Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Tekanan Keras dan Lunak AS terhadap Iran, Bisakah Berhasil?

14 Agustus 2018   17:38 Diperbarui: 14 Agustus 2018   19:29 653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dimulai pada 8 Mei tahun ini, sejak Donald Trump mengumumkan pengunduran dirinya dari kesepakatan nuklir Iran, kontes kebijakan luar negeri dan serangan verbal antara AS dan Iran tidak pernah berhenti untuk sesaat pun.

(baca tulisan penulis 26 Juni 2018 lalu  Strategi Baru AS terhadap Iran dan Kebijakan Timur Tengahnya )

Kini tampaknya pedang Democles telah tergantung di atas kepala Iran siap untuk ditebangkan ke lehernya. Pada 7 Agustus lalu, babak pertama sanksi AS terhadap Iran dimulai, menandai dimulainya pemerintahan Trump secara praktis memperketat kembali jerat yang telah diletakkan di sekitar leher Teheran.

Saat ini, yang menjadi perhatian masyarakat internasional adalah apakah intrik antara AS dan Iran berkembang ke arah pembicaraan damai atau menuju ke arah perang.

Seruan AS terkini: Anyone doing business with Iran will not be doing business with the US! (Siapa pun yang berbisnis dengan Iran tidak boleh berbisnis dengan AS!)

Pada 7 Agustus, setelah Presiden AS Donald Trump membuat ancaman kuat di Twitter, AS akhirnya memainkan "bola keras" untuk sanksi ekonomi terhadap Iran.

Sumber: twitter.com/realdonaldtrump
Sumber: twitter.com/realdonaldtrump
Menurut pernyataan yang dikeluarkan oleh Gedung Putih AS pada 6 Agustus, sanksi untuk kali ini akan melarang Iran menggunakan USD, dan akan melarang semua perdagangan mobil, logam, dan mineral, termasuk emas, baja, batu bara, dan aluminium.

Dihadapkan dengan sanksi yang ditrapkan kembali AS ini, Presiden Iran Hassan Rouhani tidak gentar, dan membuat tanggapan yang keras.

Rouhani mengatakan: Saya percaya bahwa jika kita dapat bersatu bersama, kita dapat dengan cepat membuat Amerika menyesali perbuatan mereka.

Rouhani mengatakan Iran masih dapat mengandalkan Tiongkok dan Rusia untuk menjaga sektor minyak dan perbankannya tetap bertahan, dan juga menuntut kompensasi selama beberapa dekade "intervensi" AS di negaranya. Demikian ABC News melaporkan.

Sejak 8 Mei, ketika AS secara sepihak mengumumkan penarikan dirinya dari kesepakatan nuklir Iran, konflik antara AS dan Iran secara bertahap terus meningkat.

Sepertinya sanksi yang dijatuhkan kepada Iran kali ini, tampaknya akan membuat AS dan Iran benar-benar akan memasuki pertarungan sampai akhir.

Pada 5 Agustus lalu, menghadapi rumor yang bergejolak, pejabat senior militer Iran secara resmi menegaskan bahwa mereka mengadakan latihan peperangan laut skala besar di Selat Hormuz.

Sebelum ini meurut seorang perwira militer AS yang tidak mau disebutkan namanya, mengungkapkan kepada Reuters. Dia percaya tindakan Iran (latihan militer) ini ditujukan untuk mengirim pesan ke pemerintahan Trump, yang telah memberikan tekanan konstan pada Iran.

Ada dua sorotan utama dari latihan militer tahun ini. Pertama, waktu telah didorong/dimajukan jauh ke depan. Di masa lalu, latihan Iran di Teluk Persia biasanya terjadi pada musim gugur. Kali ini, pada awal Agustus. Para pengamat percaya bahwa itu ditujukan untuk periode pertama "wind-down" (periode penyangga/masa jedah) dan diumumkan AS pada 6 Agustus.

Sumber: The Times of Israel
Sumber: The Times of Israel
Kedua, skala latihan jauh lebih besar dari sebelumnya. Melihat situasi saat ini, ada lebih dari 100 kapal yang terlibat dalam latihan, ini telah memecahkan rekor historisnya, dan pada saat yang sama, semua orang menebak apakah latihan militer Iran ini mungkin termasuk koordinasi dengan pasukan rudal darat, pasukan pertahanan udara di dekat Selat Hormuz, dan Angkatan Udara Iran.

Selat Hormuz adalah kunci maritim pada perdagangan minyak, dan kunci ini ada di tangan Iran. 90% dari semua ekspor minyak dan gas dari Negara-negara Teluk Timur Tengah melewati jalur maritim tunggal ini untuk menjangkau daerah-daerah di seluruh dunia, dan 35% dari perdagangan minyak maritim dunia diangkut melalui Selat Hormuz.

Sumber: yourmiddleeast.com
Sumber: yourmiddleeast.com
Dihadapkan dengan AS yang mencoba membuat ekspor minyak Iran ke 0 sebelum 5 November, Rouhani telah mengisyaratkan beberapa kali bahwa jika ekspor minyak diblokir oleh AS, Iran akan menutup Selat Hormuz untuk memotong rute transportasi minyak Timur Tengah.

Hassan Rouhani Presiden Iran mengatakan: Secara historis, kami selalu mempertahankan rute air ini. Anda harus ingat bahwa secara historis, kami menetapkan keamanan rute transportasi minyak. Jangan lupakan itu.

Dengan adanya tekanan ekstrem dari AS, asap tebal dari api peperangan merembes ke Teluk Persia.

Pada pagi hari tanggal 16 Juli, sebuah pesawat pengintai militer AS "Global Hawk" lepas landas dari Pangkalan Udara Al-Dafar di UAE dan terbang ke wilayah udara Teluk Persia, dan terbang berputar-putar dekat dengan wilayah udara Iran untuk waktu yang lama di atas Teluk Persia. Militer Iran dengan cepat memberi peringatan, jika AS berani merambah masuk ke wilayah udara teritorialnya, akan segera ditembak jatuh.

Sumber: Defense World +DefPost
Sumber: Defense World +DefPost
Dalam situasi semacam ini, AS segera menyatakan bahwa mereka akan mengambil tindakan militer jika Iran menutup Selat Hormuz, dan AS mengirim pesawat pengintai "Global Hawk" ke Teluk untuk melakukan pengawasan ketat terhadap Iran karena ada masalah militer yang sangat serius. Semua pihak biasanya percaya bahwa jika AS memobilisasi "Global Hawk," mereka sedang mempersiapkan perang, karena pengintaian "Global Hawk" sangat spesifik.

Selain dari sektor militer, untuk beberapa waktu, perang kata-kata antara Washington D.C. dan Teheran telah memanas juga.

Pada 22 Juli lalu, Menlu AS Mike Pompeo dalam pidatonya di Perpustakaan Kepresidenan Ronald Reagan di California, di mana ia membandingkan para pemimpin Iran dengan mafia. Dilaporkan oleh Reuters bahwa sebagian besar yang hadir adalah orang Iran.

Pompmeo mengatakan: Orang-orang suci munafik ini, mereka telah menyusun segala macam skema bengkok untuk menjadi beberapa orang terkaya di dunia sementara rakyat mereka menderita.

Sebuah laporan dari Reuters menyatakan bahwa beberapa pejabat AS yang tidak disebutkan namanya mengomentari hal ini, mengatakan bahwa pidato Pompeo adalah langkah terbaru dalam serangan terhadap niat opini publik Iran untuk mengipasi api gejolak di Iran, untuk menekan pemerintah Iran di samping menjatuhkan sanksi ekonomi.

Pernyataan Pompeo ini langsung direspon dengan keras oleh Iran. Hassan Rouhani membalas dengan menyatakan: Jangan bermain dengan ekor singa. Kalian akan menyesalinya. Kalian akan menyesal selamanya, satu hal yang harus kalian pahami adalah perang dengan Iran adalah ibu dari semua perang.

Sumber: twitter.com/realDonaldTrump
Sumber: twitter.com/realDonaldTrump
Pernyataan Rouhani segera dibalas dengan serangan keras dari Trump. Pada larut malam tanggal 22 Juli, Trump berteriak di twitter: "Kepada Presiden Iran Rouhani, jangan pernah mengancam AS lagi atau kalian akan menderita konsekuensi yang jarang dialami oleh beberapa pihak di sepanjang sejarah." Dan dalam tweeter ditulis dengan huruf besar "Be Cautious!".

Setelah itu Menlu Iran, Mohammad Javad Zarif meniru tweeting Trump dengan menanggapi, "Dunia mendengar bahkan beberapa kali lebih keras berbunyi beberapa bulan yang lalu. Kami telah ada selama ribuan tahun & melihat jatuhnya kekaisaran, termasuk milik kami, yang berlangsung lebih dari kehidupan di beberapa negara. Berhati-hati " " Be Cautious "ditulis dalam huruf besar semua.

Sumber: en.isna.ir/news
Sumber: en.isna.ir/news
Setelah kita selama ini melihat AS dan Iran saling bemain keras, namun tampaknya AS secara tak terduga bermain "sofball/bola lunak."

Permaianan "Bola Keras" dan "Bola Lunak" Untuk Keuntungan AS

Trump ketika dalam konferensi pers bersama dengan PM Italia, 30 Juli  2018 mengatakan: Saya akan bertemu dengan siapa saja. Saya percaya pada pertemuan.

Wartawan: Apakah ada prasyarat untuk pertemuan itu?

Trump: Tidak ada prasyarat. Tidak ada. Jika mereka ingin bertemu, saya akan bertemu. Kapan saja mereka mau. Itu baik untuk negara, baik untuk mereka, baik untuk kita, dan baik untuk dunia.

Namun Hassan Rouhani Presiden Iran mengatakan: "Memberi sanksi kepada Iran sementara juga mencari negosiasi, itu tidak ada artinya. Dengan kata lain, jika seseorang menarik belati di depan musuh atau lawan mereka, dan menebas lengan lawan mereka sambil berkata, 'Saya ingin berbicara dengan Anda.' Jawaban yang akan didapatnya pasti akan menjadi yang pertama letakkan belati di sakumu dan kemudian kita dapat kembali ke meja perundingan, dan kembali bernegosiasi secara logis."

Pertama dengan sikap keras, lalu yang lunak. Jenis permainan apa yang dilakukan AS? Beberapa analis percaya bahwa AS memainkan bola keras dan bola lunak untuk menghasilkan perubahan melalui tekanan dengan tujuan untuk mendominasi lawan tanpa perang, dan mendorong situasi untuk berkembang ke arah yang menguntungkan dirinya sendiri.

Bermain keras untuk membuat Iran menyerah, dan pembicaraan damai juga membuat Iran menyerah. Tujuan akhir untuk mendapatkan hasil yang sama dari Iran. Mungkin ada jalan yang berbeda untuk mencapai tujuan ini, kadang-kadang mungkin memainkan bola keras yang kuat, dan bahkan bertindak sendiri.

Kadang-kadang, itu dilakukan jauh lebih lembut dan presiden AS akan mengibarkan cabang zaitun. Metodenya bervariasi, tetapi tujuan akhirnya adalah sama --- untuk membuat Iran menerima kembali perjanjian dimana pengaturannya didasarkan pada keinginan AS untuk memenuhi kepentingan nasional AS.

Dalam pertempuran adu otak dan otot dengan Presiden Iran Rouhani, tampaknya AS yang pertama berkedip.

"Haaretz" terbitan Israel mengomentari hal ini, dengan mengatakan: "Ini berkaitan dengan pertemuan AS-Iran tanpa syarat, seperti yang diusulkan oleh AS."

Jadi apa alasan di balik tindakan AS untuk berkedip? Di satu sisi, mereka terus menerapkan tekanan, di sisi lain, mereka menyerukan pertemuan. Jadi banyak yang mempertanyakan permainan AS untuk "bola keras" dan "bola lunak" mana yang lebih realitis?

"Ketika Presiden Rouhani datang ke New York untuk menghadiri Sidang Majelis Umum PBB terakhir, Trump mengusulkan pertemuan dengan dia delapan kali, tetapi Rouhani selalu menolak."

Pada 18 Juli, Mehr News Agency Iran merilis laporan ini, dan lebih dari seminggu kemudian, pada 31 Juli, Trump dalam konferensi pers bersama dengan PM Italia Giuseppe Conte mengatakan bahwa AS bersedia bertemu dengan para pemimpin Iran tanpa prasyarat. Kenyataannya, Trump telah membuat pernyataan semacam ini beberapa kali dalam satu tahun terakhir.

Pada bulan Oktober tahun lalu, Juru Bicara Departemen Luar Negeri Iran Bahram Qassemi membenarkan dugaan mengenai pernyataan Trump untuk bertemu dengan Rouhani selama Sidang Majelis Umum PBB, tetapi tidak mengungkapkan berapa kali Iran menolak AS.

Pada 19 September 2017, di New York. Selama Sidang Majelis Umum PBB ke-72, Presiden Trump yang baru terpilih membuat penampilan pertamanya di PBB, dan selama sambutannya, Trump langsung menyerang Iran. Dengan mengatakan: "Rezim ini telah mengubah sebuah negara kaya akan sejarah dan budayanya menjadi negara bajingan yang menghabiskan ekonominya dengan mengekspor murah  kekerasan, pertumpahan darah, dan kekacauan."

Namun, berdasarkan laporan eksplosif dari media Iran, tidak lama setelah Trump membuat pidato anti-Iran, timnya melakukan beberapa hubungan telepon dan mengirim pesan teks meminta bertemu dengan Presiden Iran Rouhani.

Sebagai tanggapan, Rouhani mengatakan bahwa sikap Trump yang meminta untuk bertemu tidak sesuai dengan pandangan pidatonya di Majelis Umum PBB, jadi "tidak pantas" untuk meminta bertemu.

"The New York Times" menunjukkan bahwa jika ini dapat dikonfirmasi, itu berarti bahwa pemerintahan Trump memiliki keinginan yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk dialog AS-Iran; Gedung Putih tidak menyangkal berita ini.

Selama lebih dari setahun, apa di balik alasan Trump "merendahkan dirinya" untuk menyerukan pertemuan dengan Rouhani? Apakah memang benar-benar ingin membawa Iran kembali ke meja perundingan?

Kita kiranya perlu mengutip sebuah buku yang berjudul "The Art of the Deal" (Seni Negosiasi). Dalam buku ini dikatakan ada persyaratan dasar untuk negosiasi --- untuk memastikan lawan tidak mengetahui keuntungan kita, jadi dia pasti akan terus mengubah pendiriannya, dan memainkan baik bola keras maupun bola lunak. Dia pasti akan melakukannya.

Para ahli percaya bahwa serangkaian tindakan pemerintahan Trump dengan mulus beralih antara bola keras dan bola lunak, dan memanfaatkan strategi negosiasi untuk mencari sikap lawan dan garis batas bawahnya dalam upaya untuk memaksimalkan kepentingan AS.

Bagi AS yang dengan tiba-tiba ingin berbicara dengan mereka, orang Iran tahu apa yang terjadi di sana, karena Trump tiba-tiba ingin berbicara dengan mereka dengan biaya tinggi, dengan ancaman besar, AS akan menggiring Iran ke pojok dan bernegosiasi, dan perjanjian yang dihasilkan dari itu, akan menjadi kesepakatan dan yang diperdagangkan yang merupakan metode Trump.

Jadi, apakah AS yang dipimpin oleh Trump mengubah sikap dan strateginya terhadap Iran?

Hal ini mengingatkan kita dengan film pemenang Oscar terbaik  2013 dengan judul "Argo" yang ceritanya berdasarkan kisah nyata pada tahun 1979, ketika pecah Revolusi Iran, hubungan AS-Iran mulai memburuk.

Pada tanggal 4 November 1979, ketika revolusi Iran mencapai titik didihnya, militan menyerbu Kedutaan Besar AS di Teheran, menyandra 52 (66) orang Amerika. Namun, di tengah-tengah kekacauan itu, enam orang Amerika berhasil menyelinap pergi dan mencari perlindungan di rumah Duta Besar Kanada. Seluruh krisis berlansung selama 444 hari. Situasi penyanderaan membuat hubungan AS-Iran dalam krisis.

Pada 17 April 1980, AS dan Iran memutuskan hubungan diplomatik. Setelah itu, AS mulai menerapkan kebijakan garis keras untuk membatasi dan mengisolasi Iran.

Meskipun pada periode akhir pemerintahan Obama, masalah nuklir Iran akhirnya mencapai kesepakatan komprehensif bersejarah. Tetapi selama pemerintahan Obama, tidak ada tindakan praktis yang dilakukan untuk memperbaiki hubungan AS-Iran, namun AS terus memperpanjang sanksi terhadap Iran.

Dari perspektif ini, tampaknya strategi Trump terhadap Iran tidak berbeda dengan beberapa pendahulunya --- dia masih bermain "bola keras."

Pada awal Agustus, Senat AS meloloskan RUU yang disebut Undang-undang Otorisasi Pertahanan Nasional/ National Defense Authorization Act (NDAA) yang menyetujui pengeluaran militer sebesar 716,3 miliar USD untuk tahun fiskal 2019. Ini adalah peningkatan terbesar dalam anggaran pertahanan nasional AS dalam 15 tahun.

Beberapa analis AS khawatir bahwa pengeluaran militer yang tinggi akan menempatkan beban yang tak tertahankan pada keuangan AS. Jika AS dan Iran menuju konflik militer langsung, itu akan mendorong AS ke dalam rawa perang yang lain lagi.

Pengeluaran militer AS telah mulai meningkat, tetapi dalam kenyataannya, dari sudut pandang militer AS, pembelanjaan ini tidak akan cukup untuk berperang. Salah satu alasan utama untuk peningkatan belanja militer ini adalah untuk meningkatkan gaji mereka yang saat ini sedang bertugas, tetapi juga untuk mensubsidi mereka yang pensiun. AS telah melakukan banyak peperangan baru-baru ini. 

Perang menciptakan banyak uang pensiun untuk veteran perang, jadi banyak pengamat yang secara intuitif merasa sikap Trump adalah sikap yang jahat, tetapi di dalam hatinya, dia benar-benar ingin berkompromi dengan Iran.

Tapi ada sebagian yang lain percaya bahwa pemerintahan Trump saat ini sedang menggunakan wortel dan cemeti pada Iran karena kebutuhan politik domestik AS. Tenggat waktu terakhir bagi AS untuk memulihkan sanksi terhadap Iran adalah 5 November 2018, dan pemilihan paruh waktu AS berlangsung pada 6 November ini, jadi sekarang, Trump perlu menekan beberapa risiko yang mungkin membalikkan pemilih sebelum pemilu tengah semester, dan konflik yang meningkat dengan Iran adalah salah satu risiko.

Dan sentimen publik AS setelah dua kali perang melawan teror telah berubah menjadi anti-perang, yang merupakan sesuatu yang harus diperhatikan Trump.

Trump selalu memainkan bola keras dan bola lunak ketika dia bernegosiasi, yang mencerminkan kesenjangan internasional AS dalam kebijakannya. Partai Republik AS sangat dipengaruhi oleh kelompok-kelompok kepentingan Yahudi, dan kelompok ini berharap itu bisa segera terjadi perang, tetapi ada juga banyak orang yang menentang aksi militer terhadap Iran. Partai Demokrat memiliki banyak orang yang menentang itu.

Tetapi dalam hal pernyataan Trump bahwa tidak akan ada prasyarat untuk pertemuan dengan Rouhani, beberapa pejabat AS bergegas untuk "memadamkan api" dengan masing-masing mengusulkan kondisi.

Menlu AS, Mike Pompeo mememperingatkan: Jika Iran menunjukkan komitmen untuk membuat perubahan mendasar dalam cara mereka memperlakukan rakyatnya sendiri, mengurangi perilaku jahat mereka, dapat menyetujui bahwa ada baiknya untuk memasukkan perjanjian nuklir yang sebenarnya mencegah proliferasi, maka Presiden mengatakan dia siap untuk duduk dan melakukan dialog dengan mereka.

Pada 30 Juli, Menlu Mike Pompeo menetapkan prakondisi untuk pertemuan antara pemimpin AS dan Iran selama wawancara dengan CNBC.

Beberapa hari kemudian, pada 4 Agustus, Trump membuat tweet lain di media sosial dengan komentar yang sangat berbeda dari apa yang dia katakan sebelumnya: "Iran, dan ekonomi-nya, menjadi sangat buruk, dan cepat! Saya akan bertemu, atau tidak bertemu, itu tidak masalah --- terserah mereka! "

Sumber: twitter.com/realDonaldTrump
Sumber: twitter.com/realDonaldTrump
Saat ini secara umum, kebijakan Presiden Trump terhadap Iran telah kembali ke sikap garis keras seperti masa lalu. Jadi, Trump kini telah membuat pernyataan yang mengatakan bahwa mereka dapat bernegosiasi. Ini adalah sikap taktis, bukan strategi. Jadi, pengamat pikir strateginya masih keras, masih fokus pada tekanan, tetapi secara taktis, Trump tampak lebih fleksibel, dalam batas-batas tertentu.

Menlu Iran, Javad Zarif mengatakan bahwa AS terlalu terobsesi dengan sanksi, dan Iran ingin menyingkirkan AS dari "kecanduan" ini.

Karena AS dengan kejam telah mendorong Iran ke suatu sudut, sampai batas tertentu, mereka sebenarnya telah mendorong dirinya sendiri ke dinding. Karena tidak memiliki ruang strategis untuk bergerak, risiko konflik AS-Iran meningkat. Demikian sebagian analis berpendapat.

Jadi, berhadapan dengan AS yang memainkan bola keras dan bola lunak, taktik mana yang akan dimainkan paling baik dengan Iran? Ini yang menjadi pertanyaan dunia luar. Ada yang memperkirakan sebagai berikut:

Pertanyaan pertama tentang AS dan Iran: Akankah Iran menerima negosiasi? 

Menurut laporan 5 Agustus dari Sputnik News Rusia, Juru Bicara Departemen Luar Negeri Iran Bahram Qassemi mengatakan bahwa setelah situasi Suriah relatif stabil dan mendapat kemenangan melawan terorisme, Teheran akan mengurangi jumlah atau penarikan semua penasehat militernya dari Suriah.

Ini adalah sikap kunci dan menunjukkan bahwa Iran bersedia untuk mengurangi tekanan strategis yang dihadapi oleh sekutu AS,  Israel dan Arab Saudi dengan imbalan sanksi AS haurs diperingan.

Namun pada 6 Agustus malam, Presiden Iran Rouhani menekankan dalam pidatonya yang disiarkan televisi bahwa Iran selalu mendukung penyelesaian masalah melalui saluran diplomatik dan dialog, tetapi dialog itu membutuhkan ketulusan.

Rouhani mengatakan: Saya tidak menetapkan prakondisi apa pun untuk negosiasi. Jika pemerintah AS siap hari ini, maka kami akan bersedia untuk bernegosiasi bagaimana hal itu akan memberi kompensasi kepada Iran. 

Mereka akan memberi kita kompensasi karena sejak 1953 hingga hari ini, AS telah mengganggu kehidupan rakyat Iran. Secara umum, kami siap bernegosiasi untuk melihat bagaimana mereka akan membayar kompensasi kepada kami.

Analisis oleh "Lianhe Zaobao" percaya bahwa baik Trump dan Rouhani akan menyampaikan pidato ke Majelis Umum PBB di New York bulan depan, dan ini akan memberikan peluang untuk pertemuan di antara mereka, tetapi ini tampaknya tidak mungkin.

Situasi seperti ini yang ada di domestik Iran saat ini, karena AS menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran, dan ketika AS mengepung Iran, Iran tidak punya pilihan. Jadi para analis percaya Iran tidak punya pilihan. Rouhani membuat pernyataan publik yang mengatakan bahwa Iran hanya memiliki tiga jalur.

Jalur pertama adalah menyerah, dan dia mengatakan bahwa Iran tidak akan menyerah. Jalur kedua adalah tetap melawan AS meski ada perbedaan internal dan perjuangan internal. Jalur ketiga adalah melawan dengan unifikasi.

Itulah satu-satunya jalan yang dimilikinya. Pemimpin Spiritual Tertinggi Iran Ali Khamenei mengatakan bahwa hanya ada satu jalan di depan bagi Iran --- jalur unifikasi untuk melawan AS.

Dihadapkan dengan ancaman AS dengan bola keras dan bola lunak, wortel, dan cemeti, Iran telah secara aktif merespon. Di sektor ekonomi dan keuangan, pemerintah Iran telah menggulirkan UU bantuan keuangan darurat untuk menghentikan krisis depresiasi.

Menurut laporan resmi media Iran, mulai 7 Agustus lalu, Bank Sentral Iran mengimplementasikan serangkaian tindakan untuk melonggarkan kontrol valuta asing guna mengurangi tekanan depresiasi mata uangnya sendiri.

Banyak analis berpandangan, jika AS ingin menjatuhkan Iran, mereka yakin itu pasti akan membentur dinding, karena mereka percaya bahwa Iran memiliki dua sifat yang tidak dimiliki negara lain.

Pertama, Iran adalah negara dengan sejarah panjang dan tradisi yang memiliki sikap sebagai kekuatan dan kekaisaran besar. Apakah tidak terpikirkan itu akan menyebabkan kehilangan martabatnya?

