Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Iran Mengatakan: Gedung Putih "TELMI" dan Mengajak Sekutu AS Mengeroyok Iran

9 Juli 2019   21:17 Diperbarui: 9 Juli 2019   22:02 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.theguardian.com

"Telmi" merupakan istilah anak muda dari kependekan kata "Telat Mikir" atau "Terlambat Berpikir". Iran mengatai Gedung Putih AS sebagai "mental barrier" Masalahnya karena setelah tertembak jatuhnya drone mata-mata "Global Hawk" AS batal membalas menyerang Iran, meskipun perintah menyerbu sempat telah dikumandangkan. Tapi akhir-akhir ini AS berusaha menarik sekutu-sekutunya untuk mengeroyok menekan Iran.

Menurut laporan "New York Times" pada 24 Juni lalu, Trump mengumumkan bahwa mereka akan menjatuhkan sanksi baru terhadap Iran, sanksi ditujukan pada pemimpin tertinggi negara itu---Khamenei. Trump akan meningkatkan tekanan terhadapnya dan semakin menekan ekonomi Iran. Sebagai balasan atas "provokasi" baru-baru ini dari Teheran dan mengatakan sanksi akan mencegah pemimpin tertinggi Iran Khamenei dan pejabat lainnya di kantornya memasuki sistem keuangan internasional, Departemen Keuangan AS mengatakan akan menjatuhkan sanksi pada delapan komandan militer Iran. Di antara mereka adalah kepala unit satuan yang menembak jatuh drone pengintai AS "Global Hawk" baru-baru ini.

Hari berikutnya, Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan bahwa sanksi baru yang dijatuhkan kepada pemimpin tertinggi Khamenei, menunjukkan Gedung Putih sebagai "Telmi" (demikian diberitakan oleh The Guardian 25 Jun 2019).

Sikap Trump ini justru akan lebih "menutup" saluran diplomatik antara AS-Iran selamanya. Juru bicara Kemenlu Iran Abbas Mousavi mengatakan pemerintahan Trump di AS secara sistimatis telah melanggar mekanisme perdamaian dan keamanan dunia untuk pemeliharaan ketertiban sosial.

Menlu Iran Mohammad Javad Zarif pada 25 Juni lalu mengatakan, Iran tidak akan pernah mengejar untuk mengembangkan senjata nuklir. Dia menunjuk pada penggunaan senjata nuklir oleh AS di masa lalu dan komentar baru-baru ini oleh Presiden AS Donald Trump bahwa dia telah membatalkan serangan militer terhadap Iran karena akan menewaskan 150 orang.

Trump mengatakan, dia menghentikan serangan udara ke Iran dalam ekslasi ketegangan terkahir ini (dalam laporan video). Trump mengatakan AU-AS "telah siap terbang dan menembak" tiga sasaran (21 Juni 2019) pagi, tetapi dibatalkan 10 menit sebelum terlaksana setelah menadpat laporan bahwa serang udara itu mungkin akanmenewaskan 150 orang.

Zarif mengatakan: "Kamu (Trump) mengkhawatirkan 150 orang? Berapa banyak orang yang telah Anda bunuh dengan senjata nuklir? Berapa generasi yang Anda hancurkan dengan senjata-senjata ini? Kitalah yang, karena pandangan agama kita, tidak akan pernah mengejar senjata nuklir"

Gedung Putih sedang mengejar strategi jalur ganda untuk mencari perundingan sembari mencoba untuk menekan ekonomi Iran melalui sanksi yang menghalangi perdagangan dengan Eropa dan penjualan minyak, dan membekukan aset para pemimpin politik dan diplomatik.

Iran telah mengatakan akan melanggar batas pengayaan uranium yang ditetapkan dalam kesepakatan nuklir 2015, tetapi itu tidak berarti bahwa negara itu berada di jalur untuk membangun senjata nuklir.

Trump memberlakukan sanksi baru pada hari Senin (24 Juni) terhadap pemimpin tertinggi, Ayatollah Ali Khamenei, dan kepala militer, dalam langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya yang dirancang untuk meningkatkan tekanan terhadap Iran setelah Teheran menjatuhkan pesawat tak berawak AS. Khamenei adalah otoritas tertinggi Iran, yang memiliki suara terakhir tentang semua masalah negara Iran.

Presiden Iran, Hassan Rouhani, menggambarkan Gedung Putih sebagai "menderita cacat mental" dan mengatakan sanksi terhadap Khamenei "keterlaluan dan bodoh", terutama karena ulama berusia 80 tahun ini tidak memiliki aset di luar negeri dan tidak ada rencana untuk berpergian ke AS.

Teheran mengatakan AS telah menghabiskan berminggu-minggu menuntut Iran untuk menyesuaikan diplomasi Iran dengan diplomasi AS sendiri, tapi bukan tanggapan militer, tetapi sekarang berusaha untuk melumpuhkan kepala diplomatnya.

"Memberlakukan sanksi yang tidak berguna pada pemimpin tertinggi Iran dan komandan diplomasi Iran adalah penutupan permanen jalur diplomasi," kata juru bicara kementerian luar negeri Abbas Mousavi dalam sebuah tweet pada hari Selasa. "Pemerintahan putus asa Trump menghancurkan mekanisme internasional yang telah mapan untuk menjaga perdamaian dan keamanan dunia."

Berbicara di Israel, penasihat keamanan nasional Trump, John Bolton, menegaskan bahwa presiden Trump tetap terbuka untuk negosiasi nyata dan "semua yang perlu dilakukan Iran adalah berjalan melalui pintu yang terbuka untuk itu".

Keputusan Iran untuk melanggar perjanjian nuklir adalah tanggapan atas sanksi AS dan kegagalan Eropa untuk memberikan perlindungan ekonomi. Hal ini mungkin akan diikuti oleh pelanggaran yang lebih serius pada 7 Juli ini.

Ini menempatkan UE dalam dilema sejak Prancis, Jerman, dan Inggris sangat ingin menjaga kesepakatan itu tetap hidup tetapi tidak dapat menemukan rute atau jalan terbaik untuk melemahkan eskalasi krisis antara Teheran dan Washington.

Tiga negara Eropa ini mengeluarkan pernyataan di Dewan Keamanan PBB terbatas pada hari Senin (24 Juni)  mendesak Iran untuk tetap berada di dalam kesepakatan, dengan mengatakan: "Adalah kepentingan semua orang untuk menunjukkan pengekangan dan menghindari tindakan apa pun yang akan merusak pilar vital rezim non- proliferasi dan keamanan kolektif kita."

Apa yang diharapkan Trump sebenarnya untuk menjatuhkan sanksi kepada pemimpin tertinggi Iran Khameinei?

Sungguh luar biasa, karena Trump telah berulang kali mengatakan bahwa dia akan mengumumkan sanksi paling berat pada hari Senin (24 Juni). Saat itu semua pada menunggu, Bagaimana AS akan menjatuh sanksi ke Iran lagi, dan dapat dikatakan sekarang sanksi itu sudah di segala bidang. Jadi sanksi yang paling parah itu bagaimana? Ternyata yang keluar obyek sanksinya kepada pemimpin tertinggi Iran.

Ini benar-benar membingungkan, karena sangat kontradiktif, sebelum itu, Trump berulang kali membicarakannya, dan terus mengatakan bahwa Iran telah menembak jatuh drone. Tapi yang menjadi obyek sanksi pemimpin tertinggi Iran.

Tampaknya mungkin Trump terlalu percaya diri, itu menurut logika Trump patut, tapi jelas orang Iran tidak akan bisa menerimanya. Bagaimanapun tindakan ini akan membuat konfrontasi AS-Iran akan berlangsung lama, dan normalisasi bisa memasuki keadaan menjadi semakin tidak terpecahkan.

Trump menggunakan Kementerian Keuangan AS untuk memberi sanksi kepada komandan militer Iran, operasi macam apakah ini?

Tampaknya Trump memang menanggapi tindakan ini untuk drone "Global Hawk" yang ditembak jatuh. Ketika dia tidak bisa mengambil tindakan militer untuk menyerang, karena Iran telah mengantisipasi dengan sangat tepat memamerkan puing drone tersebut. Maka Trump mengumumkan akan menjatuhkan sanksi paling maximum kepada Iran.

Namun kenyataan selama ini, Iran menganggap sanksi yang dijatuhkan kepada Iran sudah sampai batas bawah (bottom line) sanksi apa lagi yang akan dijatuhkan. Sedangkan pada 8 April lalu, AS telah menyatakan Korp Pengawal Revolusi Islam Iran sebagai teroris, sanksi apa lagi yang bisa dijatuhkan, itu berarti sudah sanksi untuk seluruh kelompok, dan kini menjatuhkan kepada beberapa komndan mereka dengan mengatakan bahwa itu adalah sanksi paling maximum? Ini menjadi lucu.

Ini benar-benar menunjukkan bahwa dia "telmi" ini sinyal pertama bagi orang Iran.

Yang kedua tampaknya Trump sedang curhat, dimana militer yang seharusnya menekan tombol terakhir untuk beraksi yang mendadak jeda. Jadi sebagai pelampiasan marah terpendamnya mencari logikanya dengan mencari personal yang bertanggung jawab menambak jatuh drone.

Tapi apakah betul kesatuan militer Iran ini yang menembak jatuh drone AS? Saat ini banyak pengamat yang menyangsikan AS kini memiliki informasi akurat untuk ini, banyak komponen virtual di dalamnya, sulit untuk dikatakan bahwa ini adalah entitas.

Yang  ketiga, tampaknya Trump perlu menemukan pentas untuk dirinya sendiri, jadi harus mempertahankan situasi memberi tekanan tinggi. Jadi Trump di satu sisi ingin memperlihatkan di dalam negeri AS bahwa dia telah bertindak membalas Iran dengan sanksi paling kuat, tetapi di sisi lain dia masih perlu berbicara dengan Iran.

Jadi sebenarnya ini adalah yang sangat memalukan bagi AS atas tindakan Trump, tampak benar-benar tidak mempunyai trik dan jurus lain.

Mari kita perhatikan reaksi AS setelah kapal tanker minyak diserang dan drone ditembak jatuh, AS kini telah membatalkan penerbangan sipil ke Iran. Informasi apa yang bisa kita dapati dari tindakan ini?

Pengamat melihat mungkin ada dua berita yang patut diperhatikan, yaitu bahwa dikatakan bahwa pesawat penerbangan sipil dilarang melintasi Teluk Persia, termasuk Teluk Oman.

Tindakan ini pertama-tama adalah untuk menciptakan ketegangan bagi masyarakat internasional agar memperhatikan adanya bahaya di kawasan ini. Dan biang keladinya adalah Iran.

Tapi Iran cukup fleksibel menghadapi ini. Pada keterangan resmi Iran menyatakan telah memberi peringatan sebanyak tiga kali dalam dua jam kepada drone AS yang telah melanggar wilayah udara Iran, sebelum ditembak jatuh. Ini menjadi point pertama argumentasi Iran.

Point kedua untuk menangkal tuduhan Trump atas ketidak siapan AS dalam mengawal kapal-kapal tanker negara-negara termasuk Tiongkok, Jepang, Korsel dan India yang mengimpor minyak dari Teluk. Banyak negara-negara yang bersangkutan justru bertanya, kapan kapal perang AS melindungi kapal-kapal negara-negara ini?

Hal ini Trump di satu sisi hanya ingin menekan Iran dan di sisi lain ingin memuji diri sendiri, yang seolah-olah melihat dirinya sebagai pemelihara seluruh keamanan di kawasan ini, semua negara-negara telah mendapat manfaat darinya dan kini dia telah memutuskan untuk meniggalkannya.

