“Eh Dy, lu harus hati-hati ya sama ular. Ternyata ular itu lebih mengerikan dari pada harimau, singa, maupun srigala.” pancing Elang kepada Audy agar Audy penasaran.
“Ehh, seriusan Lang? Yang bener aja. Itu ular multitalent kali dah. Kok bisa sih?” Audy penasaran.
“Iya, ular itu ya bisa menggigit, mencakar, menendang dan memakan manusia lhoo.”
“Lahh, ngaco dah kamu Lang. Mana ada ular bisa gigit, dia aja gak punya gigi, mana ada ular bisa mencakar, dia aja gak punya kuku, mana ada ular bisa menendang, dia aja gak punya kaki.”
“Kan ular itu banyak…. bisanya.” jawab Elang dengan cengengesan.
Elang tertawa melihat Audy yang masih berfikir tentang gurauan Elang. Sejenak Audy mulai paham maksud Elang dan tertawa. Elang melarikan diri dan Audy mengejarnya. Sampai dimana mereka berada di sebuah jembatan.
Tak sengaja motor dari belakang menabrak Audy yang sedang kejar-kejaran dengan Elang. Bruk, motor yang dikendarai oleh seorang pemuda itu menubruk Audy hingga Audy pingsan.
Audy segera dilarikan di rumah sakit. Elang nampak panik. Pemuda itu pun merasa bersalah akan kejadian itu dan ia perlu bertanggung jawab atas keadaan Audy. Tak disangka pemuda itu adalah Arya Marseda. Sang penulis idola Audy.
“Saya minta maaf atas kejadian tadi. Saya gak bermaksud menabraknya. Tapi tenang, Saya akan bertanggung jawab atas semuanya.” Arya merasa bersalah atas kejadian tersebut. Dan berusaha meminta maaf kepada Elang. Kejadian itu pun berlangsung di depan ruang UGD.
“Gak sepenuhnya salah lu, gak seharusnya gua ajak Audy lari-lari tadi.” Elang merasa sangat panik.
“Eh ya, kita belum kenalan. Saya Arya. Anda?”