Selain itu, puasa di musim dingin juga lebih tak terasa. Karena udara dingin, tubuh pun tidak banyak mengeluarkan cairan, sehingga haus tak begitu dirasa.Â
Hal sebaliknya terjadi ketika Ramadan datang di musim panas. Durasi puasa menjadi sangat panjang, ditambah lagi panasnya terik matahari yang membuat kita semakin kehausan.
Beruntung kita yang tinggal di negara dimana durasi puasa yang tidak selalu berubah. Negara kita hanya punya dua musim, penghujan dan kemarau.Â
Di musim penghujan, matahari pun masih bersinar dengan teriknya. Begitu juga di musim kemarau, hujan masih sering juga turun mengguyur bumi.
Bagi pelajar, kedatangan bulan Ramadan mungkin bisa menjadi berkah tersendiri. Durasi pembelajaran yang diperpendek, liburan Ramadan dan Idul Fitri yang biasanya lebih panjang dari liburan semesteran, membawa kebahagian berlebih bagi mereka. Bak dapat durian runtuh, kata pepatah.
Banyaknya kegiatan religi di sekolah, seperti ceramah agama, tadarus Al-Quran bersama, dan pesantren kilat menambah kesan suasana berbeda.
Ya, meskipun Ramadan datang pada bulan yang berbeda, pada musim yang berbeda, atau terkadang pada momen yang berbeda, tetapi ada suasana khas Ramadan yang selalu sama.Â
Semua elemen masyarakat menyambut kedatangan Ramadan dengan suka cita. Jalan-jalan di perkampungan di hias dengan ornamen khas Ramadan lengkap dengan spanduk bertuliskan Marhaban ya Ramadhan.Â
Pengurus masjid disibukkan dengan persiapan kegiatan ibadah yang intensitasnya naik di bulan ini.Â
Remaja masjid juga sibuk dengan mengorganisasikan acara buka bersama, pesantren kilat atau pembagian takjil gratis di jalanan.
Pasar-pasar baru yang menjual kuliner khas Ramadan bermunculan, bak jamur di musim hujan.