Pernyataan memberi kesan Trump ingin menarik diri, ini sebagai langkahnya setelah mendorong negara lain untuk melakukannya sendiri. Dan kesan ini dapat dilihat mengapa Menlu AS Pompeo cepat-cepat ke India, setelah mengunjungi UAE, Arab Saudi untuk membicarakan hal di atas ini.

AS menghendaki negara-negara ini harus mengirim kapal perangnya di kawasan ini untuk mengawal kapal tankernya. Dan kini terlihat India telah mengirim dua kapal dan tiba di Teluk. Ini diperkiran para pengamat sebagai respons terhadap ajakan AS.

Namun India melakukan ini juga untuk kepentingannya sendiri di kawasan ini, jadi dengan penarikan AS ini, akan mendorong negara-negara lain untuk berada di garis depan, untuk hal ini tentu ada juga negara-negara yang positif serius demi kepentingannya.

Kesediaan mereka untuk hadir di kawasan ini justru yang dibutuhkan AS, untuk sebagai angin buritan dalam menunjukkan tercapainya memperluas kekuatannya.

Ini masih merupakan langkah yang ingin dilakukan AS untuk memperkeruh air di kawasan ini. Segera setelah menjatuhkan sanksi terhadap pemimpin tertinggi Iran Khamenei,Trump mengirim Menlu Pompeo ke Timteng.

Menurut sebuah laporan pada 25 Juni 2019, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo pergi ke Teluk pada 24 Juni dan mengunjungi Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UAE) untuk membahas bagaimana berurusan dengan Iran di bidang-bidang utama di kawasan tersebut.

Laporan itu mengatakan bahwa Pompeo bertemu dengan Raja Saudi Salman dan Putra Mahkota Moh. bin Salman. Di Uni Emirat Arab bertemu dengan Putra Mahkota Abu Dhabi Muhammad bin Zayed. Mereka telah "memilih" gagasan pemerintahan Trump tentang keamanan maritim di Teluk Persia. Pompeo mengatakan kepada Pangeran Abu Dhabi bahwa rencananya akan mencakup UAE, Arab Saudi dan 20 negara lainnya.

Pompeo mengatakan kepada Pangeran Abu Dhabi di depan beberapa jurnalis yang menyertainya bahwa AS akan sangat senang jika tidak harus menanggung biayanya.

Ada laporan bahwa Pompeo dalam melakukan perjalanan ke Jepang dan Korsel bergegas mengatur perjalanan ke Timteng. Sebelumnya Pompeo pernah mengatakan di Twitternya bahwa "pertemuan dengan Raja Saudi sangat berhasil". Ketegangan di kawasan Selat Hormuz dan kebutuhan untuk mempromosikan keamanan maritim.

Apa perhitungan AS dalam kunjungan intensif ke Timur Tengah? 

Ketika drone tertembak jatuh dan AS tidak bisa membalas, maka John Bolton pertama mengunjungi Israel, kemudian Pompeo mengunjungi Arab Saudi, UAE, dan kita ketahui ketiga negara ini adalah sekutu penting AS di Timteng sebagai "segi tiga besi" atau tulang punggung yang digunakan AS untuk mengepung Iran.

Para pengamat dalam hal ini lebih menaruh perhatian pada Bolton yang ke Israel. Perlu diperhatikan Senator Senior Graham ada komentar yang mengatakan AS tidak bermaksud berperang dengan Iran, tetapi untuk Israel menjadi tidak bisa dipastikan.

Jadi kejadian ini sangat menarik menjadi perhatian pengamat dengan dibatalkannya AS menyerang Iran, karena selama ini daya berperang Arab Saudi dan UAE sangat mengecewakan AS, tapi lain dari Israel.

Jadi kunjungan Pompeo ke negara-negara sekutu Timteng (Arab Saudi dan UAE) salah satu tujuannya adalah untuk menenangkan mereka, bagaimanapun dronenya telah dihancurkan tetapi tidak ada tindakan balasan. Sekutu-sekutu ini pasti akan berpikir, jika mereka diserang dan AS tidak bergerak seperti sekarang ini bagaimana? Arab Saudi dan UAE pasti punya perasaan jerih. Mereka ini yang pasti pertama yang menginginkan keadaan stabil. Maka AS untuk memperkuat kepercayaan mereka berbicara siap untuk melindungi mereka secara langsung (jadi semacam memberi angin sorga).

Selain itu juga untuk berkoordinasi, hal ini tidak bisa dikesampingkan, bagaimanapun kemungkinan perang ini ada dan makin meningkat. Jadi perlu adanya koordinasi antara Arab Saudi, Liga Arab dalam beberapa hari terakhir ini dan beberapa berkoordinasi juga dengan Israel dan sebagainya.

Selain hal di atas ini, Pompeo-AS ingin memanfaatkan peristiwa rontoknya drone ini untuk memperkuat kesatuan dari sekutunya yang 20 negara ini menjadi persekutuan internasional untuk mengepung Iran.

Kita dapat melihat sebelum ini, Inggris, AS, Arab Saudi, UAE dan Israel telah melakukan satu hal yang sangat inti yaitu Anti-Iran, dengan mungkin membentuk Liga Internasional Anti-Iran untuk langkah selanjutnya.

Tekanan apa kiranya jika Liga Internasional Anti-Iran yang terdiri dari lebih 20 negara ini benar-benar terbentuk kelak?

Bagaimanapun aliansi ini masih memiliki dasar tententu  di masa lalu, dan bukannya yang tiba-tiba dibangun atas dasar sebuah negara yang bermusuhan dengan Iran di masa lalu, kemudian dengan insiden tertembaknya drone ini terus terjadi aliansi baru.

Ini menjadi jelas sekali dari niat AS, ini dapat dikatakan suatu mekanisme multi mediasi yang saling bersilangan. Sebagai contoh, ketika kita berbicara tentang Bolton ke Israel, maka Pompeo pergi ke UEA, termasuk Arab Saudi, bahkan ada mekanisme multilateral pada 25 Juni, Rusia, AS dan Israel, ketiga pihak duduk bersama dan berbicara. Jadi konstruksi seperti ini pengamat rasa di satu sisi ada aliansi anti-Iran regional, dan di sisi lain ada juga keseimbangan kekuatan yang ada di Rusia.

Baru-baru ini Rusia ada memberikan beberapa pernyataan, menurut juru bicara Kemenlu Rusia termasuk Menlu Lavrov sendiri telah membicarakan tiga sudut pandang inti.

Pertama, tertembaknya drone "Global Hawk" AS memang telah memasuki wilayah udara Iran.  Ini adalah negara pertama dan pertama kalinya komunitas internasional keluar untuk mendukung Iran.

Kedua, mereka mengatakan tidak ada bukti bahwa Iran terlibat dalam serangan kapal pesiar di Teluk Oman. Ini adalah pernyataan resmi kedua yang diberikan oleh Rusia.

Yang ketiga tentang apa yang terjadi sekarang, Rusia memiliki prinsip dalam negosiasi internasionalnya di masa depan, yaitu keberadaan Iran sebagai penyeimbang di Suriah adalah legal. Karena keberadaan mereka diundang sah oleh pemerintah Suriah untuk berpartisipasi dalam perang melawan terorisme di seluruh Suriah.

Oleh karena itu, ketiga pernyataan ini jelas menunjukkan posisi Rusia. Jadi ada keseimbangan kekuatan di wilayah aliansi Anti-Iran di kawasan ini. Yang dikhawatirkan akan ada situasi di mana kedua belah pihak berselisih satu sama lain.

Yang terlihat jelas adalah Inggris yang mengatakan, jika AS melakukan serangan militer, Inggris bersedia bergabung. Ini adalah pernyataan yang sangat jelas. Namun Arab Saudi, UAE, Kuwait ketiga negara ini adalah tiga negara pilar dari Komando Timur Tengah, yaitu, wilayah Pusat komando terletak di tiga negara ini. Tapi Kuwait belum menyatakan dengan jelas kali ini.

Jadi kita bisa melihat mengapa Pompeo mengunjungi daerah ini, karena dia juga ingin bergantung pada konstruksi yang sudah ada. Dan jika langkah selanjutnya untuk merealisasi menjatuhkan sanksi, kapal berpatroli bersama, dan operasi bersama, maka tiga markas regional ini sangat diperlukan sebagai dasar untuk pusat komando regional.

Sehingga kesibukan Pompeo ini oleh beberapa media di ulasannya disebutkan sebagai "sumber kekacauan" di arena diplomatik internasional. Dia benar-benar coba memplatik api di mana-mana, dan memainkan peran negatif yang dapat mengakibatkan gejolak, terutama menciptakan situasi seperti kelanjutan dari pemikiran Perang Dingin. Dan seperti kita ketahuan memang Pompeo adalah mantan Kepala CIA sebelum menjabat sebagai Menlu AS.

Sehingga tampaknya selalu menggunakan Perang Dingin dalam mengamati perkembangan berbagai hal. Memang Pompeo dan Bolton merupa pejabat garis keras yang selalu cendrung menginginkan perang.

Iran Berhasil Menangkal Serangan Cyber AS

Dalam situasi dimana AS terus merayu para sekutunya untuk menekan Iran, Iran berhasil menangkal serangan cyber AS.

Menurut situs web RT Rusia, menteri informasi Iran mengatakan bahwa Iran telah berhasil memblokir serangan cyber AS terhadap infrastruktur Iran. Telah dilaporkan bahwa militer AS telah membalas dengan melakukan serangan cyber terhadap situs kontrol rudal Teheran, tetapi Menteri Informasi dan Komunikasi Iran Muhammad Javad Azari Jahromi tampaknya telah membantah laporan tentang serangan cyber terhadap target militernya.

Sebelum ini, media  (Vox News) AS 23 Juni 2019 melaporkan bahwa militer AS meluncurkan serangan cyber skala besar terhadap Iran, yang menyebabkan komputer pengendali sistem peluncuran roket dan rudal Iran menjadi lumpuh.

Pentagon AS dan Gedung Putih tidak mengomentari laporan-laporan ini, melaporkan bahwa Komando Cyber AS dan Komando Pusat AS bekerja sama dalam serangan untuk membalas terhadap Iran atas menembakkan drone.

Jahromi tidak langsung menanggapi desas-desus tentang serangan itu. Dia mengatakan bahwa Iran sudah kaya pengalaman dalam mengalahkan serangan seperti itu. Hanya pada tahun lalu saja,  Iran telah berhasil menangkal kira-kira 33 juta serangan cyber dari luar. Musuh tampaknya berusaha dengan keras, namun serangan-serangan itu tidak berhasil. Johromi secara khusus menyebutkan worm komputer "Stuxnet" yang diciptakan AS dan Israel.

Stuxnet adalah worm komputer jahat, pertama kali ditemukan pada tahun 2010, diperkirakan telah dikembangkan sejak setidaknya pada tahun 2005. Yang menargetkan sistem SCADA dan diyakini dapat menyebabkan kerusakan besar pada program nuklir Iran. Meskipun tidak ada negara yang secara terang-terangan mengakui bertanggung jawab, worm tersebut diyakini sebagai cyberweapon (senjata cyber) yang diciptakan AS dan Israel.

Memang menurut para ahli dan pengamat bahwa AS dan Israel tidak mungkin berhasil dari sudut pandang teknis. Karena US Cyber Command adalah model serangan yang biasanya terbuka untuk dunia, dan dapat diserang dari kekuatan jalan biasa, tetapi jaringan Iran sangat berbeda dari jaringan negara lain.

Dan Internet domestik Iran secara ketat dikendalikan dan juga mengawasi ketat media sosial, dan ada banyak negara Barat yang perangkat lunak sosialnya tidak tersedia di Iran, sehingga  tidak dapat membukanya. Jadi jika Cyber Command AS mau menyerang dengan Stuxnet harus disalurkan melalui U disk ke core centrifuge control system Iran.

Untuk bisa berhasil harus bisa berkontak langsung dengan mengirim agen. Tapi apakah itu bisa? Jadi ini tampaknya hanya propaganda AS. Karena diperlukan adanya pintu masuk bagi AS dari "pintu belakang" di Iran.

Jadi kali ini Iran telah menyerang balik dengan telak kepada AS, dengan mengumumkan telah dapat menangkal 33 juta seranga cyber dari luar. Serangan seperti apa yang AS andalkan untuk sukses? Dalam menghadapi probabilitas seperti itu, kemampuan ofensif seperti apa yang dapat AS andalkan untuk dapat akses ke jaringan inti Iran. Itu menjadi pertanyaan besar.

Menangkal 33 juta serangan cyber ini menunjukkan kekuatan serangan balik Iran. Dan kini kemampuan terus meningkat dalam medan pertempuran yang sebenarnya, termasuk teknologi drone dan teknologi jaringan informasi.

Pada titik ini, Iran mungkin harus "bersyukur" pada AS telah dilatih meningkatkan kemahirannya dalam praktek nyata, yang oleh Rusia di-istilah sebagai "koleksi". Sehingga Iran sebenarnya telah belajar perang di medan perang nyata.

Jadi dari sudut pandang yang dimainkan AS akhir-akhir ini, sangat kentara bisa dilihat oleh para pengamat bahwa dalam lubuk hatinya AS tidak ingin perang. Demikian juga dengan Iran. Karena bagaimanapun Iran tidak mungkin bisa mengalahkan dan menang perang dengan AS.

Namun situasinya kini terlihat masa depannya masih pesimistik, andaikata terjadi hal yang serius, terjadinya kekacauan tidak bisa dikesampingkan.

Pada 25 Juni 2019, F-22 Raptor mendekati Teluk Persia, AS, Inggris, Israel,  tiga negara melakukan latihan militer bersama dengan F-35 di Mediterania. Penekanan AS atas militer Iran terus meningkat.

Iran mengumumkan bahwa mereka akan menerobos "Perjanjian Nuklir Iran" menjadi "super keras" dan situasi seperti "keras" dilawan "super keras"

Para pejabat tinggi Iran mengancam, jika AS menyerang Iran, Israel hanya dapat hidup selama setengah jam.

Lalu, apakah AS siap menggunakan kekuatan melawan Iran, dan bagaimana Iran akan melancarkan tindakan pembalasan?

Perubahan apa yang akan terjadi dengan ketegangan AS dan Iran dengan penjualan S-400 Rusia kepada Iran?

Akan penulis coba ulas di tulisan yang akan datang.

Sumber: Media TV dan Tulisan Luar Negeri

https://www.reuters.com/article/us-mideast-iran-usa-zarif/iran-will-never-pursue-a-nuclear-weapon-says-foreign-minister-idUSKCN1TQ1DC

https://www.theguardian.com/world/2019/jun/25/iran-says-us-sanctions-on-supreme-leader-means-permanent-closure-of-diplomacy

https://www.theguardian.com/world/2019/jun/21/donald-trump-retaliatory-iran-airstrike-cancelled-10-minutes-before

https://www.theguardian.com/world/2019/jun/25/iran-says-us-sanctions-on-supreme-leader-means-permanent-closure-of-diplomacy

https://www.vox.com/2019/6/23/18714327/iran-us-donald-trump-cyberattack-drone-strike

https://www.timesofisrael.com/israeli-f-35s-train-alongside-us-uk-in-first-international-exercise/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun