Sejak aku kembali ke desa,untuk keperluan memasak lebih banyak menggunakan kayu bakar, ketimbangmenggunakan gas elpiji atau kompor minyak tanah karena minyak tanah sudah tidakdijual lagi di warung-warung, setelah minyak tanah dikonvensi ke gas elpiji. Dalamsituasi sulit seperti sekarang ini, apa salahnya belajar hemat memasakmenggunakan kayu bakar, apalagi bagi warga masyarakat yangtinggal di desa danmemiliki sedikit lahan pepohonan tidak sulit untuk memperoleh kayu bakar.
Keuntungan lain, memasak nasidengan menggunakan kayu bakar rasanya dan aromanya sangat enak lezat dan harum.Walaupun dimakannya hanya dengan ikan asin, sambal terasi dan lalap. Hmmm,rasanya mantap. Lain lagi dengan nasi yang dimasak menggunakan kompor gaselpiji atau berbeda dengan rasa aroma nasi yang dimasak menggunakan gas elpijiatau mejikom yang kononbisa memicu diabet.
Jaja, setelah dipersilahkan membilah kayu,bibirnya yang agak dewer komat-kamit seperti tengah membaca mantra.Kemudian mengayunkan kapaknya yang tajam mengkilap.
Pada saat Jaja tengahbersemangat membilah kayu, tiba-tiba istriku dari dalam rumah memanggilku.Akupun segera menemuinya.
“Siapa pak yang sedang membilah kayu itu ?” tanya istriku terheran-heran sambilmenatapku dengan tajam.
“Memangnya kenapa bu ?”
“Orang itu, kayanya kurangwaras, apa tidak apa-apa pak ?”
“Ibu merasa takut ?”
“Ya, tentu saja ibu merasatakut, bisa saja kalau orang tidak waras bertindak macam-macam kepada kita !”
“Tapi kelihatannya orangnyabaik, walaupun kelihatannya agak kurang waras,”
“Tetapi bapak harus hati-hatijangan terlalu dekat,” saran istriku agak sewot,”Menungguinya dari jauh saja yapak..”