Kedua, pada realitasnya saat ini, tampaknya menjadi kebalikannya. Dengan tekanan besar yang telah dilakukkan AS, unifikasi Iran terasa menguat.

Maka analis tidak percaya bahwa dalam situasi semacam ini, kecenderungan Iran akan membuat pemerintahnya jatuh, jadi mereka pikir Iran tidak akan menanggapi baik bola keras atau bola lunak AS.

Dalam tweeternya Ali Khamenei ada mengatakan: Baru-baru ini, para pejabat AS telah berbicara terang-terangan tentang kami. Selain sanksi, mereka berbicara tentang perang dan negosiasi. Dalam hal ini, izinkan saya mengucapkan kata-kata kepada semua orang. TIDAK AKAN BERPERANG, ATAU AKAN KAMI BERNEGOSIASI DENGAN AS.

Sumber: /twitter.com/khamenei_ir
Sumber: /twitter.com/khamenei_ir
Pertanyaan kedua tentang AS dan Iran: Apakah Iran akan menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran? 

Pada 2 Juli lalu, Presiden Iran Rouhani berangkat dari Teheran ke Eropa untuk mengunjungi Swiss dan Austria.

Media luar umumnya percaya bahwa salah satu tujuan utama kunjungan Rouhani ke Eropa adalah untuk meyakinkan negara-negara Eropa yang masih goyah di antara sikap mereka untuk secara tegas memihak Iran atau mempertahankan kesepakatan nuklir Iran.

Kesepakatan nuklir Iran justru yang menjadi fokus AS. Di permukaan, sepertinya AS menarik diri dari kesepakatan itu, tetapi dalam kenyataannya, itu memberi tekanan pada Iran. Apa tujuan terendah AS? Tujuan terendah AS adalah untuk mempengaruhi Iran dari Suriah dan Irak. 

Tapi apa garis batas terbawah atau inti dari Iran? Intinya atau garis batas terbawah Iran adalah bertahan hidup. Jika mereka tidak menyentuh minyak, dan tidak menyentuh kesepakatan nuklir Iran, jika kesepakatan nuklir Iran masih dapat diterapkan sampai batas tertentu, itu adalah garis batas terbawah Iran.

Pada 6 Agustus, para Menlu Jerman , Prancis, dan Inggris serta Perwakilan Tinggi Uni Eropa untuk Urusan Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan, Federica Mogherini membuat pernyataan bersama menentang AS yang memulai menjatuhkan kembali sanksi terhadap Iran.

Federica Mogherini mengatakan:  Kami akan melakukan yang terbaik untuk menjaga agar Iran tetap dalam kesepakatan, untuk menjaga agar Iran mendapatkan manfaat ekonomi dari perjanjian yang diberikan kepada rakyat Iran.

Pada 7 Agustus, ketika AS memulai memberlakukan kembali sanksi, UE mulai memberlaku "Blocking Statue".  Untuk memungkinkan blocking statue perusahaan UE untuk menolak mematuhi sanksi AS, dan menolak untuk mengakui keputusan terkait pengadilan AS dan menentang "hak hukum ekstra-regional" AS.

(Blocking statue = UU yang diberlakukan di satu wilayah hukum untuk menghalangi penerapan hukum lokal (ekstra yurisdiksi) dari UU yang diberlakukan di yurisdiksi lain.)

Namun, dengan tekanan dari AS, sejumlah besar perusahaan Eropa di Iran telah ditarik keluar dari negara itu. Raksasa energi Total S.A ditarik keluar dari proyek gas alam, sementara kelompok PSA juga menghentikan kegiatan di Iran dan Maersk mengatakan bahwa tidak akan menerima pesanan baru dari Iran.

Sebagian analis memperkirakan nasib kesepakatan nuklir Iran akan segera terungkap. Iran tidak akan membiarkannya ditunda tanpa batas waktu. Sekarang, karena 5 November semakin mendekat, negara-negara Eropa ini semuanya mendapat tekanan dari AS, dan Iran tidak menerima manfaat yang seharusnya dari melaksanakan kesepakatan nuklir Iran, terutama dalam hal ekspor minyaknya, jika itu secara besar-besaran terganggu, maka Iran pasti akan menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran.

Pertanyaan Tiga tentang AS dan Iran: akankah perang pecah antara AS dan Iran? 

"AS telah membuat persiapan untuk membom fasilitas Iran, dan dapat melakukan operasi semacam itu paling cepat pada bulan Agustus." Media Australia baru-baru ini mengutip seorang pejabat Australia anonim yang mengatakan ini. Tapi pejabat AS membantah ini, masih menyebabkan banyak dugaan untuk Iran.

Kanani Moghadam, mantan Komandan Pengawal Revolusi Iran, mengatakan: "AS ingin melancarkan perang. Saya percaya bahwa Presiden Trump sudah merencanakan ini, tetapi dia adalah pengusaha yang brilian, dan tidak mungkin tidak melakukan analisis biaya dan untung-rugi. 

Dia merasa seperti perang dengan Iran lebih mahal daripada menguntungkan sekarang, dan karena itu, dia hanya meletakkan jarinya di pelatuk. Tapi dia belum menarik pelatuknya."

Media mengungkapkan bahwa dalam beberapa bulan terakhir, AS telah berkonsultasi dengan sekutu Timur Tengah tentang menciptakan "NATO Arab" yang dimodelkan seperti NATO untuk membatasi pengaruh Iran di Timur Tengah.

Sumber: Ilustrasi dari CCTV News
Sumber: Ilustrasi dari CCTV News
Dan dengan ancaman AS untuk menghentikan ekspor minyak Iran, opini publik di Iran percaya bahwa tindakan AS telah melintasi garis batas merah kebijakan Iran.

Beberapa analis percaya bahwa secara praktis, AS sangat sadar akan konsekuensi bencana yang akan datang dari perang langsung dengan Iran. Jika memilih perang untuk sepenuhnya menggulingkan pemerintah Iran, Iran pasti akan memilih untuk mengancam untuk menutup Selat Hormuz dan pangkalan militer AS di Timur Tengah, serta memperburuk konflik di Suriah dan Yaman sebagai pembalasan.

Pasukan yang didukung oleh Iran di Timur Tengah juga akan terus menciptakan masalah. Sebelum ini, Presiden Iran Rouhani memperingatkan AS bahwa perang dengan Iran akan menjadi "ibu dari semua perang," dengan semua konotasi mendalam yang tersiratkan.

Menutup Selat Hormuz sepenuhnya berada dalam kemampuan Iran. Jika militer AS menyerang Iran, Iran dapat menempatkan berbagai pangkalan militer AS di Timur Tengah, terutama pangkalan militernya di UAE, dan pangkalan Al Udeid di Qatar, yang dikatakan sebagai pangkalan terbesar AS di kawasan itu, serta Bahrain, di mana Armada Kelima AS memiliki Komando Pusatnya untuk armada Kelima --- semua ini akan ada dalam incaran Iran.

Saat ini, opini publik di Iran percaya bahwa meskipun perang kata-kata telah meningkat baru-baru ini, Iran tidak menginginkan konflik militer dengan AS. Jika AS benar-benar mengakhiri periode "wind-down" (masa jedah) tiga bulan kemudian, hubungan AS-Iran akan memasuki tahap baru yang lebih berbahaya.

Kemungkinan kedua adalah bahwa Iran terus menjadi keras dan AS berkompromi. Maka itu akan selesai.

Kemungkinan ketiga adalah bahwa AS terus menekan dan Iran menolak untuk berkompromi, maka hubungan mereka akan memburuk. Pada akhirnya, akan ada konflik militer. Pada titik ini ketika kita membicarakannya, prospek masalah Iran adalah nuklir.

Mudah-mudahan kedua belah pihak masih berkepala dingin dan masih bisa berpikir rasional....

Sumber: Media TV dan Tulisan Dalam dan Luar Negeri

https://www.israelnationalnews.com/News/News.aspx/233130

https://twitter.com/realdonaldtrump/status/1026762818773757955

https://nypost.com/2018/08/07/trump-iran-sanctions-are-most-biting-ever-imposed/

https://en.isna.ir/news/97050200843/Iran-s-Zarif-to-White-House-officials-BE-CAUTIOUS

https://internasional.kompas.com/read/2018/08/07/08015381/trump-berlakukan-kembali-sanksi-untuk-iran-ini-dampaknya

https://internasional.kompas.com/read/2018/08/14/06060021/pemimpin-tertinggi-iran--tidak-ada-perang-atau-negosiasi-dengan-as

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun