Nah, persoalan dendam ini adalah sebuah akumulasi dari rasa kecewa bertahun-tahun atau sekian lamanya karena apa yang seharusnya mendapatkan haknya tak juga terpenuhi. Pelampiasan buruknya adalah dengan melakukan aksi nekat yang akhirnya membawanya pada sanksi pidana.
Menelaah kedua kasus tersebut sebenarnya bisa terjadi pada siapapun. Kedua sosok manusia yang sama-sama memiliki perasaan, hati maupun pemikiran atas kebutuhan untuk dipenuhi hak-haknya ternyata selama ini begitu terabaikan. Pihak MA melakukan kejahatan itu karena demdam hak gaji honornya yang tidak diberikan. Hal ini masuk ke ranah materi. Materi yang dihambat untuk diberikan pada yang berhak pada akhirnya justru menjadi reaksi yang merugikan banyak pihak.
Bagaimana dengan  R, siswa SMP yang masih berusia 14 tahun ini pun berani melakukan kejahatan tersebut yang boleh jadi terinispirasi dari berita-berita di media sosial, atau desas-desus dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab yang secara tidak langsung menginspirasi sang anak untuk melakukan aksi yang melampaui batas.
Berawal karena merasa kesal mendapatkan perundungan dari teman-temannya yang boleh jadi aksi tersebut tidak juga mendapatkan solusi dari sekolah atau guru kelas dan BK-Nya, dampaknya adalah bagaimana si pelaku melampiaskan amarahnya pada sekolah yang selama ini telah menjadi tempat menuntut ilmu.Â
Padahal jika melihat apa fungsi sekolah, maka kejadian seperti ini semestinya tidak terjadi. Secara nyata, R tidak mendapatkan haknya dalam keamanan, kenyamanan, empati dan penghormatan dari pihak lain. Selain itu R tidak mendapatkan hak diterima dan kasih sayang dari teman-teman satu sekolahnya.
Mengutip jurnalasia.com, bahwa penyebab anak melakukan penyimpangan perilaku diantaranya sebagai berikut:
1. Faktor Kepribadian.
Menurutnya, faktor kepribadian seseorang  turut memiliki andil besar dalam menentukan seseorang berkelakuan baik atau sebaliknya berkelakuan buruk.
Hal ini tentu berdasarkan kodrat anak, hakekatnya mereka mempunyai kepribadian masing-masing. Baik sejak lahir maupun bentukan dari lingkungan. Bagaimana setiap anak hakekatnya memiliki potensi untuk menjadi baik atau menjadi buruk. Dan  apabila lingkungan keluarga maupun masyarakat keliru memberikan asupan gizi terhadap kepribadiannya, maka sang anak akan bertumbuh menjadi generasi yang juga berpribadian buruk.
Bahkan menurut para psikolog, usia remaja merupakan masa berbahaya. Sebab pada masa ini seseorang tumbuh dan meninggalkan masa anak-anak menuju masa dewasa. Masa ini dirasakan sebagai masa krisis identitas dimana mereka mengalami dunia yang labil.
2. Faktor Keluarga