Saat ini, Pasukan Khusus AS ada 107 tentara yang ditempatkan di Filipina Selatan yang ditugaskan mengumpulkan informasi dan koordinasi untuk serangan pesawat tak berawak terhadap militan anti-pemerintah (Filipina).
Duterte menyerukan : Pasukan Khusus AS harus pergi, mereka harus meninggalkan Mindanao.
Duterte menuntut penarikan pasukan khusus ini adalah untuk menghindari mereka menjadi target dari para militant Abu Syyaf dan menyebabkan eskalasi konflik nasionalis.
Ini tampaknya sebuah penyesuaian kebijakan militer, namun sebenarnya bukan demikian, karena jika Pasukan Khusus Amerika tetap mempertahankan kehadirannya dalam jangka panjang di Filipina, dikhawatirkan akan menimbulkan ancaman bagi kelangsungan hidup pemerintahan Duterte.
Karena peronil militer AS ini bisa saja suatu ketika berkomunikasi/berkomplot dengan militer Filipina untuk melakukan rencana atau bertindak sebagai pemimpin dalam perencanaan kudeta militer, hal ini kemungkinannya cukup tinggi. Jadi Duterte membuat pertimbangan pertama tentang kelangsungan hidup politiknya.
Hal ini patut dimengerti dengan pasukan AS yang memililki pengaruh mendalam pada Filipina bahkan seperti negara bagian ke-51 AS, sistem hukum untuk struktur politiknya dan banyak bentuknya menggunakan model AS. Selain itu kantor pusat dan markas AS dan Jepang untuk Asian Deveopment Bank (Bank Pembangunan Asia) didirikan di Manila, ibukota Filipina, tetapi kenyataannya isu pembangunan ekonomi Filipina tidak coba dibantu dan diselesaikan mereka.
Seperti kita ketahui pada medio tahun 1950 dan 1960an ekonomi Filipina dalam kedaan baik, industrialisasi dalam tingkat yang besar, tapi itu selanjutnya tidak bisa tumbuh dan berkembang dengan baik, hal ini terkait dengan digunakannya model Amerika, namun tidak bisa beroperasi dan berkembang seperti yang terjadi di AS. Secara politis, dengan mengikuti cara model Amerika justru timbul korupsi, saling melakukan pelarangan dan pembatasan serta efisiensi yang kecil. Bahkan tidak efektif dalam memecahkan masalah militant yang sering melakukan penyanderaan. Jadi faktor ini yang menyebabkan Filipina tidak mencapai pertumbuhan yang sesungguhnya.
Dari sini bisa terlihat pengaruh AS yang besar di Filipina seharusnya bisa memungkinkan untuk membantu Filipina menjadi modern, namun pada kenyataannya justru mnghambat Filipina menuju modernisasi.
Saat ini nilai tukar mata uang Filipina - Peso berada dalam keadaan sangat rendah. Banyak dana asing dari pasar modal Filipina lari keluar, tingkat pengangguran dan kiriminalitas yang tinggi, terorisme domestik, semua masalah serius ini harus dihadapi negara ini.
Selama bertahun-tahun pada rezim Aquino III( 6 tahun) hubungan dengan AS dan Jepang, dua negara ini tidak pernah menawarkan bantuan apapun untuk pengembangan ekonomi Filipina, Dan ‘alutsista” yang diberikan kepada Filipina oleh AS dan Jepang hanya berupa kapal yang selayaknya sudah pensiun, dan ini tampaknya alutsista ini diberikan hanya untuk mendorong Filipina menentang Tiongkok.
Mereka (AS & Jepang) sama sekali tidak memberikan bantuan untuk pembangunan ekonomi Filipina, tapi kenyataannya justru membuat mundur Filipina.