Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Pasang Surut Hubungan AS-Tiongkok dalam Perspektif Sejarah Modern

26 Desember 2018   09:39 Diperbarui: 26 Desember 2018   09:48 780
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maka dari itu jika Tiongkok dan AS berkompetisi, pertama harus bisa me-reformasi dengan baik urusan domestiknya. Yang kedua, melakukan revolusi industri, siapa yang bisa berhasil melakukan revolusi industri 4.0 . Dialah yang akan memimpin  dunia kelak.

Jadi kuncinya memperbaiki domestik negaranya akan menjadi yang tak terkalahkan. Dan siapapun yang berhasil melakukan revolsui industri 4.0 dialah yang akan menguasai masa depan.

Tampaknya hubungan AS-Tiongkok yang memburuk kini bisa mengalami penderitaan satu dekade. Tapi secara optimis jika Tiongkok dapat melangkah dengan tenang dan memposisikan dirinya dengan baik. Maka untuk sepuluh tahun ke depan, AS pelan-pelan akan bisa menerima kenyataan atas perkembangan dan kebangkitan Tiongkok.

Seperti jika dilihat dari hubungan AS-Tiongkok selama 40 tahun terakhir ini, hubungannya sangat hangat dan akrab serta sangat berhasil. Tapi kini menjadi sulit dan memusingkan karena kesuksesan ini.

Selama ini Tiongkok sangat berhasil memanfaatkan kesempatan kehangatan hubungannya dengan AS, dan berhasil memperkembangkan diri. Tapi setelah berhasil berkembang, AS berubah tidak dapat menerima kenyataan ini. Yang tadinya begitu lemah, mereka merasa iba kepada Tiongkok, maka mereka mengajak untuk bangkit.

Tapi kini Tiongkok mulai bisa menyetarakan kedudukannya dengan AS, dan ini menjadi tidak biasa bagi AS. Jadi menurut para analis jika ingin ada perubahan situasi justru sikap AS yang harus berubah. Dari segi kekuatan Tiongkok kini telah berubah menjadi kuat, jadi perlu bagi AS untuk merubah sikap pandangannya.

Tampaknya AS kini kurang percaya diri, sehingga coba mencari alasan untuk memposisikan Tiongkok pada posisi baru. Selama ini AS memposisikan Tiongkok dari sebagai partner menjadi lawan, ini suatu sikap yang sangat negatif, maka analis memperkirakan hubungan AS-Tiongkok setelah 40 tahun ini akan kurang baik dari sebelumnya.

Namun kita ketahui bahwa keadaan tidak akan menuju Perang Dingin Baru seperti yang telah dibahas diatas.

Namun kini meskipun terjadi friksi dan tampaknya masih bisa terkontrol. Maka banyak analis yang optimis untuk sepuluh tahun ke depan hubungan ini akan berjalan pada rel yang normal. Dan hingga kini Tiongkok selalu menghindari isitilah "Perang Dagang" selalu menyebutkan "Friksi Perdagangan."

Apakah setelah Trump tidak menjabat presiden, hubungan AS-Tiongkok akan tetap buruk seperti sekarang?

Sejak Trump menjabat presiden, hubungan dagang  AS-Tiongkok terus memburuk, media Barat banyak menyebutnya dengan Perang Dagang (Trade War), namun pemerintah Tiongkok sebanarnya lebih berhati-hati, tidak menggunakan istilah "Perang Dagang" namun dengan istilah "Gesekan Perdagangan"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun