Selain itu ada lagi catatan sejarah, nasib orang Tionghoa yang sangat menyedihkan. Pada tahun 1879, orang Tionghoa pernah menjadi 1/3 dari penduduk negara bagian Idaho karena mereka membantu dan bekerja membangun dan memperbaiki jalur Kereta Api Timur dan Barat AS, tetapi nasibnya seperti orang kulit hitam mereka tidak memiliki tanah dan kebebasan.
Maka dalam film-film AS tentang kebebasan di Barat itu hanya milik imigran Eropa, imigran lelaki, sama sekali tidak ada kaitan dengan kebebasan orang kulit hitam, orang Asia, atau orang kulit berwarna (Tionghoa, India, Melayu dll).
Jadi kita bisa membayangkan ketika negara-negara Barat bangkit, tindakan agresi dan penjarahan yang berdarah-darah, kesenjangan antara si kaya dan si miskin sangat lebar, adanya kekurang adilan, terjadinya korupsi yang serius, bisa dikatakan sangat merisaukan.
Mareka bisa mengalihkan dan meneruskan kontradiksi-konradiksi ini dialihkan ke luar, tapi tidak demikian dengan Tiongkok. Misalnya Inggris menggunakan metode ini untuk menyelesaikan kontradiksi, seperti penjahat-penjahat yang diekspor ke Australia, pendeta-pendeta (karena konflik antara Kristen Khatolik dan Protestan) yang diekspor ke Amerika, dan pembangkang yang diekspor ke Amerika.
Kemudian Inggris juga bisa membuat ketentuan untuk seluruh dunia, baik itu aturan politik, aturan ekonomi, aturan perdagangan, dengan apa yang disebut aturan permainan yang disebut dengan setingan Inggris.
Jika dilihat saat itu, kesenjangan antara kaya dan miskin berkali lipat dengan yang ada di Tiongkok sekarang tapi itu tidak relevan, karena puluhan juta orang kulit hitam, budak, dan orang-orang Tionghoa kesengsaraannya adalah legal pada waktu itu.
Hal ini sangat berbeda dengan Tiongkok, Tiongkok harus menyelesaikan seluruh industrialisasi di tanahnya sendiri, dan sangat sulit untuk menyelesaikan secara ketat berbagai kontradiksi sosial yang ditimbulkan oleh industrialisasi skala besar. Selain itu harus peningkatkan standar kehidupan masyarakat secara besar.
Tapi dikala revolusi industri kesenjangan kaya miskin berkali-kali lipat dari keadaan Tiongkok, namun itu tidak menjadi masalah, karena kemiskinan puluhan juta orang kulit hitam, budak, dan kesengsaraan orang Tionghoa masih legal.
Berbeda dengan kebangkitan Tiongkok sekarang, Tiongkok harus menyelesaikan seluruh industrialisasi di tanahnya sendiri, dan sangat sulit untuk menyelesaikan secara ketat berbagai kontradiksi sosial yang ditimbulkan oleh industrialisasi skala besar. Selain itumasih harus meningkatkan secara besar standar kehidupan masyarakat.
Ketika revolusi industri Inggris abad ke-18, populasinya hanya lebih dari 10 juta, jauh lebih sedikit dari satu kota-kota besar Tiongkok sekarang.
Lain lagi dengan Tiongkok sekarang adalah negara besar dengan populasi hampir 1,4 miliar jiwa. Dalam kondisi yang tidak menguntungkan seperti itu, revolusi industri skala besar telah dilakukan. Revolusi sosial telah mencerna semua kontradiksi di wilayah Tiongkok, tanpa mengobarkan perang, dan tidak melakukan penjarahan.