Mohon tunggu...
Mahar Asep Gumilar Hidayat
Mahar Asep Gumilar Hidayat Mohon Tunggu... Jurnalis - Pelari, Penulis

Ultra marathoner dan suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Jokowi dan Gelar Si Paling Korup dari OCCRP

4 Januari 2025   10:06 Diperbarui: 4 Januari 2025   10:06 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Alaimo menuliskan cara untuk mendapatkan dan mempertahankan pengikut adalah dengan membuat konten yang menarik. Ia mencatat bahwa, di media sosial, "jika digunakan dengan tepat, sedikit humor - dan bahkan parodi diri sendiri - dapat menjadi taktik yang bagus  untuk memanusiakan sebuah organisasi, terutama ketika organisasi itu kontroversial atau sedang diserang

Keterlibatan di Media Sosial

Menurut Alaimo perbedaan media sosial dengan media massa terletak pada pola komunikasi antara penyebar informasi dengan penerima informasi atau audiens. Di media sosial sangat terbuka ruang bagi audien untuk berkomunikasi kembali dengan penyebar informasi dan penerima informasi lainnya. Menurut para ahli komunikasi, pola komunikasi yang efektif pada masa sekarang adalah pola komunikasi 2 arah dimana pembuat informasi dapat berinteraksi dengan auiden/masyarakat secara luas. Pola komunikasi 2 arah tersebut tidak dapat dilakukan di media massa.

Praktisi Humas di lembaga pemerintah menurut Alaimo harus membuat konten yang tidak hanya dibaca atau ditonton audiens, tetapi juga harus mereka sukai, dibagikan ulang dan yang paling penting harus dikritisi oleh mereka. Para humas harus mampu membuat konten yang mampu mengajak auidens mengkritisi konten atau informasi yang diunggah di media sosial, dengan begitu selain terjadi interkasi 2 arah, informasi yang disampaikan kepada masyarakat juga bisa mereka pahami.

Alaimo menuliskan cara terbaik untuk melibatkan masyarakat agar kritis terhadap unggahan yang dibagikan adalah meminta pendapat dari mereka tentang unggahan yang dibuat, mengajat mereka menjadi "informan" untuk membagikan berbagai informasi yang mereka miliki termasuk membuat konten yang sesuai dengan kebijakan yang dibuat oleh lembaga/pemerintah. Dengan begitu terjalin komunikasi yang erat antara pemerintah dan audiens dan audien/masyarakar merasa menjadi bagian dari pemerintahan itu sendiri.

Banyak alasan terkait raibnya unggahan berita kasus Jokowi dengan OCCRO di akun media sosial CNN Indonesia. Bisa karena kesalahan penulisan atau ada tangan besar yang mencengkram kebebassan pers. Sebagai media besar dan memiliki kredibilitas tinggi, rasanya sulit dipercaya jia raibnya unggahan tersebut akibat kesalahan penulisan semata. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun