Melihat kehadiran militer Rusia yang semakin meningkat di Suriah, AS mempercepat penempatan pasukannya secara langsung. Pada15 Juni lalu, Kementerian Pertahanan Rusia menuduh militer AS mengerahkan sistem roket artileri yang sangat mobile (HIMARS) di Suriah selatan, yang bisa mencakup wilayah yang luas. Jangkauan tembak HIMARS bisa mencapai 70 km, dan memiliki sistem penentuan posisi global; rudal taktisnya bisa mencapai 300 km.
Pada 30 Juni, menurut Izvestia yang berbasis di Rusia, militer AS mengambil sebuah pangkalan udara di Suriah. Dikatakan bahwa helikopter militer AS sudah dikerahkan di sana. Diharapkan bahwa helikopter UAV AS, helikopter Black Hawk, dan bahkan helikopter penyerang Apache akan segera ditempatkan di basis ini di waktu yang akan datang.
Militer AS mengerahkan armada seperti pesawat tempur F-15 yang berat, pesawat tempur F-22, dan Global Hawk UAV di negara-negara sekitarnya, membentuk jaringan basis militer dengan basis ini.
AS juga melihat urgensi ini, dan sangat mempercepat melakukan pengerahan militer di wilayah ini, termasuk pengerahkan pasukan darat. Akhir-akhir ini kita bisa melihat bahwa kekuatan ringan mereka, yang merupakan kendaraan lapis baja berroda yang dibuat AS setelah Perang Dingin. Mereka membawa alutisista ini ke Suriah, dan menempatkan di Suriah timur, termasuk dalam provinsi Deir ez-Zor.
Analis militer Rusia Andrey Kukushkin mengatakan, tindakan ini sama persis dengan kejadian yang terjadi di PD II. Militer AS tidak pernah membuka front kedua mereka sampai Nazi bubar. Inilah sebabnya Washington telah mengirim lebih banyak tentara untuk merobohkan Suriah dan menempatkan sebagian besar wilayah di bawah kendalinya.
AS memiliki kekuatan hampir 4.000 tentara di Suriah, serta enam bandara. Pengamat tidak percaya bahwa Rusia memiliki kemampuan untuk menyingkirkan militer AS dari Suriah. Bandaranya terletak di Kobani, Distrik Afrin, Distrik Rojava, dan daerah yang dikuasai Kurdi. Juga, militan Kurdi sebenarnya telah mencapai kesepakatan gencatan senjata dengan militer al-Assad sebelum ini. Sekarang, ada gesekan karena mereka sedang bertempur di wilayah timur.
Perang melawan kelompok ekstrimis merupakan musuh umum bersama masyarakat internasional. Namun, karena "ISIS" kini telah mengalami serangkaian kekalahan dan tampaknya akan mencapai akhir, perubahan pertempuran terbuka antara AS dan Rusia di Suriah telah menjadi topik yang paling terfokus dibicarakan oleh masyarakat internasional.
Jadi, apakah militer AS dan Rusia bisa berbahaya terjadi insiden konflik dengan tidak sengaja? Dengan militer Suriah yang berperang melawan kelompok ekstrimis memasuki babab terakhir, kiranya akan ke arah mana konflik antara AS dan Rusia akan berkembang? Ini yang menjadi pertanyaan dari banyak pengamat.
Setelah kematian Let-Jend Valery Asapov, salah satu komandan Rusia berpangkat tertinggi di Suriah, armada pembom strategis Angkatan Pertahanan Rusia Aerospace Defense Forces Tu-95MS terbang selama lebih dari 7.000 km dengan melalui pengisian bahan bakar udara untuk melakukan operasi pemboman skala besar terhadap ekstremis dengan target kelompok di Provinsi Idlib dan Deir ez-Zor di Suriah.
Igor Konashenko Juru Bicara Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan dengan menunjukkan foto udara: Ini Pasukan Komando Teroris, peralatan tempur, dan depot amunisi hancur dalam serangan mendadak. Data menunjukkan bahwa semua target terpukul.
Pengamat melihat ada yang sangat aneh adalah bahwa arah utama pemboman ini diarahkan pada kelompok ekstremis di sebelah timur sungai, berada di dalam Provinsi Idlib. Rusia mengatakan itu adalah kelompok ekstremis, namun berdasarkan sebuah pernyataan dari komandan koalisi AS, mereka mengebom SDF, pasukan oposisi. Â Jadi pengamat pikir AS kemungkinan mengungkapkan informasi itu, Â agar mempunyai alasan untuk melakukan pembalasan. Mereka menyatakan Rusia menyerang semua kekuatan yang didukung AS, dan menyerang pasukan oposisi Suriah.