Banyak analis yang memperkirakan, sangat masuk akal jika pemerintah Syria adalah pihak yang paling tidak berharap adanya krisis senjata kimia, dan Rusia tahu hal ini dengan sangat jelas. Jadi kita bisa memperkirakan kekuatan atau pihak mana yang melakukan hal buruk itu, karena jika itu terjadi sangat tidak menguntungkan pemerintahan Syria (Assad).
Kenyataannya telah membuktikan bahwa penanganan insiden senjata kimia di Syria pada tahun 2013 tidak dikelola benar-benar tentang situasi buruk ini. Dengan melihat keadaannya sekarang, senjata kimia sekali lagi menjadi penyebab gejolak di Syria, dan dijadikan alasan AS untuk melakukan serangan militer terhadap Syria. Jadi masalah ini masih menjadi suatu yang mengganggu pemerintah Syria.
Situasi di Syria yang telah berkembang menjadi pertempuran, telah digambarkan sebagai “kekacauan yang paling kacau” untuk beberapa waktu. Insiden senjata kimia yang sulit diverifikasi atau disangkal juga telah digunakan oleh negara-negara Barat dan faksi-faksi oposisi di Syria sebagai senjata politik melawan pemerintah Syria dalam pertarungan opini publik.
Namun bagaimanapun, serangan mendadak AS untuk mengatasi kekacauan itu sedikit tidak terduga. Jadi, mengapa Trump yang mejabat kurang dari 100 hari, tiba-tiba memutuskan untuk melihat “garis merah” untuk intervensi militer langsung, apa maksud AS mengguncang dengan mengayunkan pedangnya?
Pada 5 April, sehari setelah insiden senjata kimia yang mencurigakan di Syria, Presiden Trump mengatakan kepada media setelah bertemu dengan Raja Abdullah II dari Yordania di Gedung Putih yang menurutnya, ini bukan sebuah masalah dengan melewati “garis merah,” karena “peringatan” yang dikeluarkan Obama saat itu hanyalah sebuah “cek kosong.”
Trump menyatakan: “Saya pikir pemerintahan Obama memiliki kesempatan besar untuk mengatasi krisis ini, sejak lama ketika dia menetapkan “garis merah” di pasir. Dan ketika dia melewati batas itu melewati batas itu setelah membuat satu ancaman, saya pikir itu membuat kita kembali menjauh tidak hanya pada Syria, tapi juga di banyak tempat belahan dunia yang lain, karena itu dianggap “ancaman kosong” belaka.
Di Syria enam tahun sejak perang saudara pecah, kelompok-kelompok ekstrimis telah menggunakan kekacauan internal di Syria untuk menguasai wilayah yang luas. Kemudian tempat ini menjadi arena pertikaian antar berbagai negara.
Pada tahun 2016 dengan bantuan kuat Rusia dan Iran, militer Syria berhasil memulihkan Aleppo, dari sini Syria mendapatkan inisiatif dalam pertempuran darat dengan satu tindakan. Kemudian terus dilancarkan serangan terhadap kekuatan oposisi yang masih tersisa di Syria timur dan utara.
Pada 24 Januari tahun ini, dengan dorongan Rusia, Turki dan Iran, pemerintah Syaria dan oposisi mengadakan pembicaraan di Astana, ibukota Kazakhtan. Setelah perundingan, Rusia, Turki dan Iran mengumumkan bahwa pembicaraan Astana akan menjadi platform untuk pembentukan mekanisme bersama untuk memantau gencatan senjata dan memastikan hal itu benr-benar dilaksanakan. Saat ini mereka telah melakukan tiga kali pertemuan.
Pada akhir Maret tahun ini, kunjungan Presiden Iran Hassan Rouhani ke Rusia semakin membuktikan kerjasama yang semakin mendalam antara negara mereka. Menlu Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan: Pangkalan Iran masih bisa digunakan oleh militer Rusia sampai ‘ISIS’ benar-benar dikalahkan.”
Perbedaan Obama dan Trump