Perang Politik
Bagi rakyat Hong Kong Perang Politik memang menyedihkan, dan perang ini tampaknya orang Amerika sebelum meremehkannya.
Sebelumnya AS tidak mempunyai konsep ini. Mereka selalu menaklukkan negara lain dengan kekuatan militer.
Kita bisa melihat ketika terjadi Perang Saudara di AS dulu, Tentara Utara mengalahkan Tentara Selatan; atau ketika mengalahkan Jerman pada Perang Dunia I (P.D. I), dan juga ketika mengalahkan Jerman dan Jepang pada Perang Dunia II (P.D. II), semua itu terutama dilakukan dengan tindakan militer.
Setelah P.D.II serngkaian masalah muncul, pada Perang Korea AS tidak memanangkannya, juga pada Perang Vietnam. Meskipun pada Perang Teluk relatif mudah dan lancar, namun tidak dapat dimenagnkan secara mutlak.
Demikian juga dengan Perang Afgannistan pada tahun 2001, hingga kini telah 17 tahun berlangsung belum juga berakhir.
Kemudian dengan Perang Irak, meskipun secara dipaksakan bisa berakhir, namun meninggalkan kekacauan tidak saja pada Irak juga ke seluruh Timur Tengah, dimana telah menjadi tempat berkembang-biaknya terorisme.
Semua ini telah membawa dampak besar kepada AS.
Sebagai lembaga think-tank terkemuka AS, Rand Corporation mengusulkan AS harus mengubah praktik tradisionalnya yang terlalu mengandalkan perang militer.
Seperti apa yang oleh Kissinger sebelumnya antara lain dikatakan: Kita (AS) bertarung dengan skuadron militer, lawan kita melawan dengan perang politik, kita ingin mengeliminasi lawan, tapi lawan menyeret kita ke kubangan lumpur, jika gerilyawan tidak tereliminasi, itu berarti kemenangan lawan. Pasukan reguler jika tidak menang total itu berarti kalah.
Sejak pada tahun 1960an, AS menyadari hanya mengandalkan perang militer adalah sesuatu yang tidak tepat. Mereka menyadari kekalahan dalam Perang Vietnam sebagian besar kalah karena dalam politik, bukan militer, justru kalah karena media di AS. Yaitu karena Gerakan anti-perang di AS dan gerakan anti-perang di dunia.