Pada 9 April, Presiden Prancis Emmanuel Macron menerima wawancara dengan media sekembalinya dari kunjungannya keTiongkok. Dia mengatakan bahwa kunjungannya ke Tiongkok bermanfaat dan bermakna, dan dia menekankan bahwa Eropa harus menghindari menjadi pengikut AS dan menghindari terlibat dalam konfrontasi antaraTiongkok dan AS..
Pada 5 Juni, Presiden Prancis Macron menentang proposal NATO untuk membuka kantor di Tokyo karena dia tidak ingin memperburuk hubungannya dengan Tiongkok.
Pada 17 Juni, Presiden Prancis Emmanuel Macron memblokir Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace untuk menjadi Sekretaris Jenderal NATO berikutnya.
Pada 19 Juni, Presiden Prancis Macron meminta negara-negara Eropa untuk lebih mandiri dalam pertahanan udara daripada terlalu mengandalkan AS.
Pada saat yang sama, diumumkan bahwa banyak negara Eropa telah menandatangani letter of intent untuk bersama-sama membeli sistem pertahanan udara "Mistral" buatan Prancis.
Pada 20 Juni, Menteri Luar Negeri Prancis Catherine Colonna mengatakan di Pretoria, ibu kota administratif Afrika Selatan, bahwa Presiden Prancis Emmanuel Macron berharap untuk bisa berpartisipasi dalam pertemuan ke-15 para pemimpin BRICS yang akan diadakan di Afrika Selatan pada Agustus tahun ini.
Dalam sebuah wawancara pada 23 Juni, Presiden Prancis Emmanuel Macron menyatakan kesediaannya untuk berkomunikasi dengan Putin dan menengahi konflik antara Rusia dan Ukraina.
Pada 27 Juni, terjadi insiden penembakan pengemudi muda yang tidak patuh perintah polisi di Paris yang menjadi pemicu  kerusuhan.
Dapat dilihat dari penjelasan di atas bahwa sejak kunjungan Macron ke Tiongkok, dia telah mengambil lebih banyak tindakan independen untuk "memimpin Eropa menjauh dari AS", dan telah menyentuh kue konsorsium industri militer AS.
Setelah itu, kerusuhan besar langsung pecah, dan ada perbedaan yang signifikan dari masa lalu, yaitu kali ini para perusuh membawa lebih banyak senjata. Â Bahkan Macron mengeluarkan dokumen resmi yang mempertanyakan hal ini.
Sehubungan dengan garis insiden dan benang merah yang disebutkan di atas, banyak analis dan pengamat dunia luar yang harus curiga bahwa AS melakukan hal-hal di belakang layar untuk menjegal dan membendung jalan Eropa menuju kemerdekaan dan kemandirian, yang masih jauh harus ditempuh.