Mohon tunggu...
Man Suparman
Man Suparman Mohon Tunggu... w -

Man Suparman . Email : mansuparman1959@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Jaja Si Duit Ijo

16 Juni 2017   09:48 Diperbarui: 16 Juni 2017   10:08 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

 “Uang yang mana ?”

 “Duit ijo dua, pokoknya duitijo duaaaa....”

 “Duit ijo, maksudnya duit hijau?”

 “Iyah dudu..duit ijo dua......”

 Aku masih tetap kebingungan,apa yang dimaksudkan dengan duit ijo. Pada saat aku kebingghungan, jaja dengansecepat kilat menyambar uang kertas  dua puluh ribu rupiah yang adaditanganku. Aku pun tersentak kaget,”Nah ini duit ijooooo...” ujarnya sambilcengengesesan.

Aku baru menyadari yang dimaksud duitijo oleh Jjaja, adalah uang berwarna hijau, yaitu uang kertas lembaran duapuluh ribu rupiah.

Kemudian aku menambahnya lagi dualembar uang pecahan lima ribuan, namun ia menolak hanya mau menerima dua lembarsaja uang kertas dua puluh ribuan.

Sedangkan uang yang lima puluh ribu dan dua lembar uang limaribuan oleh Jaja dikembalikan lagi kepadaku. Ia pun dengan rasa gembirameninggalkanku sambil  menari-nari dan bernyanyi-nyanyi  “Jaja duitijo..Jaja... duit ijo..Jaja duit ijo.....” ucapnya tiada henti sambil terusberlari dan mengangkat kapaknya yang tajam mengkilap.

 Sejak itulah aku dan warga kampung lainnya banyak yangmembutuhkan tenaga Jaja untuk membilahkayu. Warga kampung pun, jika Jaja datang selalu menyiapkan uangberwarna hijau, yaitu uang lembaran dua puluh ribuan untuk upah nampol suluhyang akan diberikan kepada Jaja si Duit Ijo.

 Tiga tahun kemudian pada saatwarga kampung benar-benar membutuhkan tenaga Jaja si Duit Ijo untuk membilahkayu, seiring dengan menghilangnya minyak tanah dari peredaran dan mahalnya gaselpiji yang terkadang sering terjadi kelangkaaan, terbetik berita, Jaja si DuitIjo telah tiada tertabrak kendaraan, ketika sedang menyebrang jalan untukmemenuhi panggilan membilah kayu dikampung lain. Innalillahi wainnailaihi  rojiun.

000

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun