"Nak, Besok kita puasa. Siapa yang mau puasa? " Tanya bapak "Danish Pak, Danis mau puasa" Dengan cepat Danish menjawab dan terlihat senang sekali.
"Bagus, Bapak suka melihat anak-anak Bapak semangat berpuasa" Sambil memberi dua jempol kepada Danish.Â
"Nah, kalau anak Bapak yang satunya lagi gimana?" Sambil mengarah Nizam yang masih melihat kakaknya yang kegirangan.
"Yes, besok puasa" Danish meloncat kegirangan. Sedangkan Nizam hanya duduk termangu melihat kakaknya yang loncat seakan telah mendapatkan mainan baru.Â
"Pak, emang puasa itu apa, apakah itu sejenis robot?" Nizam bertanya kepada Bapaknya dengan menunjukkan muka polosnya.
"Kalau mainan Nizam juga mau Pak" Untuk memperjelas. Maklum karena Nizam adalah anak yang paling kecil, umurnya baru masuk 4 Tahun jadi belum faham puasa itu apa. Sedangkan kakanya Danis sudah berumur 8 Tahun jadi sudah terbiasa berpuasa dan ini adalah puasa yang ketiga kalinya. Dan alhamdulillah selalu lancar.Â
"Ha... ha... ha... adik... adik... masak puasa mainan sih!" Sambil meledek adiknya yang masih kebingungan.Â
"Sayang, puasa itu bukan mainan, tapi puasa itu adalah menahan diri dari makan dan minum dari pagi sampai malam baru bisa makan" Bapak menjelaskan dengan bahasa yang sederhana sesuai dengan umurnya.Â
"Apa? Gak boleh makan dan minum, nanti adik mati dong kalau gak makan dan minum!" Sambil menggelengkan kepalanya, sebagai respon penolakan.Â
"Sayang, orang yang berpuasa itu tidak akan mati, karena sebelum subuh kita bangun untuk makan sahur. Jadi sudah ada bekal untuk berpuasa" Bapaknya dengan sabar menjelaskan kepada adik Nizam supaya dia bisa mengerti.Â
"Pak, kenapa harus berpuasa?"
Nizam kembali bertanya.Â
"Puasa adalah rukun Islam yang ke 3, jadi umat Islam wajib untuk berpuasa. Masih ingat rukun Islam yang 5" Tanya Bapak kembali.Â
"Masih pak" Jawab Nizam sambil menyebutkan kelimanya dengan lancar.Â
"Bagus, mantap!" Kata Bapak dan memberikan 2 jempol.Â
"Jadi, Nizam siap berpuasa?"
Kembali Bapaknya bertanya.Â
"Siap Pak"
Setelah selesai shalat tarawih, dan mengaji, Bapak menyuruh kami untuk tidur cepat supaya tidak ngantuk pada saat makan sayur. Saya, sebagai kakak yang paling besar mengajak adik untuk tidur. O... ya, nama saya tidak disebut dari awal ya. Perkenalkan nama saya Junias, sekarang umur saya 12 Tahun duduk di kelas VII SMP. kami tiga bersaudara, karena kami laki-laki semua jadi tidurnya di satu kamar. Bapak sengaja membuat kamar yang besar, supaya bisa masuk tiga ranjang. Dengan cat warna biru muda yang dikombinasi dengan cat warna putih susu membuat kamar kami terasa adem dan nyaman. Sebuah kipas angin besar menggantung di sisi tembok sebagai penyejuk. Tak lupa beberapa lukisan dan kaligrafi dipajang sebagai pemanis ruangan. Ruang belajar Bapak membuatnya khusus sebagai tempat ruang literasi dengan rak buku yang berjejer rapi. Bisa dibilang sejenis perpustakaan pribadi. Dan yang paling membuat kami kagum sama Bapak yaitu, koleksi bukunya itu lebih banyak hasil tulisan Bapak sendiri. Keren bukan?Â
Saat sahur tiba, kami dibangunkan oleh Bapak. Yang paling susah dibangunin Nizam. Akhirnya saya gendong ke kamar mandi untuk cuci muka. Ternyata Bunda sudah menyiapkan hidangan sahur super lengkap di atas meja. Mulai nasi, sayur, buah-buahan, air putih dan kurma. Tidak lupa beberapa protein sebagai pelengkap gizi. Pada saat makan beberapa suap, ternyata terdengar suara pengumuman di masjid bahwa waktu imsaq sudah tiba. Akhirnya Bapak memerintahkan kami untuk minum dulu dan berhenti makan. Setelah minum 2 gelas air putih. Saya yakin sudah siap untuk berpuasa. Kok bisa kita bangun Pak. Ayah tersenyum dan meminta maaf.Â
"Maaf ya anak-anak Bapak lupa seting alarm" Bapak menjelaskan bahwa ararm yang berbunyi adalah alarm persiapan untuk shalat subuh, yang memang sudah di seting sebelum bulan puasa. Tapi ada yang lucu Danish dan Nizam malah gak mau berhenti makan dan terus saja dengan lahap menghabiskan nasinya.Â
"Dek, sudah imsaq. Bentar lagi azan dan waktunya untuk kita berpuasa" Saya menegur adik saya. Agar mereka berhenti makan. Hal sama juga dilakukan oleh Bapak dan Bunda. Namun kami semua terkejut dengan jawaban Nizam.Â
"Kak, kalau nasinya gak habis, nanti mubazir lo, bukankah yang mubazir itu teman setan, jadi adik gak mau jadi teman setan?". Kami semua melongo melihat tingkahnya ysng lucu dan sok pintar itu. Bapak dan Bunda pun tersenyum melihat keluguan mereka. Terlebih lagi Danish ikut-ikutan membenarkan perkataan Nizam.Â
" Benar tu dek. Kakak juga gak mau berteman dengan setsn makanya dihabiskan dulu nasinya" Sambil cengengesan seolah-olah merasa menang dengan pembenarannya. Bapak melang saya untuk melanjutkan perdebatan. Beliau berkata kepadaku dengan nada yang sangat pelan.Â
"Biarkan saja lagian juga lagi belajar puasa" Setelah berbisik kepadaku kemudian Bapak menunggu adik-adik selesai makan. Lalu menjelaskan kepada mereka cara berpuasa yang benar.Â
Keesokan harinya tanpa sengaja saya menemukan adik Nizam sedang membuka kulkas. Pada saat saya dekati.Â
"Iya... Adik Nizam ngapain hayo?" Saya mengejutkannya dari belakang.Â
"Gak... Gak... gak... ngapa... ngapain kak" Dia menjawab dengan gagap karena terkejut. Dengan cepat menyiram mukanya dengan air meneral botol yang sedang dipegangnya.Â
"Ye... adik Nizam ketahuan minum?" Saya meledeknya dan dengan suara yang agak saya keraskan.Â
"Adik gak minum kak, adik cuma cuci muka saja". Dia masih saja mengelak. Mukanya lucu banget, terlihat merah dan ketakutan campur malu. Karena kulitnya yang putih jadi terlihat jelas sekali mukanya yang memerah. Apalagi ditambah dengan disiram dengan air dingin yang diambil di kulkas semakin menambah mukanya jadi merah.Â
"Yang benar?" Saya semakin menggodanya, dan menjelaskan kepadanya jika saya benar-benar melihatnya minum dan memintanya untuk jujur. Gak kuat juga lihat mukanya yang imut dan lucu itu. Mau tertawa tapi saya coba untuk tahan agar dia juga bisa belajar berpuasa.Â
"Adik lupa ya kalau puasa, hingga adik minum?" Saya coba cara lain untuk mengetes kejujurannya. Dan ternyata cara saya berhasil dan dia mengaku kalau sudah minum. Sambil memegang pundaknya dan mencium keningnya. Saya minta dia untuk tidak mengulangi perbuatannya lagi.Â
"Adik boleh lanjutkan puasanya. Karena adik kan lupa, jadi kalau lupa puasa kita tidak batal dek" "Baik kak, tapi jangan kasih Bapak dan Bunda ya" Mukanya memelas meminta untuk dirahasiakan.
"Ok dek, tos dulu" Setelah sepakat saya ajak kedua adik saya untuk shalat zuhur ke masjid, mengaji, istirahat dan selesai shalat asar saya nengajak mereka ngabuburit. Hal ini saya lakukan agar mereka lupa dengan laparnya. Merekapun senang hingga waktu berbuka tiba kami sekeluarga dengan segera membatalkan puasa.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI