Peningkatan pesat standar kehidupan masyarakat dan peningkatan pesat seluruh negara, sehingga konsep pembangunan "Model Tiongkok" ("China Model") telah mengguncang dunia.
Ada yang mengatakan bahwa Tiongkok memiliki sifat khusus, namun seberapa banyak yang dapat dipelajari pihak luar dalam konsep "Model Tiongkok"?
Ada yang mengatakan : Jika Negara tidak memiliki keyakinan, maka bangsa tidak akan memiliki kekuatan.
Namun pemikiran filosofis di balik model apa pun adalah yang paling kritis. Memang kenyataannya banyak orang yang secara keliru percaya bahwa Tiongkok bangkit karena sepenuhnya menyerap pengalaman Barat.
Namun ada sebagian pakar yang meyatakan berkaitan dengan hal ini perlu diulas lebih lanjut apa memang benar demikian.
Sebagian pakar Tiongkok ada yang cukup berani dengan mengusulkan berdasarkan realitas keberhasilan pembangunan Tiongkok yang berhasil bangkit dalam kurun waktu begitu singkat dalam 40 tahunan sebagai "China Model /Model Tiongkok".
Eskprimen dan gagasan model pembangunan yang dicetuskan Deng Xioping dengan reformasi dan keterbukaan yang salah satu motonya "menyeberangi sungai dengan meraba dan merasakan bebatuan dalam dasar sungai", kini sudah terlihat hasilnya dengan bangkitnya negara Tiongkok menjadi Negara Industri. Namun setelah mereka menyentuh bebatuan selama bertahun-tahun, sesuatu apa yang kiranya mereka temukan?
Memang Tiongkok telah menunjukkan kepada dunia, solusi masalah dalam negeri Tiongkok sendiri, bagaimana mereka menyelesaikannya dan berhasil. Dengan menyediakan solusi, namun tampaknya model Tiongkok ini perlu disesuaikan dengan kondisi nasional negara-negara masing-masing, dan siapapun dapat memilih sepenuhnya berdasarkan sikon negaranya masing-masing.
Tiongkok Tidak Mengekspor "Model Tiongkok"
Ketika pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dan ayahnya masih hidup, dan mereka berkunjung ke Tiongkok, mereka dibawa melihat ke Yangzhou, Shenzhen, Shanghai, dan ke Beijing.
Tiongkok sebenarnya meminta pemimpin Korut melihat perkembangan dan kemajuan tempat-tempat ini, dengan mengharapkan mereka mau melakukan reformasi dan membuka diri, menjaga stabilitas politik, namun tidak memaksa pihak lain. Jika mereka menghargai rencana ini, mereka bebas mengubah sesuai dengan kondisi nasional mereka sendiri.
Seperti apa yang telah terjadi di Ethiopia sebuah negara kecil di Afrika, mereka sangat aktif mempelajari model kawasan industri di Tiongkok. Kemudian banyak industri Tiongkok membangun pabrik disana, sehingga menciptakan lapang kerja. Kemudian pembangunan ekonomi yang berorientasi ekspor, mereka pelajari dengan sangat baik.
Situasinya kini, tampaknya Tiongkok ingin memahami dunia, dan dunia sangat ingin mengenal Tiongkok, dan ini tampaknya karena dilatar-belakangi realitas dari kebangkitan Tiongkok.
Banyak pakar yang sedang mempelajari apa perbedaan antara kebangkitan Tingkok dan kebangkitan negara-negara lain, terutama negara-negara Barat, dan apa dampak yang akan timbul dari kebangkitan Tiongkok ini terhadap dunia?
Barat memiliki seperangkat kriteria untuk menilai apakah ekonomi itu baik atau buruk, karena ekonomi dan pembangunan Tiongkok terlalu cepat, dan kemudian banyak hal baru keluar, standar ini dinilai mereka tidak mudah digunakan.
Ketika pertumbuhan PDB Tiongkok berubah dari dua digit menjadi satu digit, banyak orang Tiongkok yang merasa itu tidak cukup, mereka selalu percaya bahwa negara mereka seharusnya berkembangan seperti apa yang telah dialami sebelumnya selama tiga pulahan tahunan ini dan seharus terus berkembang hingga lima puluh tahunan.
Kebangkitan yang tidak biasa dari Tiongkok sekarang sering dipertanyakan banyak orang dan bahkan menghendaki janganlah terlalu dibanding-bandingkan dengan Barat. Para pakar peneliti berpikir mungkin interprestasi Barat tentang "reformasi dan keterbukaan" Tiongkok mereka lihat hanyalah tentang pentingnya keterbukaannya saja. Namun kita ketahui di dunia banyak sekali negara yang telah melakukan keterbukaan, tetapi yang berhasil sedikit. Bagaimana Tiongkok melakukannya? Inilah yang perlu dibahas.
Pada Oktober tahun lalu, wakil presiden AS Penn mengatakan, Tiongkok harus berterima kasih kepada AS karena AS telah menciptakan keberhasilan Tiongkok hari ini. Tiongkok telah mengerahkan semua kekuatan pemerintahnnya untuk menggunakan politik, ekonomi, militer dan propaganda untuk meningkatakn pengaruh Tiongkok di AS dan mengambil manfaat dari AS.
Kemudian kata-kata itu berbalik dan mengatakan bahwa Tiongkok memobilisasi semua pasukan untuk ikut campur dalam urusan internal AS dan untuk menggantikan presiden AS. Siapa pun yang tahu bahwa ini sungguh luar biasa dan terasa lucu.
Kenyataan orang dunia tahu, selama bertahun-tahun Tiongkok sebenarnya telah menjual ratusan juta T shirt atau kaos untuk ditukarkan dengan pesawat penumpang Boeing.
Seperti diketahui harga sebuah HP Apple buatan Tiongkok yang berharga US$ 600-700an. Tapi biaya pemprosesan di Tiongkok hanya kurang dari 1%. Bagi Tiongkok mengekspor pakaian a la Barat yang harganya US$ 400-500an, laba untuk Tiongkok hanya sekitar 5%, sebagian besar keuntungan diambil orang AS. Dalam perdagangan AS-Tiongkok sebenarnya AS mendapat keuntungan yang lebih besar.
Hanya saja menurut para peneliti sebenarnya terdapat masalah pada sistem politik AS, perusahaan-perusahaan Amerika telah menghasilkan banyak uang dari Tiongkok, tetapi uang ini tidak memiliki cara untuk dibagikan ke tangan kelas menengah Amerika atau orang-orang biasa. Faktanya, AS menghasilkan banyak keuntungan, tetapi kelas menengah di AS tidak berkembang dan bertambah, tetapi justru makin menyusut.
Dan seperti yang kita bisa lihat bersama sekarang, sebagian besar rakyat Tiongkok ternyata mendapat manfaat dari proses reformasi dan keterbukaan. Jadi ini menjadi salah satu keberhasilan Tiongkok dan menjadi aspek yang sangat penting.
Pada perayaan peringatan ke-40 tahun reformasi dan keterbukaan (18 Des 2018), Presiden Tiongkok Xi Jinping dalam pidatonya ada mengatakan a.l.: "Prestasi dalam 40 tahun terakhir tidak jatuh dari langit, lebih lagi bukan hasil sumbangan dari luar. Ini berkat seluruh usaha dan upaya partai, seluruh rakyat dan suku bangsa di negara ini (Tiongkok) yang bekerja keras, dengan kecerdasan, dan keberanian. Kami telah menghabiskan hanya dalam puluhan tahun untuk menyelesaikan proses industrialisasi yang telah dilalui negara-negara maju selama ratusan tahun. Di tangan rakyat Tiongkok suatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. Kami sangat bangga pada rakyat Tiongkok yang telah menciptakan keajaiban kemanusiaan."
Jadi ini merupakan jawaban yang sangat gamblang dan tegas dari pernyataan wakil presiden AS Penn, yang memang dalam kenyataannya Tiongkok berhasil hanya dalam beberapa dekade untuk menyelesaikan proses industrialisasi yang berdasarkan sejarah telah dilalui negara-negara Barat selama ratusan tahun.
Kebangkitan dan Industrialisasi Tiongkok Melalui Jalan Damai
Suatu hal yang sangat penting dan perlu diperhatikan adalah kebangkitan dan industrialisasi Tiongkok fitur terbesarnya adalah Perdamaian.Â
Kebangkitan Tiongkok adalah kebangkitan perdamaian, selama ini Tiongkok tidak meluncurkan perang agresi dan menjarah negara/orang lain. Tercapainya hasil seperti sekarang ini atas kerja keras dengan kecerdasan, dan keberanian, bahkan dengan pengorbanan dari segenap rakyat Tiongkok sendiri.
Harus dikatakan bahwa realisasi kebangkitan perdamaian di negara yang sangat besar yang jarang dalam sejarah manusia harus dikatakan sebagai mukjizat yang sangat luar biasa.
Kebangkitan dan Industrialisasi Barat Tidak Terlepas dari Mesiu dan Darah
Kita bisa melihat kembali sejarah seluruh umat manusia dunia, proses kebangkitan Barat hampir merupakan sejarah kekacauan dan perang dibangun dengan mesiu dan darah.
Kita bisa melihat dari pertengahan abad ke-19, ketika revolusi industri Eropa dan Amerika berkembang pesat. Pada tahun 1840, Inggris meluncurkan Perang Candu melawan Tiongkok. Pada tahun 1848 hampir semua kekacauan dan revolusi pecah di Eropa.
Pada paruh kedua abad ke-19, Inggris, Prancis, dan kekuatan Barat lainnya telah membagi seluruh benua Afrika dengan seenaknya. Selama periode itu, perang konflik antara negara-negara Barat hampir tidak pernah putus.
Kemudian di luar Afrika, Perang Krimea antara Inggris, Prancis, dan Turki serta Rusia pecah pada 1854. Pada 1858 Prancis menginvasi Indochina, sebuah tempat di Asia Tenggara. Kemudian pada tahun 1865, kendali penuh atas Indocina tercapai.
Pada tahun 1860, Inggris dan Prancis meluncurkan Perang Candu kedua melawan Tiongkok, merebut Beijing, dan menjarah dan membakar Yuanmingyuan (Istana antik).
Menurut perhitungan secara kasar para peneliti, hanya dengan dua Perang Candu. Kompensasi perang sudah cukup untuk memberi Inggris uang besar pada waktu itu.
Pada waktu itu, Inggris memiliki populasi 10 juta dan membangun sistem pensiun yang lengkap, uang kompensasasi cukup untuk itu.
Tentu saja, itu tidak dibangun seperti ini pada saat itu. Sejauh menyangkut perang adalah banyak harta negara dan rakyat serta uang yang dijarah selama perang.
Kita semua kiranya banyak yang mengetahui dan memahami konsep, apa itu tong emas pertama? Apakah ada tong emas pertama (first bucket of gold) dalam industrialisasi zaman modern? (first bucket of gold or money = the initial profits from an economic endeavour / keuntungan atau modal uang awal dari upaya ekonomi).
Yang dimaksud dengan tong emas pertama dalam industrilisasi adalah bagaimana kekayaaan pertama datang atau didapat, dan bagaimana mengakumulasi modal asli dan bagaimana memperolehnya?
Negara-negara Barat tidak diragukan lagi melalui darah dan mesiu, melalui perang dan penjajahan, dan hanya Tiongkok sendiri yang melakukannya melalui kerja keras, kecerdasan, keberanian dan pengorbanannya sendiri.
Pada tahun 1860, Perancis telah mengokupasi Suriah. Hingga sekarang ini juga tempat ini masih dilanda perang. Di Amerika Latin campur tangan dalam urusan dalam negeri Meksiko, negara itu secara khusus diperintah oleh seorang yang pro-Kaisar Prancis.
Mari kita melihat ke Amerika Utara, kebangkitan AS juga dipenuhi dengan darah dan mesiu. Dari tahun 1840 hingga 1847, perang antara AS dan Meksiko pecah dan AS menang. Jadi, AS hari ini memperoleh tanah dan sumber daya yang luas, termasuk California sekarang.
Jadi hari ini Trump ingin membangun tembok di perbatasan AS-Meksiko. Maka banyak orang-orang dari Meksiko mengatakan bahwa mereka sebenarnya akan kembali ke kampung halaman mereka sendiri. Mereka berpikir bahwa memang dulu milik mereka, itu bisa dilihat hingga sekarang, nama-nama tempat semuanya dalam bahasa Spanyol. Dan tidak bisa bantah ini adalah kenyataan sejarah.
Perang Sipil di AS
Perang sipil di AS terjadi pada tahun 1861, merupakan salah satu perang paling brutal dalam sejarah Amerika, lebih dari 600 ribu tentara tewas. Dan perang Amerika Utara tidak terlepas dari bayangan Inggris.
Seperti diketahui kala itu di AS bagian selatan perbudakan masih dipraktikkan, terutama di perkebunan kapas, dan mereka memasok kapas sebagai bahan baku ke industri tekstil Inggris.
Dari perspektif ini, pada kenyataannya, Perang Sipil AS sebagian besar adalah perang antara Inggris untuk mempertahankan basis bahan baku industri dan upaya AS untuk menghilangkan ketergantungannya pada Inggris.
Perebutan Lahan dan Pembunuhan Massal Suku Indian ASÂ
Tapi tidak lama setelah berakhirnya Perang Sipil, terjadilah pembunuhan massal suku Indian di AS. Pada tahun itu Kongres AS meloloskan RUU untuk mengusir orang India pada tahun 1867 dan membangun apa yang disebut pemukiman untuk orang-orang Indian. Maka terjadilah orang-orang Indian mulai bergerak ke padang rumput di sebelah barat Sungai Mississippi. (Namun drama di film Hollywood seolah orang Indian yang kejam membunuhi orang kulit putih yang migrasi...).
Kemudian, pada tahun 1883, sekitar 15 tahun setelah berlakunya RUU ini, puluhan juta orang India telah terbunuh. AS telah memperoleh sejumlah besar lahan tanah dan sumber daya tanpa kompensasi. Kita harus tahu bahwa orang Amerika juga merupakan negara agraris pada waktu itu, dan sumber daya terbesar negara agraris adalah lahan tanah.
Ketika AS menjadi ekonomi terbesar di dunia, apa yang dilakukan sekitar tahun 1890? Mereka segera melancarkan perang ke Barat untuk melawan Spanyol, dan kemudian menjarah dan mengambil alih Filipina, Kuba dari Spanyol, tempat-tempat ini sebelumnya menjadi koloni Spanyol.
Para peneliti ada yang memperhatikan, beda dengan Tiongkok sekarang, meskipun Tiongkok menjadi ekonomi terbesar di dunia pada tahun 2014 berdasarkan paritas daya beli, namun Tiongkok tetap mengambil sikap terus damai. Jika dilihat kekuatan militer Tiongkok sekarang, mereka dapat memulihkan semua pulau dan terumbu karang yang hilang di Laut China Selatan, tetapi Tiongkok tidak melakukannya.
Tiongkok secara terbuka mengatakan bahwa Tiongkok berharap dapat menyelesaikan masalah ini secara damai melalui negosiasi (dengan DOC, COC Laut China Selatan). Inilah perbedaan antara dua budaya yang berbeda.
AS memperoleh lahan yang luas tanpa kompensasi, dan kemudian memperoleh aset terpenting dari masyarakat pertanian ini.
Selain itu ada lagi catatan sejarah, nasib orang Tionghoa yang sangat menyedihkan. Pada tahun 1879, orang Tionghoa pernah menjadi 1/3 dari penduduk negara bagian Idaho karena mereka membantu dan bekerja membangun dan memperbaiki jalur Kereta Api Timur dan Barat AS, tetapi nasibnya seperti orang kulit hitam mereka tidak memiliki tanah dan kebebasan.
Maka dalam film-film AS tentang kebebasan di Barat itu hanya milik imigran Eropa, imigran lelaki, sama sekali tidak ada kaitan dengan kebebasan orang kulit hitam, orang Asia, atau orang kulit berwarna (Tionghoa, India, Melayu dll).
Jadi kita bisa membayangkan ketika negara-negara Barat bangkit, tindakan agresi dan penjarahan yang berdarah-darah, kesenjangan antara si kaya dan si miskin sangat lebar, adanya kekurang adilan, terjadinya korupsi yang serius, bisa dikatakan sangat merisaukan.
Mareka bisa mengalihkan dan meneruskan kontradiksi-konradiksi ini dialihkan ke luar, tapi tidak demikian dengan Tiongkok. Misalnya Inggris menggunakan metode ini untuk menyelesaikan kontradiksi, seperti penjahat-penjahat yang diekspor ke Australia, pendeta-pendeta (karena konflik antara Kristen Khatolik dan Protestan) yang diekspor ke Amerika, dan pembangkang yang diekspor ke Amerika.
Kemudian Inggris juga bisa membuat ketentuan untuk seluruh dunia, baik itu aturan politik, aturan ekonomi, aturan perdagangan, dengan apa yang disebut aturan permainan yang disebut dengan setingan Inggris.
Jika dilihat saat itu, kesenjangan antara kaya dan miskin berkali lipat dengan yang ada di Tiongkok sekarang tapi itu tidak relevan, karena puluhan juta orang kulit hitam, budak, dan orang-orang Tionghoa kesengsaraannya adalah legal pada waktu itu.
