Ini tampaknya berarti setelah latihan 5 hari, jet tempur F-22 militer AS mungkin tetap tinggal di Semenanjung Korea, dan persiapan untuk opsi militer AS terhadap Korut mungkin sudah dianggap selesai.
Stasiun SBS Korsel melaporkan, "opsi militer AS" terhadap Korut/DPRK terdiri dari lima langkah, dan langkah terakhir adalah penempatan alutsista canggih  di Semenanjung Korea.
"Alat serbu strategis AU-AS" merujuk pada pesawat tempur siluman F-22 dan F-35 yang bisa menyerang fasilitas rudal nuklir Korut dengan tepat.
Selain itu, Kepala Staf Gabungan Korsel menyatakan bahwa armada pengebom B-1B AS yang ditempatkan di Pangkalan Angkatan Udara Andersen akan mengunjungi Semenanjung dan ikut serta dalam latihan pengeboman.
B-1B memiliki julukan "Swan of Death," dan bersama dengan B-52 dan B-2, dianggap sebagai salah satu dari tiga pembom strategis utama di AS, mereka mampu mengeboman secara merata, yang bisa mengakibat kerusakan sangat serius, dan ketiganya memiliki daya angkut sangat besar.
Kantor Berita Yonhap percaya bahwa kemunculan armada B-1B telah memberikan tekanan ekstrim pada Korut.
Juru Bicara dari Komisi Urusan Korut/DPRK membuat sebuah pernyataan pada 2 Desember yang mengecam AS dan Korsel untuk latihan udara bersama berskala terbesar dalam sejarah yang ditujukan kepada Korut, dan mendorong terjadinya situasi tentatif dan intens di Semenanjung Korea ke ambang batas untuk meledak.
TV Pusat Korea Anchor menyiarkan laporan: Jika Semenanjung Korea dan seluruh dunia ditarik ke dalam arus perang nuklir yang disebabkan perang nuklir berbahaya AS yang menggila, tanggung jawabnya harus ditanggung sepenuhnya oleh AS.
Beberapa analis percaya bahwa latihan militer AS-Korsel akan memperburuk permusuhan yang tegang di Semenanjung Korea, dan membawa bahaya bagi perdamaian dan keamanan regional.
Jadi kita bisa melihat integrasi udara dan dirgantara menjadi ancaman masa depan. Selain itu, ada berbagai metode pendeteksian yang digunakan satelit AS yang terkonsentrasi di area ini, dan melakukan pengawasan yang ketat terhadap Korut.
Korsel dan Jepang juga sama. Metode pengintaian udara dan dirgantara, metode komunikasi, dan metode navigasi semuanya terkonvergensi ke arah ruang angkasa. Pertentangan akan terjadi disini, pertentangan dalam lingkup dirgantara akan tak terelakkan, dan menjadi aspek yang sangat penting, jadi hal ini perlu diperhatikan dan diwaspadai. (Indonesia juga mencemaskan hal ini, baca: Chappy Hakim Ungkap Penyebab 'Lubang' di Pertahanan Udara ).