Aerospace/Dirgantara untuk dua negara dalam latihan gabungan ini, terutama mengacu pada ruang lingkup PLA bagi Tiongkok dan Angkatan Udara bagi Rusia. Strategi angkatan udara Tiongkok menggabungkan udara dan ruang angkasa, pada kenyataannya, kekuatan udara dan kedirgantaraan Tiongkok terkait keduanya.
Lalu mengapa isu pertahanan kedirgantaraan menjadi semakin mendesak? Karena militerisasi ruang angkasa telah berkembang dengan pesat beberapa tahun terakhir ini, dan masih ada banyak ancaman baru, dan muncul di sektor baru ini.
Ulah AS Untuk Kedirgantaraa
Misalnya, AS yang menerbangkan X-37B, X-37B Â terus-menerus di angkasa selama lebih dari dua tahun. Tidak ada yang tahu mereka itu sedang melakukan apa. Ini jelas metode militer, karena dikembangkan dari anggaran militer.
Meskipun Tiongkok dan Rusia telah mengusulkan untuk menandatangani sebuah perjanjian untuk melarang militerisasi angkasa luar, AS jelas-jelas menolak untuk menandatanganinya. Karena AS memiliki keuntungan di sektor kedirgantaraan secara taktis dan praktis, dan tidak mau melepaskan keuntungan ini.
Jadi ini adalah teori pasti untuk militerisasi antariksa, Â yang pasti dirgantara akan mengarah ke militerisasi. Jadi semua negara berfokus pada militerisasi udara, Â ruang angkasa rendah dan antariksa jauh, dan militerisasi ini adalah seleksi yang sangat alami.
Sejak awal tahun ini, ketegangan di Semeanjung Korea terus meningkat karena ulah AS, Jepang dan Korsel terus meningkatkan latihan militer gabungan di kawasan ini, serta mengerahan arsenal-arsenal canggih yang terus meningkat.
"Latihan bersama udara terbesar dalam sejarah Korsel dan AS." Beginilah bagaimana media Korsel menggambarkan latihan udara berskala tahunan kode nama "Vigilant Ace" yang diadakan oleh Korsel dan AU-AS di atas udara Semenanjung Korea dari 4 sampai 8 Desember ini.
Laporan mengatakan bahwa latihan udara AS-Korsel ini melibatkan lebih dari 230 pesawat untuk mengambil bagian. Militer AS bahkan memobilisasi bomber supersonik B-1B, jet tempur F-22 Raptor, dan jet tempur F-35 Lightning untuk ikut serta dalam latihan ini. Ini adalah pertama kalinya jet tempur generasi kelima AS berada di Asia Pasifik.
Yang lebih penting lagi adalah stasiun SBS Korsel melaporkan, pada hari pertama latihan udara gabungan Korsel-AS diadakan, militer Korsel merilis sebuah berita yang mengenjutkan: enam jet tempur F-22 dan enam jet tempur F-35A tidak akan segera kembali ke pangkalan AS di Jepang setelah selesai latihan ini.
Kim Sung-duk, humas AU-Korsel mengatakan: Sampai saat ini, belum diputuskan kapan F-22 dan jet tempur lainnya akan kembali ke basis asalnya setelah latihan.