Hal ini sangat berbeda dengan Tiongkok, Tiongkok harus menyelesaikan seluruh industrialisasi di tanahnya sendiri, dan sangat sulit untuk menyelesaikan secara ketat berbagai kontradiksi sosial yang ditimbulkan oleh industrialisasi skala besar. Selain itu harus peningkatkan standar kehidupan masyarakat secara besar.
Tapi dikala revolusi industri kesenjangan kaya miskin berkali-kali lipat dari keadaan Tiongkok, namun itu tidak menjadi masalah, karena kemiskinan puluhan juta orang kulit hitam, budak, dan kesengsaraan orang Tionghoa masih legal.
Berbeda dengan kebangkitan Tiongkok sekarang, Tiongkok harus menyelesaikan seluruh industrialisasi di tanahnya sendiri, dan sangat sulit untuk menyelesaikan secara ketat berbagai kontradiksi sosial yang ditimbulkan oleh industrialisasi skala besar. Selain itumasih harus meningkatkan secara besar standar kehidupan masyarakat.
Ketika revolusi industri Inggris abad ke-18, populasinya hanya lebih dari 10 juta, jauh lebih sedikit dari satu kota-kota besar Tiongkok sekarang.
Lain lagi dengan Tiongkok sekarang adalah negara besar dengan populasi hampir 1,4 miliar jiwa. Dalam kondisi yang tidak menguntungkan seperti itu, revolusi industri skala besar telah dilakukan. Revolusi sosial telah mencerna semua kontradiksi di wilayah Tiongkok, tanpa mengobarkan perang, dan tidak melakukan penjarahan.
Hal ini telah membawa manfaat nyata bagi kebanyakan orang dan umat manusia di dunia, dan Tiongkok telah menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi dunia. Jadi ini sebenarnya suatu yang luar biasa.
Kebangkitan dan Modernisasi Jepang
Perlu juga diingat, bagaimana Jepang mengakumulasi tong emas pertama? Pada paruh kedua abad ke-19, setelah keberhasilan Restorasi Meiji, Jepang segera bergabung dengan barisan kekuatan imperialis dan meluncurkan Perang Tiongkok-Jepang. Setelah mengalahkan Tiongkok, menuntut penggantian biaya perang kepada Tiongkok sebanyak 230 juta kati perak. 230 juta kati perak itu setara dengan pendapatan fiskal tiga tahun pemerintah Tiongkok pada saat itu.
Jepang menggunakan uang ini untuk mengembangkan seluruh ekonomi Jepang dan semua aspeknya telah berjalan jauh, sehingga pada tahun 1900, Jepang pada dasarnya telah menghilangkan buta huruf rakyatnya. (Ini adalah seabad sebelum Tiongkok, dan Tiongkok pada dasarnya baru berhasil menghilangkan buta huruf sekitar tahun 2000).
Maka dapat dilihat akumulasi awal dari modernisasi Jepang merupakan ekstraksi dari darah dan keringat rakyat Tiongkok, merampas modal, sumber daya, dan berapa banyak kehidupan orang Tiongkok dikorbankan, ini adalah satu catatan sejarah yang sangat kelam.
Dengan invasi musuh asing dan aliran perak keluar, bendahara Tiongkok menjadi kosong dan menuju kehancuran negara.
Pada tahun 1900, 8 negara tentara sekutu menyerang Tiongkok dan mengakupasi Beijing dan memaksa Tiongkok untuk membayar biaya perang mereka sebanyak 450 juta kati perak. Maka Tiongkok menjadi negara dan bangsa penyakitan di Asia Timur.
Maka jika melihat sejarah modern Tiongkok, apakah itu sebelum dan sesudah Perang Tiongkok-Jepang, dan "Peristiwa 18 September 1931" (dimulai invasi Jepang terhadap Tiongkok) sebenarnya adalah waktu yang relatif cepat untuk perkembangan Tiongkok. Namun, dua perang yang diluncurkan oleh Jepang secara tiba-tiba ini menyebabkan kehancuran modernisasi Tiongkok, dan ekonomi telah mengalami kemunduran selama beberapa dekade, dan banyak nyawa telah menjadi abu.
Pada saat pembentukan Tiongkok (RRT) tahun 1949, pecah Perang Korea, Tiongkok mengirim tentara sukarelawan membantu Korea untuk melawan pasukan AS, Korsel, dan pasukan PBB. Korban terbesar Korsel, lalu AS dan Inggris.
Salah satu pasukan paling elit di Inggris adalah Resimen Kerajaan Skotlandia, yang dihabisi oleh para sukarelawan Tiongkok. Ada peneliti dan pengamat yang yang melihat kilas sejarah, selama Perang Candu Tiongkok memiliki populasi hampir 400 juta, waktu itu Inggris hanya mengirim 4000 tentara, tapi Tiongkok kalah.
Namun pada Perang Korea, ada lebih dari 4000 tentara Inggris dihabisi di medan perang Korea, ini mungkin para sukarelawan Tiongkok ingin membalas kebencian dan rasa malu mereka.
Langkah Tiongkok sebenarnya dimulai dari basis kemiskinan, dan selangkah demi selangkah menuju keremajaan dan kebangkitan nasional adalah suatu yang tidak mudah.
Sekarang Tiongkok telah memiliki ekonomi modern, pertahanan modern, dan teknologi modern, mewujudkan transendensi skala ekonomi yang melampaui Jepang. Menurut perhituangan resmi pada tahun 2010 ekonomi Tiongkok telah melampaui Jepang dan kini telah tiga kali lipat dari Jepang.
Dari mana tong emas pertama, kedua, ketiga Tiongkok? Jika mengkilas balik sejarah pada tahun 1949, Tiongkok benar-benar mengandalkan kerja keras rakyat Tiongkok, khususnya, para petani mulai membuat pengorbanan luar biasa pada tahun 1950. Awalnya Tiongkok telah menyelesaikan akumulasi modal yang asli, dan kemudian langkah demi langkah, dan kemudian melalui ini benar-benar hanya dari beberapa ratus juta keping T-shirt ditukar dengan pesawat, dengan cara demikian untuk memperolehnya.
Konsep Pembangunan "Model Tiongkok / China Model" dan "China Road"
Menurut para peneliti gagasan pembangunan "China Model" adalah Deng Xiaoping dalam bukunya "Deng Xiaoping's Selected Works" beliau ada menyebutkan istilah ini sebanyak enam kali.
Namun dikalangan media dan cendikiawan Barat belum mengakui "China Model" ini. Namun baik Deng Xiaoping dan Xi Jinping telah meyatakan mereka tidak mengekspor "Model Tiongkok/China Model" dan ini merupakan model yang dicetuskan untuk Tiongkok dan tidak mengimpor dan juga tidak untuk diekspor.
Sebelum membahas ini perlu mengetahui bahwa dalam negara sosialis kebanyakan dalam melakukan reformasi mereka mengadopsi dua model dalam reformasi.
Salah satunya adalah "model reformasi radikal" dan yang lainnya adalah "model reformasi konservatif" ("radical reform model" dan "conservative reform model").
Karakteristik "model reformasi radikal", disebut juga "double shock therapy (terapi guncangan ganda)", adalah aspek politik didasarkan pada model politik Barat, dan apa yang disebut sistem satu partai tiba-tiba berubah menjadi sistem multi-partai.
Bidang ekonomi juga didasarkan pada buku-buku teks Barat, yang merupakan penyelesaian dari apa yang disebut liberalisasi ekonomi dan privatisasi dalam semalam.
Hasil dari "terapi kejut ganda" hampir menjadi bencana. Pemimpin Soviet kala itu Gorbachev memilih model ini, akibatnya, Uni Soviet dengan cepat hancur, ekonomi ambruk, dan standar kehidupan rakyat turun tajam.
Gorbachev merupakan pemimpin Soviet yang sangat terbuka atas kebebasan berpendapat dan berserikat. Kebijakan jelas sangat berbeda dengan pendahulu. Kebijakannya ini pada akhirnya membuat Uni Soviet runtuh.
"Reformasi politik yang ambisius luar biasa" tetapi ekonomi telah runtuh dan kewibawaannya juga runtuh, karena itu reformasinya tidak berhasil.
Model Reformasi Konservatif (Conservative Reform Model)
Model lain adalah Model Reformasi Konservatif (Conservative Reform Model) yang dicirikan politik dan ekonomi yang
berpegang pada sistem asli dan ekonomi terencana.
Lalu ada beberapa penyesuaian pasar yang terbatas, maka fitur terbesar dari negara-negara ini adalah mereka sangat takut terhadap globalisasi ekonomi pasar. Salah satu pengamatan peneliti adalah Kuba pada masa Castro yang merupakan kasus klasik.
Kuba pada saat itu telah mempratikkan sistem tiket yang ketat dalam pembelian sembako melebihi yang dilakukan Tiongkok sebelum reformasi dan keterbukaan. Bahkan tepung, beras, daging babi, telur, minyak goreng, dan bahkan gula yang diproduksi di Kuba dipasok dengan sistem jatah pasokan tiket, sistem penjatahan perkotaan.
Menurut penelitian para peneliti saat itu, sanksi AS hanya salah satu sebab dari keadaan ini bukan penyebab utama. Misalnya gula Kuba adalah penghasil besar komoditas ini, jadi sebenar adanya masalah dalam kebijakan tersebut. Harga gula terlalu rendah, petani gula tidak termotivasi, dan perusahaan dan badan usaha tidak memiliki kebabasan dan kedaulatan, tidak ada otonomi dalam mengimpor apa pun.
Pada waktu itu, Kuba melakukan beberapa reformasi dengan regulasi pasar, seperti mengizinkan individu berwiraswasta dan pedagang kecil untuk melakukan bisnis kecil, tetapi begitu apa yang disebut "spekulasi" muncul, maka pemerintah mulai gelisah dan terlibat dalam "gerakan korektif". Hasilnya adalah ekonomi kehilangan vitalitasnya.
Namun menurut kebenaran dari fakta bahwa Kuba tidak semuanya kekurangan, seperti sistem pasokannya kurang-lebih menjamin standar hidup dasar warga negaranya. Ini dihitung sesuai dengan kebutuhan gizi orang sesuai dengan kebutuhan kalori mereka.
Sehingga meskipun Kuba adalah negara berkembang, namun tidak terlihat rakyatnya kekurangan gizi karena mereka menjaga standar dasarnya. Dan tidak seperti negara berkembangan lain, yang mana kita masih dapat melihat banyak orang yang kekurangan gizi.
Selain itu, Kuba pada dasarnya menyadari tunjangan subsisten asuransi kesehatan universal Meskipun jika pergi ke apotek, tidak ada banyak obat di apotek, jenisnya sangat sedikit, tetapi mereka dapat merasakan bahwa pemerintahnya telah melakukan banyak upaya.
"Model Tiongkok / China Model"
Tiongkok telah menghindari "model reformasi radikal" dan "model reformasi konservatif". Padahal pada saat itu, dua model ini didukung oleh banyak orang di Tiongkok, termasuk banyak yang mendukung Gorbachev untuk "model reformasi konservatif".
Tiongkok memutuskan untuk bersikeras pada "model reformasi yang mantap." Kemudian dari Oktober 1987, ketika Sekretaris Jenderal Partai Buruh Sosialis Hongaria, Janos Kadar, berkunjung ke Beijing, dia dan Deng Xiaoping sangat akrab. Kedua pria itu memasuki ruang perundingan bersama dan bertemu di Balai Negara Zhongnanhai.
Kemudian saat kekacauan di Uni Soviet dan Eropa Timur muncul, Deng Xiaoping memberinya beberapa saran, Deng Xiaoping menyarankan bahwa dia tidak boleh meniru praktik Barat dan tidak meniru praktik negara sosialis lainnya, terutama mengacu pada Uni Soviet.
Dengan menyarankan janganlah meninggalkan keunggulan sistemnya sendiri. Kadar sendiri sangat mendukung sudut pandang Deng Xiaoping. Tetapi rekan-rekannya di partainya sama sekali berbeda dari pendapatnya.
Mereka berpikir bahwa untuk mempromosikan "complete political reform/reformasi politik lengkap" di Hongaria, seperti Gorbachev, menjadikan Hongaria sebagai "laboratorium sosialisme demokratis." Akibatnya hasilnya seperti "terapi kejut ganda".
Kini banyak rakyat Hongaria merasa menyesalinya. Mereka mengatakan sebenarnya dari seluruh kamp Soviet yang paling mendekati "Model Tiongkok" adalah Hongaria. Saat itu, sebenarnya mereka memiliki tingkat pasar tertinggi, tetapi tidak pernah mengambil langkah kebijakan ekonomi pasar. Pasarnya jauh lebih makmur daripada Rusia di negara-negara Eropa Timur lainnya kala itu.
Peneliti melihat tiga pendapat Deng Xiaoping kepada Janos Kadar merupakan ringkasan yang baik untuk "Model Tiongkok" , tidak meniru Barat, tidak meniru negara-negara solialis lainnya, dan tidak meninggalkan keunggulan milik sendiri yang dinyatakan dengan "3 No/Tidak". Atas dasar ini berani mengeksplorasi inovasi kelembagaan, belajar dari orang lain, belajar dari kekuatan orang lain, dan juga mengerahkan/mengembangkan keunggulan milik mereka sendiri. Kemudian secara bertahap membentuk model pengembangannya sendiri.
Fitur yang paling penting Deng ini oleh peneliti Zhang Wei-wei rektor Universitas Fudan disebut "steady reform model/model reformasi mantap". Yang ciri terpentingnya diringkas sebagai reformasi ekonomi berskala besar, ditambah dengan reformasi politik yang diperlukan, bahkan reformasi politik sebagian besar membuka jalan bagi reformasi ekonomi. Akhirnya diimplementasikan perubahan signifikan dalam demokrasi, hari ini disebut "getting the sense/mendapatkan pengertian".
Oleh karena itu, dalam hal reformasi ekonomi, harus dikatakan bahwa Tiongkok memanfaatkan kekuatan ekonomi pasar Barat dan memberikan efisiensi alokasi sumber daya pasar, tetapi pada saat yang sama juga menggunakan keuntungan dari keseimbangan makro sosialis.
Hasilnya, pada saat terjadi krisis moneter dunia belakangan ini, Tiongkok adalah satu-satunya ekonomi utama di dunia yang belum jatuh ke dalam krisis keuangan, krisis ekonomi, dan krisis bendahara. Bahkan standar hidup rakyat telah meningkat secara substansial. Sekarang berada di garis depan revolusi industri keempat di dunia.
"China Model / Model Tiongkok" Menjadi Polemik
Menurut pengamatan pakar peneliti Tiongkok sendiri, ada dua tipe utama dan dua macam orang di Tiongkok sendiri yang tidak sepakat dengan  "China Model / Model Tiongkok".
Ada yang berpikir bahwa kata "Model" berarti patern yang berarti orang lain harus menyalinnya. Namun menurut pakar yang sepakat hal ini masih dapat diterima dan dipahami, karena ketidak sepakatan ini dapat hilang melalui komunikasi.
Di sisi lain, ada sebagian yang pada dasarnya tidak menyetujui "Model Tiongkok". Mereka sangat tidak percaya diri. Mereka merasa selama berbeda dari Barat akan selalu berubah. Atau transformasi belum dilakukan, jadi dia pada dasarnya memutuskan apa yang telah dilakukan Tiongkok, dengan mengatakan bahwa alasan di balik pencapaian ini adalah pendekatan Tiongkok sendiri.
Dari sudut pandang mereka, bagaimana mereka bisa memiliki "Model Tiongkok (China Model)"? Mereka mengatakan bahwa hanya ada "Model Barat", dan itu berlaku secara universal.
Sejujurnya, jika melihat ke belakang selama 40 tahun terakhir, jika orang Tiongkok tidak berikeras bertahan pada modelnya sendiri, jika tidak ada jalur pengembangan dengan model Tiongkok sendiri yang unik, dikhawatirkan negara Tiongkok bisa-bisa bubar, jangan lagi mengatakan bisa bangkit.
Kritik Dari Pihak Yang Tidak Sepakat Dengan "China Model/Model Tiongkok"
Ada tiga point utama alam mengkritik "Model Tiongkok/ China Model ";
Pertama, "Tiongkok masih belum sempurna, masih banyak cacat"
Namun dibantah oleh yang sepakat: Tapi bagaimana bisa dunia nyata tanpa cacat? Tentu saja, AS sempurna, dan pengalaman AS sempurna, sehingga bisa ada "Model Amerika". Tidak ada " China Model/Model Tiongkok ".
Kedua, "Tiongkok masih terus berubah" .
Dipertanyakan oleh yang sepakat: Tetapi adakah menurut kenyataan negara yang tidak berubah? Negara mana yang tidak mengalami perubahan luar biasa dalam beberapa dekade? Tentu saja AS tidak berubah dalam 200 tahun, maka boleh ada "Model Amerika" tidak boleh ada "Model Tiongkok".
Ketiga, "Tiongkok terlalu eksklusif. Pengalaman Tiongkok tidak boleh menyebar, dan proliferasi bisa berbahaya."
Bantahan: Tapi pengalaman negara mana yang tidak ekslusif? Tentu saja, pengalaman AS tidak ekslusif. Pengalaman AS dapat menyebar dan menyebar ke negara lain. Jadi bisa ada "Model Amerika" dan tidak boleh ada "Model Tiongkok".
Alasan ketidak setujuan dengan "Model Tiongkok" terlihat sangat jitu dan masuk akal.
Maka pakar yang mendukung dan setuju dengan "Model Tiongkok" menganggap mereka yang dari dunia akademis, media, bahkan pihak luar itu memiliki kesalah-pahaman.
Kesalahan pahaman mereka, pertama mengira "Model Tiongkok" pertama kali diusulkan oleh orang di luar Tiongkok. Kemudian, secara umum, akan ada lebih banyak pakar Amerika yang mengusulkan "Konsensus Beijing" yang disebut Joshua Cooper Ramo, maka dia merangkum beberapa karakteristik "Model Tiongkok" ketika membahas "Konsensus Beijing."
Lahirnya istilah itu dalam leksikon politik arus utama adalah pada tahun 2004 ketika Pusat Kebijakan Luar Negeri Inggris menerbitkan sebuah makalah oleh Joshua Cooper Ramo berjudul "The Beijing Consensus"
Ungkapan "Konsensus Beijing" diciptakan untuk membingkai model pembangunan ekonomi Tiongkok sebagai alternatif --- terutama untuk negara-negara berkembang --- dengan Konsensus Washington mengenai kebijakan ramah-pasar yang dipromosikan oleh IMF, Bank Dunia, dan Perbendaharaan AS. Pada tahun 2016, Ramo menjelaskan bahwa Konsensus Beijing tidak menunjukkan bahwa "setiap negara akan mengikuti model pembangunan Tiongkok, tetapi bahwa itu melegitimasi gagasan partikularitas yang bertentangan dengan universalitas model Washington".
Definisi istilah ini tidak disepakati sebagian pakar. Ramo telah merincinya sebagai kebijakan pragmatis yang menggunakan inovasi dan eksperimen untuk mencapai "pertumbuhan berkualitas tinggi yang adil dan damai", dan "pertahanan perbatasan dan kepentingan nasional", sedangkan para pakar lain menggunakannya untuk merujuk pada "stabil, jika represif, politik dan pertumbuhan ekonomi berkecepatan tinggi ".
Joshua Cooper Ramo adalah mantan editor senior dan editor asing majalah Time dan kemudian menjadi mitra di Kissinger Associates, perusahaan konsultan mantan Menlu AS Henry Kissinger
Menurut cendekiawan Indonesia Ignatius Wibowo, "Model China jelas telah memperoleh tempat di Asia Tenggara" karena negara-negara di sini "telah mengubah strategi pembangunan mereka dari yang didasarkan pada pasar bebas dan demokrasi ke yang didasarkan pada pasar semi-bebas dan sistem politik yang tidak liberal. Di bawah Xi Jinping, Tiongkok telah menjadi peserta aktif: meluncurkan Sabuk dan Road Initiative (BRI), meningkatkan bantuan asing dan investasi di seluruh dunia, dan dengan memberikan pelatihan dalam manajemen ekonomi dan berbagai keterampilan layanan sipil untuk lebih dari 10.000 birokrat dari negara berkembang lainnya. Pelatihan ini mencakup sesi di mana keberhasilan Tiongkok dalam meningkatkan standar hidup dipromosikan.
Deng Xiaoping dalam keseluruhan proses pada thaun 1980an sudah banyak sekali menyebutkan dan menekankan tentang "Model Tiongkok", sedang Ramo baru pada tahun 2004 mengusulkan "Konsensus Beijing" , maka pakar Tiongkok percaya bahwa "Model Tiongkok/China Model" merupakan konsep kekuatan lunak penting yang digagas Deng Xiaoping.
Maka penemuan konsep kunci untuk peningkatan pesat Tiongkok diberikan kepada orang asing. Pakar Tiongkok merasa itu tidak sejalan dengan kepentingan politik Tiongkok sendiri. Ini adalah kesalahpahaman pertama.
Kemudian kesalahpahaman kedua adalah bahwa kata "model" berarti "patern" dan "peragaan". Mereka mengatakan: Kita tidak bisa memaksakan model kita sendiri pada orang-orang lain, jadi kita masih tidak membutuhkan "model Tiongkok" juga. Pemahaman kita tentang "model Tiongkok" mengacu pada serangkaian praktik, pengalaman, dan pengaturan kelembagaan Tiongkok sendiri.
Namun batahan dari yang sepakat menunjukkan: Tiongkok selama 40 tahunan terakhir reformasi kata "model" sudah sering kali dipakai. Seperti dibukanya tempat-tempat (zone) ekonomi khusus "Model Sunan (Provinsi Jiangsu Selatan)", "Model Pudong", "Model Shenzhen" "Model Wenzhou" dll. Tempat-tempat ini dibuka sebagai pusat-pusat ekonomi khusus, agar orang Tiongkok dapat belajar darinya. Maka dengan mengemukakan ini kesalah-pahaman bisa ditepis.
Kemudian kesalahpahaman ketiga adalah untuk menekankan bahwa "model Tiongkok" belum sepenuhnya berhasil, dan belum selesai. Jadi masih terlalu dini untuk berbicara tentang "model Tiongkok."
Bantahan: Faktanya, walaupun "Model Tiongkok" ini masih memiliki kekurangannya sendiri, model tersebut telah mencapai hasil dimana negara-negara lain di dunia yang pencapaiannya tidak dapat diprediksi secara terus-menerus, peningkatan standar kehidupan masyarakat yang cepat, dan peningkatan pesat seluruh negara. Karena itu, "model Tiongkok" yang telah mengguncang dunia. Jadi model yang telah terbentuk ini dapatlah disebut sebagai Model.
Hal ini bisa kita bahas, model pembangunan negara mana pun dilakukan dalam ruang dan waktu tertentu, dan ia berkembang dalam arti tertentu. Jika model ini sepenuhnya distereotipkan dan tidak digunakan untuk saat itu, maka khawatir model ini berarti mulai menurun.
Dari sudut pandang ini, kita dapat memahami model Barat saat ini. Mereka pikir sudah menjadi stereotip yang terbaik yang dapat mengatasi segala persoalan, akibatnya hasilnya terus menurun.
"Model Tongkok" pada dasarnya adalah model terbuka, model yang terus menerus untuk peningkatan diri, model yang mengikuti perkembangan zaman, dan fitur-fitur utama yang secara diyakini telah terbentuk. Dan fitur-fitur ini akan terus memandu Tiongkok lebih lanjut.
Bagaimana Deng Xiaoping Sebagai Pemimpin Utama Reformasi Keterbukaan Membahas "Model Tiongkok"?
Zhang Weiwei seorang pakar Tiongkok menyimpulkan, terutama menggunakan konsep "model Tiongkok" dari tiga sudut.
Pertama, adalah mendeskripsikan politik dan ekonomi dunia secara umum. Misalnya, dia telah berkali-kali mengatakan, "Masalah-masalah dunia tidak dapat diselesaikan dengan satu model."
Pada bulan Juli 1990, ketika Deng Xiaoping bertemu dengan mantan Perdana Menteri Kanada Trudeau, dia mengatakan bahwa prinsip terpenting dari tatanan hubungan internasional yang baru adalah untuk tidak ikut campur dalam urusan internal negara lain, tidak ikut campur dalam sistem sosial negara lain. Untuk menuntut seluruh negara di dunia penyalinan Model AS, Inggris, dan Prancis tidak akan dapat terlaksana.
Yang kedua, ketika tentang gerakan komunisme internasional, Deng sering mengatakan tentang revolusi Tiongkok berulang kali untuk "Model Tiongkok". Misalnya pada bulan April 1980, dia diwawancarai oleh seorang reporter. Dia mengatakan bahwa kemenangan revolusi rakyat di suatu negara terutama dilakukan dengan kekuatan mereka sendiri, revolusi tidak dapat seperti komoditi atau barang dagangan yang dapat diekspor atau diimpor seenaknya. Revolusi negara mana pun, penyelesaian masalah nasional apa pun harus didasarkan pada situasi aktual negara tersebut.
Deng juga mengatakan, kemenangan revolusi Tiongkok bergantung pada prinsip-prinsip umum Marxisme-Leninisme dan kombinasi dengan praktik-praktik khusus Tiongkok. Meskipun demikian, kita (Tongkok) seharusnya tidak meminta negara berkembang lain untuk mengikuti model Tiongkok.
Dia juga mengatakan bahwa urusan semua negara harus menghormati partai dari masing-masing negaranya. Rakyat dari semua negara harus menemukan cara mereka sendiri untuk mengeksplorasi dan memecahkan masalahnya sendiri. Tdak mungkin bagi pihak lain untuk bertindak sebagai "boss" untuk memberi perintah.
Kita (Tiongkok) menentang orang lain memberi perintah kepada kami, dan kami tidak boleh memberi perintah kepada orang lain. Ini harus menjadi prinsip penting.
Yang ketiga, berbicara tentang "model Tiongkok" hari ini, model pembangunan yang telah dibentuk sejak reformasi dan keterbukaan Tiongkok. Pada 18 September 1985, Deng Xiaoping bertemu dengan kepala negara Ghana, Jerry Rawlings, Lalu dia berkata kepada para tamu di Ghana, "Jangan menyalin pengalaman kami. Anda harus menjelajahi model pengembangan Anda sendiri berdasarkan situasi Anda sendiri."
Pada Mei 1988, Deng bertemu dengan presiden Mozambik, dengan jelas Deng menyatakan bahwa "Tiongkok memiliki model Tiongkok." Kemudian dia mengatakan, sebelumnya kita biasa meniru Uni Soviet untuk terlibat dalam model sosialis dan ternyata membawa banyak masalah. Kami (Tiongkok) menemukannya dan menyadari sangat awal, tetapi mereka (Soviet) tidak menyelesaikannya dengan baik.
Lebih lanjut Dengan mengatakan: Kami ingin membangun sosialisme dengan karakteristik Tiongkok sendiri. Ia menyarankan agar Mozambik dengan kuat memahami "sesuai dengan situasi aktualnya sendiri."
Jadi barang orang lain bisa direferensikan, tetapi mereka hanya bisa menjadi referensi. Masalah-masalah di dunia tidak dapat diselesaikan dengan model. Tiongkok memiliki model sendiri, dan Mozambik harus memiliki model Mozambik sendiri.
"China Road / Jalan Tiongkok"
Menurut kenyataan sebelumnya "China Road/Jalan Tiongkok" yang lebih banyak digunakan dalam dokumen resmi Tiongkok, tetapi sekarang konsep "Model Tiongkok" yang sekarang semakin banyak digunakan.
Menurut para pakar pemerhatikan Tiongkok, konsep "China Road/Jalan Tiongkok" dan "China Model/Model Tiongkok" kedua konsep ini berbeda pada tingkat yang lebih sempit.
"China Road/Jalan Tiongkok" sangat jelas mengacu pada jalannya sosialisme Tiongkok dengan karakteristik Tiongkok, jadi ini lebih merupakan warna ideologis. Jadi relatif berbicara, konsep "China Model/Model Tiongkok" akan lebih netral, terutama mengacu pada serangkaian praktik Tiongkok sendiri.
Tetapi pada tingkat yang luas, kedua konsep ini saling terkait. Semua mengacu pada serangkaian pengalaman dan pengaturan kelembagaan rakyat Tiongkok sendiri.
Namun lebih banyak pihak menganggap istilah konsep "Model Tiongkok" yang lebih nyaman digunakan dalam pertukaran internasional.
Sumber:
Media TV dan Tulisan Luar Negeri
xinhuanet.com
cpc.people.com.cn
chinaelections.org
inquiriesjournal.com
academia.edu
nytimes.com
The Beijing Consensus by Joshua Cooper Ramo Pulished by The Foreign Policy Centre.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H