Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Silvi dan Keluarga Broken Home

13 Maret 2016   00:09 Diperbarui: 27 Maret 2016   05:49 627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak lama kemudian, Tini pergi dengan raut wajah malu, dan Pak Dadi serta istrinya meninggalkan hotel dengan wajah merah padam.

Di luar hotel bu Salsa masih memarahi suaminya, dan meminta untuk bercerai.

"Dah, kalau ayah sudah gak cinta lagi sama aku dan anak-anak, lebih baik kita bercerai saja!" Nada penuh emosi ditunjukkan oleh bu Salsa sebagai bentuk luapan amarah yang menggelora. 

Pak Dadi masih tidak percaya, kenapa pertemuannya dengan Tini diketahui oleh Istrinya. Ia terlihat bingung dan malu, lantaran akibat labrakan sang istri, pihak hotel dan tamu-tamu hadir terlihat menyeringai, seakan-akan mengejek pak Dadi.

****

Di rumah percekcokan masih berlanjut, dan Bu Salsa, memaksa Pak Dadi meninggalkan rumah. Pak Dadi digugat cerai oleh istrinya sendiri lantaran peristiwa malam itu.

Anak-anak yang tadinya terlihat tenang, tiba-tiba menangis dan terlihat sekali kepanikan dan kegaduhan mereka. Silvi menjadi salah satu anak yang merasakan kekecewaan lantaran ayahnya justru berselingkuh dengan wanita lain.

"Mah, ada apa dengan ayah? Kenapa kalian bertengkar? 

"Sekarang kalian akan tahu, bahwa ayahmu itu sudah berselingkuh dan mencintai wanita lain." 

"Katanya mau meeting, tiba-tiba ketika mamah datangi kantor tak tahunya malah berada di hotel sedang bermain dengan sekretarisnya. Pria macam apa dia? Terlihat sekali nada amarah bu Salsa sudah tak lagi bisa diredam.

Silvi tidak menduga, ayah yang ia percayai itu tega melakukan tindakan keji itu. Rasa kecewa pun tertumpah dari raut wajah kedua anaknya yang lain. Tak henti-hentinya mereka menangis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun