Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Persahabatan Lintas Batas Negara dan Benua, Hans Muller dan Kyoko Nakamura

5 Oktober 2017   09:54 Diperbarui: 5 Oktober 2017   10:02 915
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber:http://www.mrzs.set + http://club.xywy.com

Pasien yang disembuhkan itu berserakan/dititipkan ke rumah warga sipil untuk pemulihan,  sementara jenazah para martir dikuburkan secara kolektif di dua blok tanah di desa tersebut yang bernama "Waluxia" dan "Mazhaunggou".  Penduduk desa disana masih bisa mengingat dimana makam kolektif para matir pejuang di bukurkan.

Sumber: Grabed from CCTV china
Sumber: Grabed from CCTV china
Bagi Dr. Muller, sebagai dokter lapangan yang bekerja di garis depan, kondisinya memang sangat sulit. Lingkungan kerja tim mobile tidak begitu bagus, 1942-1943 adalah yang paling serius saat mengepungan Jepang, kondisi fisik Dr.Muller tidak begitu bagus, pernah disentri tapi tetap bertugas seperti biasa melakukan operasi, dan terkadang bekerja hingga akan pingsan.

"Biarkan saya bisa menyelematan satu orang lagi" menjadi pedoman Dr. Muller dan lebih membuatnya lebih bersikeras. Meskipun kekurangan dokter dan obat-obatan serta kondisi primitif, dia tidak pernah meletakkan pisau bedah di tangannya. Di bawah keadaan yang rumit, lebih banyak tentara kontra-Jepang bisa kembali lagi ke garis depan.

Zhang Zhongru, seorang jenderal tua kini berusia 98, telah berperang melawan penjajah Jepang di medan perang lebih dari 100 kali. Selama pertempuran pada bulan Maret 1943, sebuah peluru menembus dada Zhang Zhongru dan dia berada di ambang kematian. Di sebuah pondok yang jauh di dalam hutan, dalam terang beberapa obor dan lilin, sebuah operasi dimulai. Itu adalah Hans Muller yang melakukan operasi Zhang Zhongru.

Sumber: Grabed from CCTV China
Sumber: Grabed from CCTV China
Zhang Zhongru kemudian pada hari tuanya menceritakan sambil mengujungi isrti Muller di Beijing: Mereka datang dengan mengejutkan pada tengah malam. Setelah memeriksa luka saya dan mengetahui kondisi saya, dia (Hans Muller) memutuskan untuk segera mulai melakukan operasi. Dengan beberapa obor, ada yang sangat terang dan ada juga yang tidak, begitu juga beberapa lilin, empat atau lima orang di antaranya mengelilingi saya dan berulang kali menyuruhku untuk tidak bergerak. Setelah delapan operasi dan pemulihan, Zhang Zhongru kembali lagi ke medan perang.

Sumber: http://wemedia.ifeng.com
Sumber: http://wemedia.ifeng.com
Kondisi sulit dan kerja berat membuat Muller yang sangat kuat akhirnya tak mampu menahan sakit perut dan disentri yang parah yang menyiksanya,  Hans Muller yang baru berusia 28 tahun. Suatu pagi, ketika penjaga hendak mengirim sarapan ke Dr. Muller. Ketika baru saja tiba di gerbang, dia mendengar suara "clunk" Penjaga buru-buru membuka pintu dan mendapati bahwa Dr. Muller sedang berjuang kesakitan dilantai.

Kepemimpinan yang mengkhawatirkan akan gizi tidak cukup, memberinya bubur dan telur. Tapi dia menampik dan megatakan bahwa dia baik-baik saja, berikanlah makanan itu kepada pasien yang lebih membutuhkan  agar bisa cepat sehat, dan dia terus bekerja.

Setelah kena demam tifoid, fisik Dr. Muller terus menurun, kesadaran kadang menurun dan kabur. Tapi begitu sadar kembali terus merawat luka para pasien tentara, akhirnya dia benar-benar tidak bisa bekerja dan koma. Para pemimpin rumah sakit dengan cepat menulis surat ke Yan'an pusat, surat bahwa Dr. Muller kesehatannya tidak baik, telah tidak sadar selama empat minggu.

Pada bulan Januari 1943, Hans Muller menerima pemberitahuan dari Komite Sentral CPC dan dia diminta untuk kembali ke Yan'an untuk istirahat penyembuhan. Dari Pegunungan Taihang ke Yan'an, mereka harus melewati garis blokade penyerbu Jepang. Muller mengikuti sebuah unit tentara kecil untuk menuju Yan'an.

Saat melintasi garis blokade tentara Jepang, tentara Tentara Rute Kedelapan berpakaian seperti warga sipil. Mereka memakai handuk bergaya provinsi Shaanxi, mengenakan celana polos dan mengikatkan kain hitam di pinggang sehingga mereka bisa melewati garis blokade. Mereka juga membantu Dr. Muller berdandan sebagai warga sipil. Namun, meski mengenakan pakaian biasa, hidungnya yang besar dan mancung dengan mudah bisa dikenali bahwa dia orang asing dan cukup sulit baginya untuk menyamarkannya. Oleh karena itu mereka harus menunggu kesempatan terbaik.

Tiga bulan kemudian, baru ada kesempatan bagi mereka untuk melewati garis blokade. Setelah sampai di Yan'an dengan selamat, Muller selalu terdiam sepanjang hari, namun ternyata saat mereka melewati garis blokade, satu set instrumen bedahnya yang dibawa oleh seorang prajurit hilang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun