selia, bagiku, hari ini ada yang berbeda,
tak seperti kemarin, tapi entah menurutmu
hari ini: kulihat orang-orang berbaris bagai ribuan serdadu di tanah lapang
bendera-bendera dikibarkan sepenuh tiang, sebagiannya telah karatan
dan lembaran-lembaran kain itu terkadang bergerak-gerak lincah
diembusi angin yang tersentuh oleh geliat mereka yang kehujanan,
kepanasan, siang-malam tanpa atap mewah, selia
entah, apa kau pun tahu soal itu
begitu pula pidato-pidato
beterbangan melingkupi seatero tanah yang kian ranggas
kata-katanya klise, itu-itu saja dari dulu: "merdeka! merdeka! merdeka!"
lagu-lagu syahdu ikut serta didendangkan di ruang gelap dan pengap
juga puisi-puisi tentang angka 17 dituliskan dengan megah tanpa darah
di atas kertas bersih dengan tinta berwarna merah saga
serta, lomba warisan Belanda hendak digelar bersama canda tawa
semuanya telah menjelma ritual yang tak pernah lesap
berembus, merisikkan dedaunan di pekaranganmu
yang seakan berbinar-binar, dan aku yakin kau pun mengetahuinya
dan sungguh sayang, selia
semua itu tak mengubah keadaan panjang sejak dulu, bukan
lihatlah bibir kran di tempatku, tetap saja mengering saat senja tiba
bahan bakar rakyat langka seperti ada yang meminumnya,
ya, meminumnya
lampu-lampu diredupkan di jalanan sepi
bahkan listrik padam berkali-kali
juga banyak penyakit bertahta tanpa fasilitas yang wah
begitu pula gubuk-gubuk reot
masih berjejer menghiasi wajah-wajah kota
kupu-kupu remang pun dibiarkan mengepakkan sayap manja
di antara pencurian besar-besaran yang kian perkasa
serta, .... hmm,
lalu di manakah kesaktian ritual itu, selia
apakah hanya sebatas suara
yang menggelegar memenuhi ruang-ruang senyap
juga meluluhkan batu-batu cadas di sekitarnya
atau hanya kerapian wujud diiringi jingkrak pesta pora, sesaat ada,
kemudian hilang seperti disapu siklon tropis yang dahsyat
selia, tampaknya ritual itu tak cukup meredakan segala sakit yang ada
apalagi menyembuhkan semuanya pada bait-bait duka,
walau suaramu mendentumi seisi alam di bawah cakrawala yang mega
Tanah Borneo, 17 Agustus 2011
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H