Na melangkah pulang ke rumahnya. Pikirannya melayang ke bu Ayu, tetangganya yang baik-baik saja selama ini. Malah Na kagum sama bu Ayu yang energik dan baik. Bu Ayu punya 2 anak laki-laki yang lebih energik lagi. Tiap hari ada saja les dan kegiatan mereka.
Bu Ayu selalu sibuk mengurus kedua buah hatinya. Rasanya tidak ada yang janggal. Memang Na tidak terlalu dekat juga dengan bu Ayu. Just feeling Na saja, bu Ayu orang baik.
"Hmmm... pasti masalah mertua dan menantu saja lah. Dimana-mana juga begitu, " batin Na. Na paham bahwa masalah mertua-menantu seringkali dibesar-besarkan. Kadang dari pihak mertuanya, kadang dari pihak menantunya. Tapi paling banyak karena "kompor" dari ipar atau sesama menantu. Pokoknya top-markotop sampai MELEDUGGGG!!!
Sampai di rumah, ternyata suami dan anak-anak Na sudah bangun. Mereka lagi asyik bermain di depan rumah.
"Mamaaaa..." teriak si bungsu yang berlari kemudian memeluk Na erat.
"Iya, ternyata anak Mama sudah bangun!" sambut Na hangat. Na sudah siap-siap saja terkena semprit pak Suami karena jogging agak lama.
"Mam, tadi dapat kabar duka. Kenalan jauh sih dari kampung Ibu meninggal. Rumahnya di kompleks yang sebelum rel kereta itu. Kita datang ya? " kata suami Na.
Na lega terbebas dari teguran suaminya. Sudah seharusnya dia selesai jogging sebelum anak-anak bangun. Na tersenyum dan mengiyakan ajakan suaminya kemudian lanjut bercengkerama dengan anak-anaknya.
***
"Kita ke kompleks apa ini, Pa? Ini kita dari belakang ya?" tanya Na kepada suaminya.
"Sepertinya begitu... tadi dibilangnya dekat Villa Bukit Mas. Kayaknya kita tidak ke kompleksnya. Tapi berdekatan saja. " sahut suami Na.