"Maaf ya anak-anak Bapak lupa seting alarm" Bapak menjelaskan bahwa ararm yang berbunyi adalah alarm persiapan untuk shalat subuh, yang memang sudah di seting sebelum bulan puasa. Tapi ada yang lucu Danish dan Nizam malah gak mau berhenti makan dan terus saja dengan lahap menghabiskan nasinya.Â
"Dek, sudah imsaq. Bentar lagi azan dan waktunya untuk kita berpuasa" Saya menegur adik saya. Agar mereka berhenti makan. Hal sama juga dilakukan oleh Bapak dan Bunda. Namun kami semua terkejut dengan jawaban Nizam.Â
"Kak, kalau nasinya gak habis, nanti mubazir lo, bukankah yang mubazir itu teman setan, jadi adik gak mau jadi teman setan?". Kami semua melongo melihat tingkahnya ysng lucu dan sok pintar itu. Bapak dan Bunda pun tersenyum melihat keluguan mereka. Terlebih lagi Danish ikut-ikutan membenarkan perkataan Nizam.Â
" Benar tu dek. Kakak juga gak mau berteman dengan setsn makanya dihabiskan dulu nasinya" Sambil cengengesan seolah-olah merasa menang dengan pembenarannya. Bapak melang saya untuk melanjutkan perdebatan. Beliau berkata kepadaku dengan nada yang sangat pelan.Â
"Biarkan saja lagian juga lagi belajar puasa" Setelah berbisik kepadaku kemudian Bapak menunggu adik-adik selesai makan. Lalu menjelaskan kepada mereka cara berpuasa yang benar.Â
Keesokan harinya tanpa sengaja saya menemukan adik Nizam sedang membuka kulkas. Pada saat saya dekati.Â
"Iya... Adik Nizam ngapain hayo?" Saya mengejutkannya dari belakang.Â
"Gak... Gak... gak... ngapa... ngapain kak" Dia menjawab dengan gagap karena terkejut. Dengan cepat menyiram mukanya dengan air meneral botol yang sedang dipegangnya.Â
"Ye... adik Nizam ketahuan minum?" Saya meledeknya dan dengan suara yang agak saya keraskan.Â
"Adik gak minum kak, adik cuma cuci muka saja". Dia masih saja mengelak. Mukanya lucu banget, terlihat merah dan ketakutan campur malu. Karena kulitnya yang putih jadi terlihat jelas sekali mukanya yang memerah. Apalagi ditambah dengan disiram dengan air dingin yang diambil di kulkas semakin menambah mukanya jadi merah.Â
"Yang benar?" Saya semakin menggodanya, dan menjelaskan kepadanya jika saya benar-benar melihatnya minum dan memintanya untuk jujur. Gak kuat juga lihat mukanya yang imut dan lucu itu. Mau tertawa tapi saya coba untuk tahan agar dia juga bisa belajar berpuasa.Â