanan awal dimulai.

          "Oke oke oke!" Cibuk menghentikan kesibukannya menelisik bungkusan yang dari tadi tidak terbuka juga, "Ambilkan ibu aer es dulu." Pinta Cibuk guna mengulur tempo waiting berpikir menyusun presentasi. Koler. Malas, Dangdut berdiri menuju kulkas. Selain tensi demo sudah keburu shutdown, pula perut Dangdut makin ketir melintir. Tapi selera makannya lenyap. Mbok Lik justru yg kebingungan mesti berbuat apa. Ini orang berdua sama sekali tak menyentuh makanan yang telah terhidang. Mbok Lik tentu sungkan. Tuan rumah tidak tampak berniat makan. Sementara dirinya juga sudah setengah kalap nahan lapar siang.

          Sambil merengut dan meletakkan gelas berisi air sejuk dingin dari kulkas, dimeja, sisi ibunya, "Cibuk, sih, kebangetan. Masak waktu saya lahir di kasih nama Dangdut!? Memang gak ada nama yang lain apa? Cibuk belum tau ya, akibat yang Dangdut terima, di luar sana."

          "Akibat? Coba sebutkan akibatnya. Apa hayo...?" tantang Cibuk.

          "Ya, malulah buk. Jadi bahan olok-olokan teman-teman. Sebagian ada yang membuli. Setiap hari dan waktu. Dangdut jadi gak betah mau kemana-mana." Tangkis Dangdut serius.

          "Itu saja? Gak ada yang lain?" masih saja woles reaksi Cibuk.

          "Ya. Itu saja!" jawab Dangdut diplomatis.

          "Baik. Ibu akan jelaskan...." Sekali ini Cibuk tampak serius. Ia membenamkan duduknya dalam-dalam di kursi meja makan. Sementara mbok Lik juga makin melebarkan gendang telinganya. Penasaran apa yang akan dikatakan oleh adik sepupunya ini. Sebenarnya dirinya pun merasa penasaran mengapa diberi nama Dangdut. Dangdut tampak mulai berdarah wajahnya. Ada harapan dapat pencerahan. Minimal ganti nama baru, batinnya. Dan dia telah mempersiapkan nama yang cantik buat diganti kalau itu terjadi.

          "Bisakah lebih dipercepat penjelasannya, buk?" desak Dangdut. Makin penasaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun