Pasien yang disembuhkan itu berserakan/dititipkan ke rumah warga sipil untuk pemulihan, Â sementara jenazah para martir dikuburkan secara kolektif di dua blok tanah di desa tersebut yang bernama "Waluxia" dan "Mazhaunggou". Â Penduduk desa disana masih bisa mengingat dimana makam kolektif para matir pejuang di bukurkan.
"Biarkan saya bisa menyelematan satu orang lagi" menjadi pedoman Dr. Muller dan lebih membuatnya lebih bersikeras. Meskipun kekurangan dokter dan obat-obatan serta kondisi primitif, dia tidak pernah meletakkan pisau bedah di tangannya. Di bawah keadaan yang rumit, lebih banyak tentara kontra-Jepang bisa kembali lagi ke garis depan.
Zhang Zhongru, seorang jenderal tua kini berusia 98, telah berperang melawan penjajah Jepang di medan perang lebih dari 100 kali. Selama pertempuran pada bulan Maret 1943, sebuah peluru menembus dada Zhang Zhongru dan dia berada di ambang kematian. Di sebuah pondok yang jauh di dalam hutan, dalam terang beberapa obor dan lilin, sebuah operasi dimulai. Itu adalah Hans Muller yang melakukan operasi Zhang Zhongru.
Kepemimpinan yang mengkhawatirkan akan gizi tidak cukup, memberinya bubur dan telur. Tapi dia menampik dan megatakan bahwa dia baik-baik saja, berikanlah makanan itu kepada pasien yang lebih membutuhkan  agar bisa cepat sehat, dan dia terus bekerja.
Setelah kena demam tifoid, fisik Dr. Muller terus menurun, kesadaran kadang menurun dan kabur. Tapi begitu sadar kembali terus merawat luka para pasien tentara, akhirnya dia benar-benar tidak bisa bekerja dan koma. Para pemimpin rumah sakit dengan cepat menulis surat ke Yan'an pusat, surat bahwa Dr. Muller kesehatannya tidak baik, telah tidak sadar selama empat minggu.
Pada bulan Januari 1943, Hans Muller menerima pemberitahuan dari Komite Sentral CPC dan dia diminta untuk kembali ke Yan'an untuk istirahat penyembuhan. Dari Pegunungan Taihang ke Yan'an, mereka harus melewati garis blokade penyerbu Jepang. Muller mengikuti sebuah unit tentara kecil untuk menuju Yan'an.
Saat melintasi garis blokade tentara Jepang, tentara Tentara Rute Kedelapan berpakaian seperti warga sipil. Mereka memakai handuk bergaya provinsi Shaanxi, mengenakan celana polos dan mengikatkan kain hitam di pinggang sehingga mereka bisa melewati garis blokade. Mereka juga membantu Dr. Muller berdandan sebagai warga sipil. Namun, meski mengenakan pakaian biasa, hidungnya yang besar dan mancung dengan mudah bisa dikenali bahwa dia orang asing dan cukup sulit baginya untuk menyamarkannya. Oleh karena itu mereka harus menunggu kesempatan terbaik.
Tiga bulan kemudian, baru ada kesempatan bagi mereka untuk melewati garis blokade. Setelah sampai di Yan'an dengan selamat, Muller selalu terdiam sepanjang hari, namun ternyata saat mereka melewati garis blokade, satu set instrumen bedahnya yang dibawa oleh seorang prajurit hilang.