Mohon tunggu...
MAKRIPUDDIIN
MAKRIPUDDIIN Mohon Tunggu... Guru - Guru

Sebagai seorang guru jiwa selalu meronta untuk membantu siswaku meraih kesuksesan, tidak perduli lelah dan letih bagi saya mereka adalah teman sekaligus rasa bangga saya ketika melihat mereka berhasil meraih mimpinya. Bisa dibilang sudah menjadi bagian dari hobi selain membaca, menulis dan nonton film animasi. Berbagi cerita dengan siswa, mendengar kegundahan dan membantu mereka untuk berani melawan rasa takut mereka memiliki makna tersendiri.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cuci Muka atau Minum

12 April 2023   21:00 Diperbarui: 12 April 2023   22:22 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Maaf ya anak-anak Bapak lupa seting alarm" Bapak menjelaskan bahwa ararm yang berbunyi adalah alarm persiapan untuk shalat subuh, yang memang sudah di seting sebelum bulan puasa. Tapi ada yang lucu Danish dan Nizam malah gak mau berhenti makan dan terus saja dengan lahap menghabiskan nasinya. 

"Dek, sudah imsaq. Bentar lagi azan dan waktunya untuk kita berpuasa" Saya menegur adik saya. Agar mereka berhenti makan. Hal sama juga dilakukan oleh Bapak dan Bunda. Namun kami semua terkejut dengan jawaban Nizam. 

"Kak, kalau nasinya gak habis, nanti mubazir lo, bukankah yang mubazir itu teman setan, jadi adik gak mau jadi teman setan?". Kami semua melongo melihat tingkahnya ysng lucu dan sok pintar itu. Bapak dan Bunda pun tersenyum melihat keluguan mereka. Terlebih lagi Danish ikut-ikutan membenarkan perkataan Nizam. 

" Benar tu dek. Kakak juga gak mau berteman dengan setsn makanya dihabiskan dulu nasinya" Sambil cengengesan seolah-olah merasa menang dengan pembenarannya. Bapak melang saya untuk melanjutkan perdebatan. Beliau berkata kepadaku dengan nada yang sangat pelan. 

"Biarkan saja lagian juga lagi belajar puasa" Setelah berbisik kepadaku kemudian Bapak menunggu adik-adik selesai makan. Lalu menjelaskan kepada mereka cara berpuasa yang benar. 

Keesokan harinya tanpa sengaja saya menemukan adik Nizam sedang membuka kulkas. Pada saat saya dekati. 

"Iya... Adik Nizam ngapain hayo?" Saya mengejutkannya dari belakang. 

"Gak... Gak... gak... ngapa... ngapain kak" Dia menjawab dengan gagap karena terkejut. Dengan cepat menyiram mukanya dengan air meneral botol yang sedang dipegangnya. 

"Ye... adik Nizam ketahuan minum?" Saya meledeknya dan dengan suara yang agak saya keraskan. 

"Adik gak minum kak, adik cuma cuci muka saja". Dia masih saja mengelak. Mukanya lucu banget, terlihat merah dan ketakutan campur malu. Karena kulitnya yang putih jadi terlihat jelas sekali mukanya yang memerah. Apalagi ditambah dengan disiram dengan air dingin yang diambil di kulkas semakin menambah mukanya jadi merah. 

"Yang benar?" Saya semakin menggodanya, dan menjelaskan kepadanya jika saya benar-benar melihatnya minum dan memintanya untuk jujur. Gak kuat juga lihat mukanya yang imut dan lucu itu. Mau tertawa tapi saya coba untuk tahan agar dia juga bisa belajar berpuasa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun