Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Latar Belakang Tribunal Arbitrase Laut Tiongkok Selatan Filipina dan ASEAN Tidak Memihak

31 Juli 2016   18:09 Diperbarui: 1 Agustus 2016   14:21 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada pagi hari 5 Juli 2016, waktu setempat AS, seminggu sebelum keputusan tribunal sementara diumumkan. Think tank Tiongkok dan AS mengadakan dialogue di Washington D.C. Selama dalam dailogue, mantan anggota dewan negara Tiongkok, Dai Bingguo, dengan jelas menggambarkan sikap Tiongkok pada isu-isu LTS. Mereka berharap AS bisa obyektif dan bersikap adil terhadap masalah ini, dan tidak mengeritik Tiongkok, yang berada diperlindungan “UNCLOS,” dari sosisi “UNCLOS.”

Bingguo mengatakan: saya dengar bahwa putusan akan segera keluar. Biarlah itu keluar. Karena tidak ada yang istimewa. Ini hanya sehelai kertas yang tidak berharga.

Douglas Peal, dari US Carnagie Endowment for International Peace mengatakan, Penasehat  negara Tiongkok, Dai yang menyampaikan dalam sambutannya, menyatakan penting mendinginkan perairan LTS. Tapi ada sedikit orang yang tahu bahwa di balik dialog itu adalah permainan intrik antara dunia akademik Tiongkok dan AS menggenai pengaturan agenda. Selama persiapan, penerbitan, Chongyang Institute for Financial Studies, Renmin University of China, pernah bertemu sekali dengan petinggi top think tank AS tentang topik LTS, dan think tank AS merasa mempunyai kekuatan dan konsep yang berada diatas mereka ketika menentukan pengaturan agenda.

douglas-peal-579ddaa6c3afbddb18c9ecbf.png
douglas-peal-579ddaa6c3afbddb18c9ecbf.png
DelegasiTiongkok menceritakan pengalamannya: dalam negoasiasi, pihak Tiongkok percaya pertama-tama, mereka memerlukan membahas kemungkinan konflik di LTS.  Tapi pihak AS mengatakan ingin membahas kebebasan navigasi, dan kemungkinan solusinya, tapi pihak Tiongkok merasa tidak pernah ada masalah dengan kebebasan navigasi di LTS, pihak Tiongkok merasa tidak perlu membicara tentang itu. AS selalu berusaha aktif membuat topik baru, sehingga pihak Tiongkok menolak itu. Selama sepanjang negosiasi terus terjadi tarik ulur tentang topik.  

Sedang bagi Carnegie Endowment relatif terbuka, dan membiarkan pihak Tiongkok menetapkan seluruh agenda. Sementara Carneigie bisa membahas topik cukup ringan. Demikian menurut Douglas Peal.

Satu contoh lagi menurut delegasi Tiongkok, pertama pihak Tiongkok berbicara tentang perbedaan fokus poin masing-masing pihak pada LTS, kedua adalah kasus arbitrase LTS dan persepektif internasional. Ketiga dibahas beberapa solusi untuk masalah LTS. Pihak Tiongkok merasa tiga langkah ini akan lebih ringan, dan berharap AS akan bisa menerima mereka, sementara juga menjadi kepentingan Tiongkok.

Tapi itu tidak  akan dilakukan oleh orang-orang think tank AS, yang telah meracik LTS menjadi krisis, AS hanya akan mendiskusikan topik hanya setelah keadaan menjadi krisis.

Pada kenyataannya, meskipun Tiongkok dan AS telah melakukan 100 dialog untuk saling tukar mekanisme, tapi khusus untuk masalah LTS sangat sedikit dibahas. Kebanyakan cendikiawan think tank AS tidak tahu banyak tentang realitas dasar dari LTS. Beberapa think tank AS pertimbangkan pada idelogi ketika membahas masalah LTS, tetapi beberapa mengikuti opini militer AS dan media.

Sehingga sering kali pihak Tiongkok harus “mengajari” pihak AS untuk memandu dalam diskusi. Begitu menurut cerita Wang Wen (Executive Dean, Chongyang Institute for Financail Studies, Renmin University of China)  salah satu delegasi Tiongkok.

Tampaknya AS mengandalkan kapal perangnya, sedang Tiongkok lebih memilih negosiasi. Ketika menghadapi kebebasan bernavigasi, yang jelas Tiongkok tidak mungkin mengelola kawasan lain seperti AS, setidaknya hanya di wilayah LTS, dan Tiongkok dan ASEAN sedang melakukan COC, dan layaknya itu harus berisi satu syarat, yaitu berani mengusulkan definisi atas isi dari kebebasan navigasi di LTS dan ekstensinya.

Tampaknya Tiongkok juga aktif menyediakan produk publik internasional. Melalui berbagai upaya untuk memberi masyarakat internasional dengan bantuan navigasi, bantuan serach & rescue, laporan maritim dan cuaca serta layanan lainnya. Untuk mempromosikan kepastian dan pelayaran yang aman di LTS.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun