“Apa? Saya?” Arya merasa heran.
“Dia pengagum berat lu. Dari dulu dia mengidolakan lu. dia sangat menyukai karya tulismu. Setiap hari dia selalu memuji-muji lu didepan gua, sungguh hal yang sangat konyol. Jadi kumohon, lu jangan pergi dulu sebelum dia sadar, dan dia sangat mengharapkan lu ada didekatnya.” pinta Elang kepada Arya.
“Jadi selama ini. Dia ngebela-belain dari Jogja ke Jakarta demi ketemu denganku? Baik, aku takkan pergi sebelum dia sadar.”
Tiba-tiba HP Arya berdering. Ternyata panggilan suara dari kakaknya.
“Iya kak, Arya segera tiba.” Arya pergi meninggalkan Elang yang sedang berada di depan ruang UGD.
“Hey, mau kemana lu? Ingat janji lu. Audy butuh lu. Lu tega nimggalin orang yang selama ini tengah mencari lu.” Elang mencegah kepergian Arya.
“Maaf sekali lagi, Aku gak bisa terlalu lama, dan ini benar-benar ada hal yang lebih penting. Dan tenang saja, biayanya udah aku tanggung. Aku cabut dulu.” Arya pergi meninggalkan Elang yang tengah emosi.
“Dasar pengecut! Gak punya hati!” Elang sangat marah dengan Arya.
Akhirnya Audy pun sadar. Elang mencoba mengajak Audy untuk segera pulang ke Jogja. Karna percuma saja dia disini namun sosok yang dicari tidak peduli dengannya. Elang menceritakan kejadian yang tadi dialami olehnya.
“Jadi pemuda tadi itu Arya. Aku mau mencari Arya. Kamu pasti tau kan alamat rumahnya Lang? Arya gak ngasih sedikitpun alamatnya atau nomor HP nya padamu?” Audy yang baru sadar langsung bergegas mencari tahu Arya.
“Cukup Dy, dia itu udah keterlaluan sama lu. Dia bilang mau menemuimu setelah lu sadar. Tapi apa? Sampai sekarang dia tak juga kembali kemari. Dia pergi ninggalin lu, tanpa alasan yang jelas.”