Membaca judul di atas kiranya Anda mungkin akan seketika menganggap penulis sebagai sosok yang turut serta mengecam dan memberikan stempel daerah Sukolilo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah itu sebagai "Kampung Begal".
Tidak. Jangan berprasangka buruk dulu. Sebab tidak ada niatan untuk mendiskreditkan keberadaan kampung yang berada di Pulau Jawa itu, yang kita tahu bahwa masyarakat Jawa itu adalah masyarakat yang tinggi nilai-nilai perseduluran, toleransi, tenggang rasa, gotong royong, teposeliro dan sebagainya.
Hal tersebut dikarenakan kultur masyarakat Jawa adalah demikian. Terserah saja bagi siapa saja yang tidak sependapat dengan anggapan ini, karena kasus yang sungguh membuat bulu kuduk merinding itu.
Sedikit mengungkap mengapa identitas Kecamatan Sukolilo menjadi "Kampung Begal" adalah ekses negatif atau sebagai akibat dari terjadinya aksi kurang terpuji atau kekerasaan yang terjadi di salah satu desanya.
Sebagaimana berita yang beredar dan viral adalah adanya pengeroyokan dan penganiayaan terhadap pemilik usaha rental dari Jakarta. Pengusaha yang ditemani tiga orang telah menjadi korban kebrutalan sekelompok masyarakat salah satu desa di Kecamatan tersebut.Â
Hal yang mengerikan itu terjadi tatkala pemilik kendaraan dan ketiga kawannya hendak mengambil mobil yang telah dirental dan belum dikembalikan selama beberapa bulan.
Menurut berita yang beredar pula, kasus penggelapan mobil rentalan itu hakekatnya sudah dilaporkan ke pihak berwajib. Tapi karena laporannya dianggap belum membuahkan hasil, akhirnya si pemilik kendaraan melakukan pencarian sendiri. Boleh jadi karena kendaraan itu telah di pasang GPS, maka keberadaannya dapat diendus pemiliknya.
Yang membuat saya merinding dan tak habis pikir, kenapa pihak penyewa justru memprovokasi warga agar mengeroyok pemilik dan teman-temannya itu dengan panggilan "maling".
Nahasnya, karena ulah penyewa tersebut sekelompok masyarakat setempat pun naik pitam dan melakukan pengeroyokan yang berujung pada kematian pemiliknya dan dan luka-luka 3 korban lainnya.
Mengapa kekerasan begitu saja terjadi di sekelompok masyarakat?
Saya tidak mengatakan bahwa semua masyarakat Jawa itu baik atau sebaliknya kurang baik. Tapi dalam tulisan ini cenderung membicarakan mengapa sekelompok masyarakat atau penduduk begitu mudahnya melakukan kekerasan dan kebiadaban terhadap masyarakat lainnya?