Berita soal Firman berkunjung ke rumah Asih cukup heboh terdengar di desa. Tapi lebih heboh lagi soal undangan Mahar pada Firman agar datang ke rumahnya. Dan terbukti, dua hari kemudian Firman benar2 datang. selepas Isya selesai shalat di masjid yang tak jauh dari rumah Mahar.
"Mahar tinggal sendiri di rumah?"
""Tidak mas, ada dua adik yang membantu saya di toko. Mereka orang seberang, jadi saya ajak saja sekalian tinggal disini. Lumayan biar rumah tak terasa terlalu sepi. Mas Firman sendiri?'
"Saya masih tinggal sendiri Jeng. Oh ya, sudah berapa lama di desa ini?"
"Masih baru mas, sekitar enam bulan lah. Tapi saya betah sekali disini. Desa yang damai, adem, indah plus sangat penuh rasa kekeluargaan."
"Benar jeng, itulah salah satu penyebab saya memutuskan untuk kembali ke desa ini."
"Benaran itu penyebabnya mas Firman? Bukan karena...." Mahar tak jadi menyelesaikan ucapannya.
"Memangnya jeng Mahar dengar apa penyebab saya kembali?" Firman tak mau kalah, mencoba memancing Mahar yang langsung gelagapan.
"Ah ndak dengar apa2 kok mas Firman." Ucap Mahar malu.
"Mahar, besok datanglah ke masjid. Kita ramaikan masjid dengan shalat berjamaah. kebetulan saya lihat rumah jeng Mahar tak terlalu jauh dari masjid." Ajakan Firman menyengat Mahar. Beraneka bunga seketika tumbuh dihatinya. Dari mulai bunga rose, kamboja, melati samapi bunga kantil berlomba mengharumklan kalbunya (Sayang bunga bank gak ikutan numbuh yak, wkwkwwkwk).
"Baiklah mas Firman. Sebelumnya Mahar juga sering ke masjid. Tapi memang tak rutin. maklumlah, terkadang masih kalah sama keperluan duniawi." Mahar tersipu mengakui kelemahannya.