Mohon tunggu...
Mahir Martin
Mahir Martin Mohon Tunggu... Guru - Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Penulis: Satu Tahun Pembelajaran Daring, Dirayakan atau Disesali? (Penerbit Deepublish, 2021); Hikmah Pandemi Covid-19 Relevan Sepanjang Masa (Guepedia, 2021); Catatan dari Balik Gerbang Sekolah untuk Para Guru (Guepedia, 2022); Motto: Reflection Notes: Ambil hikmahnya...

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Haji Udin Rindu Ramadan

8 April 2022   04:14 Diperbarui: 8 April 2022   04:19 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemeriahan Ramadan juga merambah ke dunia digital. Banyak platform media, baik media mainstream atau media sosial yang juga menyambut kedatangan bulan suci Ramadan dengan menawarkan berbagai macam programnya. 

Ada program yang berbau hiburan dengan balutan nilai religi, ada juga program-program yang memang difokuskan dengan muatan Ramadan.  Semua orang seolah menjadi lebih religius dengan kedatangan bulan yang mulia ini.

Lantas bagaimana kita perlu menyikapi ini semua? 

Seperti yang dijelaskan diatas, kedatangan bulan suci Ramadan ada yang membawa suasana berbeda, tetapi ada juga yang membawa suasana  sama. Keduanya becampur aduk menjadi sebuah harmoni indah bulan Ramadan. 

Namun sayangnya, kebanyakan kita terkadang lupa bahwa kedatangan bulan suci Ramadan seharusnya bisa dilihat dari suasana rohaninya, bukan hanya suasana jasmaninya. 

Dari sisi rohaninya, perbedaan dan persamaan suasana juga perlu dikelola. 

Kehadiran bulan Ramadan, berbeda dengan bulan lainnya. Ramadan membawa harta yang tak ternilai harganya bagi rohani kita. 

Bulan Ramadan bisa diibaratkan sebagai sebuah gerbong kereta yang memiliki berbagai macam hadiah di dalamnya. Kedatangan gerbong itu seharusnya membuat kita bersiap-siap lari ke gerbong tersebut, membuka pintunya, dan mengambil hadiah sebanyak-banyaknya. 

Seberapa banyak kita bisa mengambil hadiah dari gerbong tersebut sangat bergantung dari persiapan dan suasana rohani kita ketika menyambut kedatangannya.

Sang Pencipta membawakan gerbong itu ke dunia rohani kita dengan gratis tanpa meminta imbalan. 

Betapa bodohnya kita jika kita tidak mampu mendapatkan hadiah sebanyak-banyaknya dari gerbong itu. Betapa ruginya kita jika tidak mau bergegas mengambilnya, padahal kita tahu gerbong itu tidak datang setiap saat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun