"Buruan sarapan! Seru sang Ibu.
"Jam berapa ini? Tanya ibu, dengan tangan masih memegang piring yang hendak ia letakkan di meja makan. Sedangkan Silvi masih di dalam kamarnya. Dia masih terdiam di atas dipan empuk itu sembari memilin-milin rambutnya. Â
"Kog belum sarapan juga? Mamah terlihat jengkel. Sedangkan Silvi tak juga menunjukkan batang hidungnya. Sang ibu semakin lama semakin marah lantaran anak gadisnya tak juga memenuhi panggilan ibu.
"Malah melamun." Tegur ibu lagi dengan nada lumayan ketus.
"Iya, mama. Sabar dikit kenapa sih, Ma!" Silvi menjawab teguran ibu.
"Nanti Silvi kena marah bu guru lagi loh." Ibunya kembali mengingatkan.
"Kemarin katanya Silvi di setrap lagi ya?" Tanya sang Ibu sembari ibu meluruskan tempat duduknya. Maklum dari tadi pagi ibunya sudah menyiapkan kudapan sarapan sedangkan Silvi tak juga tertarik untuk menyantap meski sepucuk sendok saja.
"Iya." Silvi agak terkejut ketika tak sengaja pertanyaan itu terlontar dari Ibunya. Sambil keluar rumah dengan wajah kusut. Dengan tubuh gontai dia menemui ibunya di ruang makan dan mengambil secentong nasi bersama lauk. Keduanya terlihat kurang akrab dan tatapannya dingin.
"PR nya sudah dikerjakan?" Ibu terlihat sedikit mengingatkan, sambil memasukkan sesendok makanan ke dalam mulutnya.Â
"Sudah, Ma." Jawab silvi singkat. Padahal waktu itu PRnya sama sekali tidak disentuhnya. Ia sudah tak perduli dengan urusan sekolahnya. Dia lebih banyak tidur atau merokok semalaman.
"Ya sudah, sarapan yang banyak dulu, dulu biar gak sakit perut."Â