Apa Dampak Covid-19 dan Insiden Terbunuhnya "George Floyd" terhadap Ekonomi AS?
Penulis khusus AS di News Latter "Atlantic" George Parker menulis sebuah artikel berjudul "We live in a failed country." (Kita hidup di negara yang gagal) secara khusus berbicara tentang langkah-langkah kunci dalam kemerosotan AS. Menurut sudut pandang dia yang sangat konsisten. Yang pertama adalah terjadinya insiden "9.11" pada tahun 2001, Bush Jr. mengabaikan peringatan awal dari badan intelijen AS.
Kemudian datanglah krisis keuangan yang diakibatkan oleh neoliberalisme pada tahun 2008, dan harta benda rakyat AS mengalami kerugian besar.
Tetapi Kongres meloloskan RUU bailout untuk menyelamatkan predator keuangan Wall Street yang menyebabkan krisis ini. Sebaliknya, warga AS kelas menengah dan kelas bawah terjerat hutang dan kehilangan pekerjaan. Kehilangan rumah dan tabungan pensiun mereka, sehingga mereka memiliki rasa sakit yang berkepanjangan dan kemarahan pada para elit politik dan sosial AS.
Kemarahan ini yang menempatkan para pemimpin ekstremis seperti Trump ke arena politik. Tentunya, dia tetap mengutamakan saham, suara, dan kepentingan modal.
George Parker berkata: pembohong dan partai dengan intelijen yang bangkrut, Partai Republik memimpin pemerintahan yang tidak efektif, dan suasana hati yang sinis dan kelelahan menyebar ke seluruh penjuru negeri. Anda tidak dapat melihat bahwa orang memiliki pemahaman yang sama tentang identitas atau visi yang sama.
Dalam bencana pandemi ini, masalah-masalah mendasar di AS telah terungkapkan, terutama polarisasi politik, ketidak-adilan sosial, konflik rasial, kesenjangan antara si kaya dan si miskin, ketiadaan perawatan kesehatan universal, dll.
Pilpres 2020 Mengarah Ke "Krisis Konstitusional" AS
Dalam konteks inilah, AS tersandung pada pilpres tahun 2020 yang benar-benar membuka mata masyarakat dunia. Semakin banyak analis percaya bahwa pemilu tahun ini di AS dapat jatuh ke dalam "krisis konstitusional".
Seperti yang diketui akhir-akhir ini, kedua kubu terus-menerus membuat keributan dan tidak siap untuk menyerah. Ini sebenarnya suatu hal yang langka dalam sejarah AS sebelumnya.